Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

Sunarto, Memanfaatkan Lahan Pekarangan untuk Bercocok Tanam

Ajak Kaum Muda Menjadi Petani

Masih sangat banyak lahan yang sesak oleh semak belukar di tengah Kota Palangka Raya. Tak banyak juga yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Padahal jika ditekuni, hasilnya cukup menggiurkan. Pemilik tanah tak harus mencangkul dan menanam. Bisa menyewa jasa orang yang mau menggarap.

DENAR, Palangka Raya

SALAH satu warga yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk bercocok tanam adalah Sunarto. Ia menggarap lahan di Jalan Rajawali Km 6,5, tepat di samping Jalan Betutu. Dipercayakan oleh empunya tanah, Toyib, mengelola tanah tersebut untuk sesuatu yang bermanfaat. Oleh Sunarto, lahan seluas 54 x 84 meter persegi (m2) itu disulap menjadi produktif. Berbagai jenis sayuran dan buah-buahan ditanam secara bergantian. Seperti kacang panjang, kembang kol, jagung, cabai, terung, timun, tomat, hingga pepaya.

Saat saya (penulis, red) berkunjung, kakek berusia 59 tahun itu tengah merawat kembang kol. Umur tanaman masih belum genap sebulan. Sunarto sejenak berhenti. Lalu menemani saya mengobrol di gubuk kayu beratapkan daun rumbia berlapis seng. Sambil ngopi, obrolan kami pun mengalir.

“Saya hanya dipercayakan pemilik tanah untuk mengelola lahan ini. Sudah sejak tahun 2000-an lalu. Saya sangat berterima kasih sama beliau, karena dengan mengelola tanah ini bisa menopang perekonomian keluarga saya hingga sekarang ini,” ungkap kakek asli Trenggalek, Jawa Timur itu.

Baca Juga :  Wisata Religi Mampu Mendongkrak Perekonomian

 

Tanaman yang ditanam pertama kali di lahan itu adalah pepaya. Awalnya empunya pesimistis tanaman itu akan tumbuh subur, karena memang kondisi tanah benar-benar tak layak untuk ditanami tanaman. Saat itu belum dapat komposisi tanah yang pas. Ada saja kekurangannya. Seperti daun yang kecil, buahnya tidak normal, dan banyak kekurangan lainnya.

“Setelah empat tahun lebih, barulah dapat hasil panen yang memuaskan, kemudian berbuah lagi, hingga pepaya itu mencapai usia yang tidak produktif lagi, untuk hasil panennya dibagi sama pemilik tanah,” ujar Sunarto kepada Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

 

Berkaitan dengan kondisi tanah di Kota Palangka Raya, menurutnya ada beberapa jenis kontur tanah. Dari tanah berpasir hingga yang bergambut. Sebenarnya tanah di Palangka Raya cukup mudah diolah agar bisa menjadi lahan yang subur. Kuncinya, tanah harus dicampur dengan pupuk kandang.

 

Pemilik lahan sepenuhnya mempercayakan tanah itu kepada Sunarto. Tanpa pikir panjang, bapak dua anak itu tancap gas mengelolanya. Berbagai bibit sayuran dan buah-buahan ditanam. Kembang kol menjadi jenis sayuran yang banyak diminati. Selama ini, sayuran itu sering didatangkan dari Pulau Jawa melalui Banjarmasin. “Nah, saya dan teman-teman lain ingin agar pasokan kembang kol tak lagi didatangkan dari jauh, cukup ambil dari sini saja,” ungkap ayah yang memiliki anak yang sedang kuliah dan yang bekerja di bank.

Baca Juga :  Renovasi Tidak Mengubah Ciri Khas Budaya Dayak

Masalah harga jual memang cukup bersaing. Kadang murah, kadang mahal. Namun itu tak begitu dipermasalahkannya. Menurutnya untung rugi sudah pasti dialami di dunia budi daya pertanian.

 

Lahan yang dikelola Sunarto itu kini menjadi lokasi penelitian oleh mahasiswa. Bahkan sebagian median tanah dipinjam mahasiswa untuk keperluan penelitian.

