Selasa, Oktober 1, 2024
22.9 C
Palangkaraya

Mengenal Ria Martallata ST, Guru Inspiratif Kalteng (2)

Senang Membuat Karya Ilmiah, Aktif Ikut Event Kemendikbudristek

Bekerja sebagai seorang guru, dahulunya tidak terbayangkan oleh Ria Martallata ST. Apalagi basic-nya adalah jurusan teknik. Lulusan teknik sudah tentu banyak yang bekerja di lapangan. Namun, kini alumnus Universitas Palangka Raya (UPR) itu justru menjadi guru fisika di SMKN 2 Katingan. 

IRPAN JURAYZ, Kasongan

 RIA mengawalinya kariernya sebagai tenaga pendidik pada tahun 2008. Ia memulainya dengan mengambil akta IV untuk mata pelajaran fisika. Karena telah memiliki akta, wanita kelahiran Palangka Raya, 5 Mei 1981 itu kemudian mengikuti tes CPNS pada penerimaan tahun 2008.

“Saya mendaftar formasi guru fisika SMK di Kabupaten Katingan. Puji Tuhan saya lulus. Penempatan pertama di SMKN 1 Kasongan, Kereng Pangi tahun 2009. Selanjutnya mengikuti program mutasi, lalu ditempatkan di SMKN 2 Kasongan tahun 2013,” ungkapnya.

Kemampuan Ria mengajar mata pelajaran fisika tidak diragukan lagi, karena selama kuliah di fakultas teknik banyak berjibaku dengan permasalahan fisika. Padahal sebelumnya ia tidak menganggap dirinya berbakat atau kompeten dalam mengajar.

Tentu saja, proses dan persiapan untuk menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang singkat. Banyak tantangan yang dihadapi dalam perjalanan. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan Ria mulai menguasai teknik mengajar anak didik.

Ria mengaku bangga menjadi seorang guru, walaupun cita-cita awalnya adalah menjadi seorang dosen. Menurutnya, dengan menjadi seorang guru, ia masih bisa meneruskan cita-citanya dahulu.

Baca Juga :  KI Pusat Dorong Lembaga Informatif hingga Level Desa

“Dengan menjadi guru, saya masih meneruskan cita-cita saya, walau dalam kapasitas yang berbeda. Selain itu, dengan menjadi guru saya bisa memberikan ruang bagi diri saya untuk bisa mengeksplorasi kreativitas saya dalam hal menggunakan aplikasi dan menulis,” tuturnya.

Ibu dua orang putri itu juga memiliki kegemaran menulis. Tak heran jika ia termasuk guru berprestasi, karena sering mengikuti ajang atau event yang digelar Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI. Ria pernah menjadi finalis lomba karya ilmiah dan inovasi pembelajaran (2014) di Bogor yang diselenggarakan Kemendikbudristek RI. Ia juga pernah menjadi finalis lomba keahlian guru (LKG) produktif SMK mata pelajaran desain pemodelan dan informasi bangunan (2018) di Malang yang diselenggarakan Kemendikbudristek RI, menjadi 10 peserta artikel terbaik (2019) dari Perpustakaan Metro Lampung, dan 10 peserta lokakarya terbaik pada ajang lokakarya berbagi praktik baik bagi guru SMK (2023) di Batam yang diselenggarakan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi-Bidang Bangunan dan Listrik (BBPPMPV BBL) /P4TK Medan-Kemendikbudristek RI.

“Saya sudah mengikuti lomba tingkat nasional sejak 2014. Kegemaran menulis saya tuangkan dalam beberapa karya ilmiah, seperti penelitian dan best practice yang dilombakan,” tutur Ria.

Baca Juga :  Kadisdik Kota Beri Pesan Menohok kepada Para Guru

Suami dari Andry itu pernah ikut kegiatan atau lomba serupa yang diselenggarakan oleh Kemendikbud. Termasuk program lain seperti pelatihan upskilling SMK. Itu ia lakukan sebagai bentuk pengembangan diri dalam menjalankan profesi sebagai guru yang up to date terhadap perubahan.

Ia memiliki motivasi mengikuti berbagai ajang dan lomba tersebut karena bisa mengukur kompetensinya, sejauh mana wawasannya terkait mata pelajaran yang ia geluti.

Melalui berbagai perlombaan, ia tertantang untuk berkreativitas dalam cara mengajar yang telah diterapkan dalam kelas. Itulah yang menjadi sumber inspirasi, untuk kemudian ia tuangkan dalam bentuk karya ilmiah, hingga menjadikannya finalis dan bahkan menang pada beberapa ajang perlombaan di tingkat nasional.

“Sejauh ini saya mengikuti pola berkarya Ibu Kartini. Bila kita punya buah pemikiran, seperti Kartini menulis, saya pun menulis, yang pada akhirnya tulisan itu menjadi sebuah prestasi,” tuturnya.

Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, sebagai salah satu Kartini masa kini, Ria menitipkan pesan agar kaum perempuan Indonesia berani untuk menjadi Kartini berkarya.

