Melihat Geliat UMKM di Palangka Raya Pascapandemi (9)
Kesenian kriya khas Kalimantan Tengah jangan dipandang sebelah mata. Dari tangan-tangan terampil, hasilnya merambah pasar nasional hingga internasional. Salah satunya karya kriya dari Sulistyo, yang kualitasnya tak diragukan lagi.
*RIKIYANUR, Palangka Raya
RUANGAN berukuran 3×4 meter itu dipenuhi berbagai produk seni kriya. Pada sisi kanan dari pintu masuk, ada sejumlah koleksi plakat. Sementara di sisi kiri terdapat berbagai macam motif hiasan dinding, lampu meja, miniatur kecapi, dan aksesori menarik lain. Jumlahnya lebih dari 30 karya. Sementara itu, beberapa peralatan kerja seperti gergaji, mesin bor, dan mesin amplas tergeletak di sekitarnya.
Semua itu hasil dari jari-jari terampil Sulistyo atau yang akrab disapa Pak Tio. Ia merupakan owner Galeri Tio Art Collection. Beralamatkan di Kompleks Bhayangkara II, Blok C, Jalan G Obos Induk, Palangka Raya.
Meski usianya hampir setengah abad, tapi jari-jarinya masih begitu terampil.
Setiap hasil karya tangan yang ada di galerinya itu punya harga jual berbeda. Untuk plakat ornamen khas Bumi Tambun Bungai dibanderol Rp150-500 ribu. Hiasan dinding dijual Rp350-400 ribu, tergantung ukuran dan motif. Produknya bisa dicari melalui akun Instagram Sulistiyo_75 dan marketplace. Selain itu, metode pemasaran yang juga tak kalah ampuh yakni dari mulut ke mulut.
Karya seni milik Pak Tio juga sering terlihat pada acara-acara pisah sambut atau kegiatan yang mengundang tamu dari luar Kalteng. Biasanya dijadikan sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh untuk para tamu. Pak Tio juga sering menerima pesanan dari komunitas-komunitas dan panitia event.
“Saban hari selalu ada saja yang saya kerjakan. Bisa satu sampai empat buah karya, tergantung kerumitan ornamen,” ujarnya saat berbincang dengan Kalteng Pos, beberapa hari lalu.
Pak Tio itu mulai merintis usahanya itu pada 2014 silam. Keahliannya dalam mengolah kerajinan berbahan kayu dijadikan bekalnya saat meninggalkan tanah kelahirannya Blitar, Jawa Timur untuk merantau. Ia melihat peluang besar untuk membuka usaha di Palangka Raya, karena bahan baku sangat mudah didapatkan.
“Pertama menginjakkan kaki di Palangka Raya, saya melihat banyak sekali limbah mebel seperti potongan-potongan kayu yang hendak dibakar,” ungkapnya.
Setahun menekuni usaha itu, produk kriyanya berupa hiasan dinding ornamen khas Dayak sudah bisa menjangkau pameran di galeri nasional. “Ada lima karya, tapi hanya satu yang lolos dalam pameran Galeri Nasional,” beber bapak dua anak ini.
Meski tidak lahir di Bumi Pancasila, Pak Tio begitu mengagumi budaya dan kesenian Dayak. Kekaguman itu dituangkannya dalam bentuk ornamen dan hiasan-hiasan buatannya.
Pandemi Covid-19 dua tahun belakangan ini sangat berdampak pada dunia usaha. Omzet menurun drastis. Tak sedikit pengusaha yang terpaksa gulung tikar. Namun bencana nonaalam ini tak mematahkan semangat Pak Tio sebagai pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mempertahankan bisnisnya.
“Pandemi mengakibatkan hampir semua usaha hancur. Apalagi seperti saya ini yang mengharapkan kegiatan-kegiatan lembaga seperti sewaktu belum terjadi pandemi. Ya, setelah pandemi melanda, tidak ada yang diharapkan. Hancur. Namun alhamdulillah, sekarang ini pemerintah sudah melonggarkan aktivitas masyarakat, usaha saya mulai hidup kembali seperti dulu,” tutupnya. (ce/ram/ko)