Ribuan jamaah dari berbagai penjuru Kalimantan Tengah (Kalteng) memadati Masjid Agung Kubah Kecubung, Kota Palangka Raya. Mereka datang untuk mengikuti pengajian haul ke-20 Guru Sekumpul. Dalam suasana khidmat dan kehangatan, acara tersebut sekaligus menjadi momentum refleksi nilai-nilai keislaman, kecintaan terhadap ulama, dan peringatan Isra Mikraj Rasulullah saw.
ILHAM ROMADHONA, Palangka Raya
KECINTAAN terhadap ulama karismatik, Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, atau lebih dikenal sebagai Guru Sekumpul, terlihat ketika para jemaah mengikuti rangkaian pengajian haul ke-20 di Masjid Agung Kubah Kecubung, Kota Palangka Raya, Rabu malam (15/1/2025).
Acara keagamaan ini mencerminkan kebersamaan umat Islam. Buktinya, ribuan jemaah dari penjuru Kalteng memadati masjid tersebut sejak sore hari.
Jalanan menjadi sangat ramai seketika. Suara knalpot motor, mobil, serta klakson terdengar di sana-sini.
Beruntung ada petugas yang selalu sigap mengamankan kondisi, mengatur lalu lintas, serta mengarahkan para jemaah untuk memarkirkan kendaraa di sekitar area masjid.
Busana gamis putih menjadi ciri khas pengajian ini. Jemaah berbondong-bondong mengisi barisan terdepan demi mendapatkan syafaat dan berkah.
Saat itu, barisan atau saf dibagi menjadi dua bagian. Saf kiri untuk perempuan, sedangkan deret kanan untuk jemaah laki-laki.
Jemaah perempuan juga dipersilakan untuk memadati lantai dua bangunan masjid. Tidak butuh waktu lama, lantai dua masjid sudah dipenuhi oleh para jemaah jemaah perempuan.
Tak sedikit pula, jemaah memenuhi halaman depan masjid untuk menghindari desak-desakan. Hanya dengan beralaskan karpet dan sajadah yang digelar, mereka tampak khusyuk mengikuti rangkaian pengajian.
Dari yang tua hingga yang muda terlihat berlalu lalang menuju pintu masjid. Lantunan selawat terdengar merdu di telinga. Walau gerimis menghampiri, tidak mematahkan semangat jemaah mengikuti pengajian.
Selain itu, rasa kemanusiaan antarjemaah pun sangat dirasakan. Dibuktikan dengan nasi bungkus dan minuman kemasan gelas yang dibagikan kepada para jemaah yang hadir. Bukan hanya sekadar mengikuti pengajian saja, mereka juga ikut salat Isya berjemaah.
Saat ditemui Kalteng Pos selepas kegiatan, Sidiq yang datang bersama keluarganya mengaku belum pernah mengikuti haul Guru Sekumpul di Martapura.
Namun, dengan adanya acara haul Guru Sekumpul yang digelar di Kota Palangka Raya ini membuatnya kagum. Ada pengalaman yang sangat berkesan.
“Haul Guru Sekumpul bukan hanya tentang mengenang seorang ulama besar, tetapi juga momen untuk merefleksikan bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari sesuai ajaran Islam, yang penuh kasih sayang, rendah hati, dan keikhlasan,” tuturnya.
Sidiq terinspirasi oleh salah satu sikap mulia Guru Sekumpul yang selalu menempatkan kelembutan dan kasih sayang dalam berdakwah.
“Guru Sekumpul mengajarkan bahwa dakwah itu harus membawa kedamaian dan cinta, bukan kebencian. Ini sangat relevan, terutama dalam kehidupan soal di zaman sekarang,” ucapnya.
Ia juga terkesan dengan kesederhanaan Guru Sekumpul, yang meskipun dihormati banyak orang, tetapi tetap menjalani hidup dengan rendah hati. Kesederhanaan itulah yang menjadi pengingat bahwa kemuliaan seseorang tidak diukur dari harta maupun jabatan, melainkan dari akhlak.
Setelah mengikuti rangkaian pengajian, ia bertekad untuk mengamalkan sikap tawadhu (rendah hati) dan ikhlas seperti yang dicontohkan Guru Sekumpul. Ia menyadari pentingnya menjaga niat dalam beribadah dan berbuat baik kepada sesama.
“Saat haul, saya melihat bagaimana jemaah saling membantu dengan penuh keikhlasan. Dari yang menyediakan konsumsi hingga yang menjaga kebersihan area acara. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang diajarkan Guru Sekumpul masih hidup di tengah masyarakat,” bebernya.
Selain rangkaian peringatan haul, acara tersebut sekaligus memperingati Isra Mikraj Rasulullah saw. Isra Mikraj merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, yang membawa pelajaran mendalam bagi manusia.
Tidak hanya soal kisah perjalanan Nabi Muhammad saw, peristiwa ini juga menyimpan nilai-nilai luhur yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Arif, peringatan Isra Mikraj tahun ini menjadi momen refleksi untuk memperkuat iman dan memperbaiki kualitas hidup. “Isra Mikraj mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan kepada Allah Swt, kedisiplinan dalam melaksanakan salat, dan komitmen terhadap kebaikan,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, salah satu nilai utama dari Isra Mikraj adalah kedisiplinan dalam menjalankan kewajiban salat lima waktu.
Karena dalam perjalanan Isra Mikraj, Nabi Muhammad saw menerima perintah langsung tentang kewajiban melaksanakan salat. Ini menunjukkan bahwa salat merupakan pilar utama dalam kehidupan seorang muslimin.
Dia juga menekankan pentingnya salat, tidak hanya sebagai ibadah formal, tetapi sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan menemukan ketenangan batin.
Selain itu, peristiwa Isra Mikraj juga mengajarkan nilai-nilai kejujuran dan amanah. “Ketika Nabi menceritakan peristiwa ini kepada umat, ada yang meragukan, tetapi beliau tetap teguh menyampaikan kebenaran. Ini menjadi pelajaran bahwa kita harus selalu jujur dan amanah dalam hidup, meski menghadapi tantangan,” jelasnya.
Sebagai seorang pemuda, Arif berharap nilai-nilai Isra Mikraj dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menjadi individu yang lebih baik. “Kita bisa mulai dengan hal-hal kecil, seperti tepat waktu untuk salat, membantu sesama, dan menjaga hubungan baik dengan keluarga serta sesama dan lingkungan,” pungkasnya. (*/ce/ala)