Kala Eks Napiter Nasir Abbas Berkunjung ke Kalteng
MASIH ingat kasus bom Bali pada 2002 silam yang menelan banyak korban jiwa dari warga sipil maupun turis mancanegara. Di balik peristiwa nahas tersebut, ada sosok Nasir Abbas. Namun kini ia telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Bahkan ia rutin memberikan sosialisasi di berbagai tempat terkait bahaya terorisme dan radikalisme. Menurutnya aksi tersebut sangatlah tidak dibenarkan.
Nasir Abbas sering mengisi ceramah di sejumlah tempat di Indonesia. Teranyar, Kamis (18/8), Nasir Abbas bersama rombongan dari Mabes Polri mengunjungi Pondok Pesantren Darul Amin di Jalan Yakut, Kota Palangka Raya.
Di hadapan santri dan santriwati, mantan anggota Kamp Mujahiddin, Saddah Afganistan tahun 1990 itu memaparkan bagaimana terorisme bisa ada, hingga kesalahan persepsi terhadap jihad.
Bersama Satgas Banops Program Prioritas Humas Polri AKBP Erlan, Nasir mengatakan bahwa kegiatan yang dilaksnakan pihaknya adalah untuk memberikan sosialisasi kepada generasi muda agar mendapat bekal pengetahuan yang benar. Dengan demikian generasi muda bisa mendapatkan pemahaman yang benar sehingga tidak terjerumus dengan paham-paham radikalisme yang berujung pada keterlibatan generasi muda ke dunia terorisme.
“Tujuan kami adalah memberikan pemahaman yang benar, supaya anak-anak muda bisa menjadi penyambung lidah, apapun bentuk terorisme, itu adalah musuh bagi negara, kami berharap generasi muda nantinya bisa mengajak orang di luar sana, berdakwah dengan cara yang benar, menegaskan bahwa terorsime adalah tidak benar, sehingga masyarakat bisa mewaspadai potensi masuknya paham terorisme,” ungkap Nasir Abbas.
Menurut Nasir, terorisme bisa terjadi di mana saja. Kelompok teroris juga tak akan berhenti merekrut calon-calon teroris. Oleh karena itu, pemahaman yang baik menjadi benteng untuk generasi muda agar tidak mudah terpengaruh dan tahu akan bahaya terorisme. Karena itu, ceramah-ceramah terkait bahaya terorisme dan radikalisme dinilai sangat penting dan perlu untuk diberikan di pesantren-pesantren.
“Para pelaku terorisme ini menggunakan dalil agama dalam pembenaran perbuatan mereka, padahal yang mereka lakukan itu jelas salah dan melanggar undang-undang. Kuncinya adalah bagaimana memberikan pemahaman yang baik, mulai dari ustaz hingga santri-santri. Salah satunya perihal apa itu jihad dan apa artinya membela negara atas nama jihad, ini yang perlu diberikan pemahaman, agar kaum muda tidak terjerumus di kemudian hari, karena teroris adalah musuh kita bersama,” tegas Nasir.(*/ce/ala/ko)