Kamis, Juni 5, 2025
29.5 C
Palangkaraya

Jejak Datuk Sampit dan Kai Jungkir (2) Tokoh Sakti, Makamnya Ternyata Sering.. 

“Setelah Kai Jungkir memutar-mutarkan ranting, Belanda tidak bisa melihat pemukiman. Yang dilihat hanya lautan. Akhirnya tidak jadi membom” kata Indra Lesmana, Juru pelihara Rumah Kai Jungkir.

MIFTAH, Sampit

DENGAN berbagai karomah dan pengaruh Kai Jungkir di Kota Sampit, akhirnya Kai Jungkir yang wafat pada tahun 1948 itu terus dikenal oleh masyarakat Sampit. Makam yang terletak tepat di depan rumahnya acap kali diziarahi penziarah sambil mendoakan Kai Jungkir.

Nama Jungkir pun bukan tanpa alasan. Menurut Indra yang merupakan buyut dari Kai Jungkir, Kai Jungkir kala itu lahir dalam keadaan kaki yang keluar terlebih dahulu. Hal itulah yang membuatnya dinamakan Jungkir.

“Dulu beliau lahirnya kaki duluan, makanya disebutnya dengan Jungkir,” imbuh Indra.

Baca Juga :  Membentuk Kader Muda Peduli Alam dan Lingkungan

Meski masuk cagar budaya, rumah Kai Jungkir mengalami kerusakan terutama di bagian dapur. Saat ini ada bagian dari dapur tersebut. Upaya perbaikan dilakukan dinas terkait. Namun, keterbatasan dana menjadi hambatan.

“Roboh dapurnya hilang 25 persen. Upaya perbaikan ada, tapi katanya terkendala dana,” sebutnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim, Bima Eka Wardhana juga turut datang bersama Kalteng Pos. Staf Disbudpar Kotim, bidang sejarah dan pelestarian cagar budaya dan permuseuman, Ariadi. Dalam kesempatan itu, Ariadi, mengatakan Kai Jungkir yang merupakan tokoh agama, budaya dan masyarakat di Kota Sampit. Sepak terjangnya yang ada di zaman penjajahan berhasil menjadikan Kai Jungkir menjadi tokoh yang berpengaruh. Tak ayal, Kai Jungkir juga disebut-sebut sebagai pejuang zaman dahulu.

Baca Juga :  Mulyansah dan Risnawati Buka Layanan Pijet Kesehatan

“Sekelas Kai Jungkir bisa mempengaruhi zaman penjajahan kala itu. Kalau kita pasti berfikir beliau ini punya sesuatu semacam karomah,” sebutnya.

Meski begitu, sepak terjang Kai Jungkir tak bisa dilepaskan dari sang ayah. Namun, ayah Kai Jungkir dianggap masyarakat biasa-biasa saja. Makamnya yang berada di wilayah Samuda masih sering diziarahi para penziarah.

“Setelah Kai Jungkir memutar-mutarkan ranting, Belanda tidak bisa melihat pemukiman. Yang dilihat hanya lautan. Akhirnya tidak jadi membom” kata Indra Lesmana, Juru pelihara Rumah Kai Jungkir.

MIFTAH, Sampit

DENGAN berbagai karomah dan pengaruh Kai Jungkir di Kota Sampit, akhirnya Kai Jungkir yang wafat pada tahun 1948 itu terus dikenal oleh masyarakat Sampit. Makam yang terletak tepat di depan rumahnya acap kali diziarahi penziarah sambil mendoakan Kai Jungkir.

Nama Jungkir pun bukan tanpa alasan. Menurut Indra yang merupakan buyut dari Kai Jungkir, Kai Jungkir kala itu lahir dalam keadaan kaki yang keluar terlebih dahulu. Hal itulah yang membuatnya dinamakan Jungkir.

“Dulu beliau lahirnya kaki duluan, makanya disebutnya dengan Jungkir,” imbuh Indra.

Baca Juga :  Membentuk Kader Muda Peduli Alam dan Lingkungan

Meski masuk cagar budaya, rumah Kai Jungkir mengalami kerusakan terutama di bagian dapur. Saat ini ada bagian dari dapur tersebut. Upaya perbaikan dilakukan dinas terkait. Namun, keterbatasan dana menjadi hambatan.

“Roboh dapurnya hilang 25 persen. Upaya perbaikan ada, tapi katanya terkendala dana,” sebutnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim, Bima Eka Wardhana juga turut datang bersama Kalteng Pos. Staf Disbudpar Kotim, bidang sejarah dan pelestarian cagar budaya dan permuseuman, Ariadi. Dalam kesempatan itu, Ariadi, mengatakan Kai Jungkir yang merupakan tokoh agama, budaya dan masyarakat di Kota Sampit. Sepak terjangnya yang ada di zaman penjajahan berhasil menjadikan Kai Jungkir menjadi tokoh yang berpengaruh. Tak ayal, Kai Jungkir juga disebut-sebut sebagai pejuang zaman dahulu.

Baca Juga :  Mulyansah dan Risnawati Buka Layanan Pijet Kesehatan

“Sekelas Kai Jungkir bisa mempengaruhi zaman penjajahan kala itu. Kalau kita pasti berfikir beliau ini punya sesuatu semacam karomah,” sebutnya.

Meski begitu, sepak terjang Kai Jungkir tak bisa dilepaskan dari sang ayah. Namun, ayah Kai Jungkir dianggap masyarakat biasa-biasa saja. Makamnya yang berada di wilayah Samuda masih sering diziarahi para penziarah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/