Jumat, November 22, 2024
30.8 C
Palangkaraya

Kerajaan Punya Versi Tersendiri tentang Kiprah sang Kiai

Dalam sejarah Hikayat Banjar, diceritakan bahwa tokoh penyebar agama Islam di Kotawaringin adalah Majan Laut yang tak lain merupakan ayah dari Kiai Gede dan Tonggara Mandi yang merupakan paman dari Kiai Gede. Sementara Kiai Gede sendiri sudah sejak lama menetap di Kotawaringin sebagai pejabat.

Dan ajaran Islam sebagian sudah masuk ke wilayah Kotawaringin yang saat itu masuk dalam negara dependensi (negara bagian) di bawah kekuasaan Banjar Raya karena masuk dalam “negara Banjar Raya”.

“Memang ada beberapa versi yang menceritakan tentang penyebaran Islam di Kotawaringin dan Kiai Gede. Namun saya ikut versi Hikayat Banjar karena melihat timeline perjalanan hidup Kiai Gede. Sebab pada abad 15-18 gelar kiai merupakan gelar bagi seorang pejabat, sedangkan untuk ulama disebut tuan guru, kala itu Tonggara Mandi memiliki gelar tuan guru, sebagai menteri pada Kerajaan Banjar,” kata pemerhati sejarah yang juga merupakan sutradara asal Kotawaringin Barat, Lonce Marloce, kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Buruh Aset Bangsa

“Karena zaman dahulu, rakyat akan mengikuti kerajaan, jika kerajaannya Islam, maka masyarakatnya juga Islam, termasuk Kotawaringin yang saat itu di bawah kekuasaan Karajaan Banjar,” ucapnya.

Diyakini bahwa saat itu sudah banyak warga yang menganut agama Islam, karena Kotawaringin adalah bagian Kesultanan Banjar yang sudah beragama Islam.

Dalam sejarah Hikayat Banjar, diceritakan bahwa tokoh penyebar agama Islam di Kotawaringin adalah Majan Laut yang tak lain merupakan ayah dari Kiai Gede dan Tonggara Mandi yang merupakan paman dari Kiai Gede. Sementara Kiai Gede sendiri sudah sejak lama menetap di Kotawaringin sebagai pejabat.

Dan ajaran Islam sebagian sudah masuk ke wilayah Kotawaringin yang saat itu masuk dalam negara dependensi (negara bagian) di bawah kekuasaan Banjar Raya karena masuk dalam “negara Banjar Raya”.

“Memang ada beberapa versi yang menceritakan tentang penyebaran Islam di Kotawaringin dan Kiai Gede. Namun saya ikut versi Hikayat Banjar karena melihat timeline perjalanan hidup Kiai Gede. Sebab pada abad 15-18 gelar kiai merupakan gelar bagi seorang pejabat, sedangkan untuk ulama disebut tuan guru, kala itu Tonggara Mandi memiliki gelar tuan guru, sebagai menteri pada Kerajaan Banjar,” kata pemerhati sejarah yang juga merupakan sutradara asal Kotawaringin Barat, Lonce Marloce, kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Buruh Aset Bangsa

“Karena zaman dahulu, rakyat akan mengikuti kerajaan, jika kerajaannya Islam, maka masyarakatnya juga Islam, termasuk Kotawaringin yang saat itu di bawah kekuasaan Karajaan Banjar,” ucapnya.

Diyakini bahwa saat itu sudah banyak warga yang menganut agama Islam, karena Kotawaringin adalah bagian Kesultanan Banjar yang sudah beragama Islam.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/