“Saya senang kalau anak-anak muda belajar pertanian. Saya enggak pelit ilmu. Saya curahkan pengetahuan yang saya miliki untuk mereka yang tak malu bertanya,” ungkapnya seraya mengajak kaum muda untuk terjun ke dunia pertanian. “Alhamdulillah, mahasiswa yang pernah belajar (penelitian, red) di sini, pas ketemu lagi, mereka sudah pada sukses,” tambahnya. (ce/ram)

Masih sangat banyak lahan yang sesak oleh semak belukar di tengah Kota Palangka Raya. Tak banyak juga yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Padahal jika ditekuni, hasilnya cukup menggiurkan. Pemilik tanah tak harus mencangkul dan menanam. Bisa menyewa jasa orang yang mau menggarap.

DENAR, Palangka Raya

SALAH satu warga yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk bercocok tanam adalah Sunarto. Ia menggarap lahan di Jalan Rajawali Km 6,5, tepat di samping Jalan Betutu. Dipercayakan oleh empunya tanah, Toyib, mengelola tanah tersebut untuk sesuatu yang bermanfaat. Oleh Sunarto, lahan seluas 54 x 84 meter persegi (m2) itu disulap menjadi produktif. Berbagai jenis sayuran dan buah-buahan ditanam secara bergantian. Seperti kacang panjang, kembang kol, jagung, cabai, terung, timun, tomat, hingga pepaya.

Saat saya (penulis, red) berkunjung, kakek berusia 59 tahun itu tengah merawat kembang kol. Umur tanaman masih belum genap sebulan. Sunarto sejenak berhenti. Lalu menemani saya mengobrol di gubuk kayu beratapkan daun rumbia berlapis seng. Sambil ngopi, obrolan kami pun mengalir.

“Saya hanya dipercayakan pemilik tanah untuk mengelola lahan ini. Sudah sejak tahun 2000-an lalu. Saya sangat berterima kasih sama beliau, karena dengan mengelola tanah ini bisa menopang perekonomian keluarga saya hingga sekarang ini,” ungkap kakek asli Trenggalek, Jawa Timur itu.

Baca Juga :  Wisata Religi Mampu Mendongkrak Perekonomian

 

Tanaman yang ditanam pertama kali di lahan itu adalah pepaya. Awalnya empunya pesimistis tanaman itu akan tumbuh subur, karena memang kondisi tanah benar-benar tak layak untuk ditanami tanaman. Saat itu belum dapat komposisi tanah yang pas. Ada saja kekurangannya. Seperti daun yang kecil, buahnya tidak normal, dan banyak kekurangan lainnya.

“Setelah empat tahun lebih, barulah dapat hasil panen yang memuaskan, kemudian berbuah lagi, hingga pepaya itu mencapai usia yang tidak produktif lagi, untuk hasil panennya dibagi sama pemilik tanah,” ujar Sunarto kepada Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

 

Berkaitan dengan kondisi tanah di Kota Palangka Raya, menurutnya ada beberapa jenis kontur tanah. Dari tanah berpasir hingga yang bergambut. Sebenarnya tanah di Palangka Raya cukup mudah diolah agar bisa menjadi lahan yang subur. Kuncinya, tanah harus dicampur dengan pupuk kandang.

 

Pemilik lahan sepenuhnya mempercayakan tanah itu kepada Sunarto. Tanpa pikir panjang, bapak dua anak itu tancap gas mengelolanya. Berbagai bibit sayuran dan buah-buahan ditanam. Kembang kol menjadi jenis sayuran yang banyak diminati. Selama ini, sayuran itu sering didatangkan dari Pulau Jawa melalui Banjarmasin. “Nah, saya dan teman-teman lain ingin agar pasokan kembang kol tak lagi didatangkan dari jauh, cukup ambil dari sini saja,” ungkap ayah yang memiliki anak yang sedang kuliah dan yang bekerja di bank.

Baca Juga :  Renovasi Tidak Mengubah Ciri Khas Budaya Dayak

Masalah harga jual memang cukup bersaing. Kadang murah, kadang mahal. Namun itu tak begitu dipermasalahkannya. Menurutnya untung rugi sudah pasti dialami di dunia budi daya pertanian.

 

Lahan yang dikelola Sunarto itu kini menjadi lokasi penelitian oleh mahasiswa. Bahkan sebagian median tanah dipinjam mahasiswa untuk keperluan penelitian.

“Saya senang kalau anak-anak muda belajar pertanian. Saya enggak pelit ilmu. Saya curahkan pengetahuan yang saya miliki untuk mereka yang tak malu bertanya,” ungkapnya seraya mengajak kaum muda untuk terjun ke dunia pertanian. “Alhamdulillah, mahasiswa yang pernah belajar (penelitian, red) di sini, pas ketemu lagi, mereka sudah pada sukses,” tambahnya. (ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/