Pada usia yang masih muda, Rafa Firjatullah sudah mampu menorehkan prestasi gemilang, meski prosesnya tidak instan. Dalam waktu lima tahun, sejumlah event telah diikuti Rafa. Bahkan hingga ke kancah internasional. Bulan depan Rafa akan mewakili Indonesia mengikuti event catur se-Asia.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
MENJADI juara pertama pada turnamen catur junior yang dilaksanakan tingkat daerah di Kabupaten Murung Raya (Mura) pada 2017 lalu, merupakan awal Rafa menunjukkan kemampuannya. Sejak saat itu sejumlah prestasi diraih dari sejumlah kejuaraan catur yang diikutinya. Kepiawaian anak laki-laki yang saat itu masih duduk di bangku kelas dua Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Mura dilirik pelatih catur MN Zainal Arifin dari Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Mura.
Rafa mengenal catur dari sang kakek yang saban hari bermain catur bersama kakaknya. Rafa kecil pun terpikat dan mencoba mempelajari. Lama-lama terbiasa. Tiap ada waktu luang dimanfaatkan untuk bermain catur bersama kakek atau kakaknya.
Kebiasaan itu menjadi hobi anak laki-laki yang bercita-cita ingin menjadi polisi, kala itu. Pertama kali, dengan niat hanya ikut-ikutan, Rafa mendaftarkan diri mengikuti turnamen catur tingkat Kabupaten Mura kategori junior. Pada penampilan perdananya itu, justru langsung meraih juara pertama. Potensinya itu memikat hati pelatih untuk merangkulnya menjadi atlet catur Kota Emas.
“Hobi saya bermain catur, awalnya diajarin sama kakek dan kakak, akhirnya suka bermain catur, suka main catur karena permainan ini menuntut kita berpikir,” kata Rafa saat ditemui di Palangka Raya, Kamis (8/9) lalu, sepulang mengikuti Malaysian Chess Festival di Kuala Lumpur.
Semenjak meraih juara pada turnamen itu, Rafa pun terus berlatih dan mengasah kemampuannya. Tumbuh semangat untuk menjadi pecatur andal yang menyandang gelar Grand Master (GM). Itulah cita-citanya saat ini. Perlahan ia mulai mencoba menggapai impian itu, dengan mengoleksi prestasi dari setiap kejuaraan catur yang diikuti.
“Dulu saya ingin jadi polisi, tapi saat ini cita-cita saya ingin jadi GM catur,” ucap anak laki-laki yang lahir di Puruk Cahu, 29 Juni 2011.
Mendampingi Rafa sebagai pelatih, MN Zainal Arifin mengaku bangga dengan prestasi yang diraih anak didiknya itu. Sejak pertama kali bertemu Rafa pada turnamen tingkat kabupaten 2017 lalu, ia terpikat dengan kemahiran Rafa dalam bermain catur. Kemudian bersama Ketua Percasi Mura Pahala Budiawan mendatangi kediaman Rafa, memotivasinya untuk fokus menekuni permainan catur.
“Dapat respons positif baik dari Rafa dan orang tuanya, semenjak itu Rafa dilatih dan dibina di Pondok Catur Mura, makin lama bakatnya makin terlihat, terbukti tiap kali mengikuti kejuaraan tingkat kabupaten maupun provinsi, Rafa selalu meraih juara,” kata Zainal Arifin, pelatih yang bergabung dengan Percasi Mura sejak 2013 lalu.
Berhasil meraih prestasi tingkat provinsi, Rafa pun dipercayakan mewakili Kalteng pada sejumlah event nasional. Di antaranya kejuaraan nasional (kejurnas) yang dilaksanakan di Ambon dan Bangka Belitung. Pada kejurnas di Ambon, Rafa sukses sukses meraih juara pertama, sementara pada kejurnas kedua meraih juara kedua.