“Demikian Kartini masa kini juga wajib berkarya, berdaya, dan turut membangun daerah dan negara melalui potensi dan profesi masing-masing, terlebih untuk dunia pendidikan. Salam emansipasi!” pungkas Ria. (*bersambung/ce/ala)

Bekerja sebagai seorang guru, dahulunya tidak terbayangkan oleh Ria Martallata ST. Apalagi basic-nya adalah jurusan teknik. Lulusan teknik sudah tentu banyak yang bekerja di lapangan. Namun, kini alumnus Universitas Palangka Raya (UPR) itu justru menjadi guru fisika di SMKN 2 Katingan. 

IRPAN JURAYZ, Kasongan

 RIA mengawalinya kariernya sebagai tenaga pendidik pada tahun 2008. Ia memulainya dengan mengambil akta IV untuk mata pelajaran fisika. Karena telah memiliki akta, wanita kelahiran Palangka Raya, 5 Mei 1981 itu kemudian mengikuti tes CPNS pada penerimaan tahun 2008.

“Saya mendaftar formasi guru fisika SMK di Kabupaten Katingan. Puji Tuhan saya lulus. Penempatan pertama di SMKN 1 Kasongan, Kereng Pangi tahun 2009. Selanjutnya mengikuti program mutasi, lalu ditempatkan di SMKN 2 Kasongan tahun 2013,” ungkapnya.

Kemampuan Ria mengajar mata pelajaran fisika tidak diragukan lagi, karena selama kuliah di fakultas teknik banyak berjibaku dengan permasalahan fisika. Padahal sebelumnya ia tidak menganggap dirinya berbakat atau kompeten dalam mengajar.

Tentu saja, proses dan persiapan untuk menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang singkat. Banyak tantangan yang dihadapi dalam perjalanan. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan Ria mulai menguasai teknik mengajar anak didik.

Ria mengaku bangga menjadi seorang guru, walaupun cita-cita awalnya adalah menjadi seorang dosen. Menurutnya, dengan menjadi seorang guru, ia masih bisa meneruskan cita-citanya dahulu.

Baca Juga :  KI Pusat Dorong Lembaga Informatif hingga Level Desa

“Dengan menjadi guru, saya masih meneruskan cita-cita saya, walau dalam kapasitas yang berbeda. Selain itu, dengan menjadi guru saya bisa memberikan ruang bagi diri saya untuk bisa mengeksplorasi kreativitas saya dalam hal menggunakan aplikasi dan menulis,” tuturnya.

Ibu dua orang putri itu juga memiliki kegemaran menulis. Tak heran jika ia termasuk guru berprestasi, karena sering mengikuti ajang atau event yang digelar Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI. Ria pernah menjadi finalis lomba karya ilmiah dan inovasi pembelajaran (2014) di Bogor yang diselenggarakan Kemendikbudristek RI. Ia juga pernah menjadi finalis lomba keahlian guru (LKG) produktif SMK mata pelajaran desain pemodelan dan informasi bangunan (2018) di Malang yang diselenggarakan Kemendikbudristek RI, menjadi 10 peserta artikel terbaik (2019) dari Perpustakaan Metro Lampung, dan 10 peserta lokakarya terbaik pada ajang lokakarya berbagi praktik baik bagi guru SMK (2023) di Batam yang diselenggarakan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi-Bidang Bangunan dan Listrik (BBPPMPV BBL) /P4TK Medan-Kemendikbudristek RI.

“Saya sudah mengikuti lomba tingkat nasional sejak 2014. Kegemaran menulis saya tuangkan dalam beberapa karya ilmiah, seperti penelitian dan best practice yang dilombakan,” tutur Ria.

Baca Juga :  Kadisdik Kota Beri Pesan Menohok kepada Para Guru

Suami dari Andry itu pernah ikut kegiatan atau lomba serupa yang diselenggarakan oleh Kemendikbud. Termasuk program lain seperti pelatihan upskilling SMK. Itu ia lakukan sebagai bentuk pengembangan diri dalam menjalankan profesi sebagai guru yang up to date terhadap perubahan.

Ia memiliki motivasi mengikuti berbagai ajang dan lomba tersebut karena bisa mengukur kompetensinya, sejauh mana wawasannya terkait mata pelajaran yang ia geluti.

Melalui berbagai perlombaan, ia tertantang untuk berkreativitas dalam cara mengajar yang telah diterapkan dalam kelas. Itulah yang menjadi sumber inspirasi, untuk kemudian ia tuangkan dalam bentuk karya ilmiah, hingga menjadikannya finalis dan bahkan menang pada beberapa ajang perlombaan di tingkat nasional.

“Sejauh ini saya mengikuti pola berkarya Ibu Kartini. Bila kita punya buah pemikiran, seperti Kartini menulis, saya pun menulis, yang pada akhirnya tulisan itu menjadi sebuah prestasi,” tuturnya.

Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, sebagai salah satu Kartini masa kini, Ria menitipkan pesan agar kaum perempuan Indonesia berani untuk menjadi Kartini berkarya.

“Demikian Kartini masa kini juga wajib berkarya, berdaya, dan turut membangun daerah dan negara melalui potensi dan profesi masing-masing, terlebih untuk dunia pendidikan. Salam emansipasi!” pungkas Ria. (*bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/