“Biasanya untuk meraih juara tingkat nasional itu terlebih dahulu mengikuti perlombaan tiga sampai empat kali, tapi Rafa tidak, dua kali bertanding sudah bisa meraih juara,” sebutnya.
Atas raihannya ini, Rafa dipanggil PB Percasi untuk mewakili Indonesia pada gelaran kejuaraan catur se-Asia, Asian Youth Chess Championship (AYCC), yang dilaksanakan dari tanggal 13 sampai 21 Oktober 2022 di Bali. Rafa akan bermain di kelompok umur (KU) 12 tahun. Mempersiapkan ini, Rafa terlebih dahulu mengikuti try out seperti yang sudah dilaksanakan pada 4 September lalu, yakni mengikuti Malaysian Chess Festival dengan gelaran kompetisi Age Group Chess Championship KU 12. Pada 10-14 September Rafa mengikuti turnamen catur Jafpa Chess Festival 2022 di Jakarta dan meraih peringkat sembilan pada KU 14 tahun dengan jumlah peserta 43 orang. Sekda Kalteng Nuryakin dan Kepala Disdik Kalteng Achmad Syaifudi mengapresiasi Rafa dengan memberikan bantuan uang pembinaan.
“Selain itu kami terus memberikan pelatihan-pelatihan, selama ini pelatihan dilaksanakan di Pondok Catur, tiap hari dengan waktunya pukul 15.00. Selain sore hari, ada tambahan jadwal main malam hari, karena jika ingin hebat bermain catur, harus sering latihan tiap hari, bahkan pecatur hebat pun tetap berlatih delapan jam per hari,” jelas Zainal.
Pihaknya berharap pada gelaran Asia yang akan berlangsung bulan depan Rafa bisa meraih juara pertama agar bisa mengantarkan Rafa pada gelar Fide Master (FM). Apabila pada event Asia ini Rafa bisa meraih gelar FM, maka Rafa punya peluang mengikuti kejuaraan catur dunia berikutnya.
“Saat ini belum ada gelar untuk Rafa, apabila pada Oktober nanti Rafa juara satu, maka dia akan mendapat gelar Fide Master,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Percasi Mura Pahala Budiawan mengatakan, untuk menciptakan pecatur-pecatur hebat, Percasi harus memiliki program. Percasi Mura memiliki program dasar yakni minat bermain catur, dukungan orang tua, peran pelatih, dan peran organisasi.
Untuk menekuni catur, seorang anak tidak boleh dipaksakan. Mesti ada minat dalam diri, sehingg kelak bisa dipoles menjadi seorang pecatur andal. Orang tua pun harus mendukung minat dan bakat anak. Dalam pelaksanaanya, pelatih sangat berperan. Karena jika hanya bermain tanpa memiliki teori dan dibimbing pelatih, hasilnya tidak akan maksimal. Selain itu, peran dan dukungan organisasi juga penting.
“Kami beruntung karena di Mura memiliki pelatih catur yang mumpuni, yakni MN Zainal Arifin yang sudah bergabung dengan Percasi hampir sepuluh tahun, kemudian kami mendapatkan Rafa sebagai aset daerah dan saat ini menjadi aset Indonesia,” tuturnya.
Tidak dapat dibayangkan, lanjutnya, apabila pada gelaran event Asia yang akan dilaksanakan pada Oktober mendatang Rafa mampu meraih Fide Master, maka anak laki-laki yang masih duduk di bangku SD ini bisa tour Eropa, mengikuti kejuaraan-kejuaraan catur dunia.
“Jika Oktober nanti berhasil, Rafa akan naik ke kelas dunia. Ini anak emas dari Kota Emas. Harapan kami, kelak ada Rafa-Rafa yang lain dari Mura, karena selain memiliki Pondok Catur, Mura juga memiliki Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA), satu-satunya di Kalteng, dan merupakan cabang dari Jakarta,” pungkasnya. (*/ce/ala)