DALAM rangka Olimpiade Gebyar Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Lomba Cerdas Cermat yang digelar di Aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya telah menghadirkan persaingan yang seru dan ketat.
Sebanyak 33 peserta dari 11 tim beradu kemampuan menjadi yang terbaik. Dalam kompetisi ini, tim yang beranggotakan Mutiara Azizah, Iqlima Dhuha Anwar, dan Hana Ramadhani Tsania Hadesa keluar sebagai juara pertama.
Ketiga pemenang masih berusia 17 tahun. Merupakan siswa MA Hidayatul Ihsan Kota Palangka Raya. Mutiara mengaku tertarik pada bidang ilmu pengetahuan sejak kecil. “Saya selalu penasaran dengan berbagai topik, terutama matematika dan sains. Inilah yang mendorong saya untuk mengikuti lomba cerdas cermat,” ungkapnya.
Sebelumnya, putri dari Ahmad Junaidi ini telah meraih beberapa prestasi, seperti juara harapan II MTQ tingkat Provinsi Kalteng tahun 2023 dan harapan terbaik I MTQ tingkat Kabupaten Barito Selatan.
Sementara itu, Iqlima Dhuha Anwar, juga memiliki segudang prestasi mengesankan. Ia pernah meraih juara harapan II lomba Fahm Al-Qur’an tingkat Provinsi Kalteng tahun 2023, dan kini mewakili kafilah Palangka Raya untuk ajang MTQ tingkat provinsi tahun 2024.
“Lomba ini adalah kesempatan untuk menguji kemampuan di luar kegiatan sekolah. Saya juga ingin mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis,” ucap anak pertama dari tiga bersaudara itu.
Sementara, Hana Ramadhani Tsania Hadesa, buah hati pasangan Haramain Ibrahim dan Desi Erawati, mengaku baru pertama kali mengikuti lomba. Meski begitu, ia telah ditetapkan sebagai peserta Fahm Al-Qur’an untuk MTQ tingkat Provinsi Kalteng.
“Cerdas cermat adalah ajang untuk mengembangkan diri dan berkompetisi dengan teman-teman dari berbagai sekolah. Ini juga menjadi cara saya untuk memperdalam pengetahuan,” katanya.
Selama persiapan lomba, ketiganya rutin menggelar sesi belajar kelompok. Mereka fokus pada materi yang belum dikuasai, sering berdiskusi, dan mengadakan simulasi lomba agar terbiasa dengan format soal. Dukungan dari para guru juga menjadi kunci keberhasilan mereka.
“Guru-guru kami memberikan pelatihan tambahan dan sering ngobrol bareng, itu yang sangat membantu kami dalam mempersiapkan diri, baik mental maupun kemampuan akademis,” kata Iqlima.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah waktu yang terbatas dan kecepatan dalam menjawab. “Cerdas cermat sangat menuntut kecepatan dan ketepatan, itu cukup menegangkan,” jelas Hana.
“Kerja sama tim juga menjadi tantangan. Kadang kala ada perbedaan pendapat. Namun kami belajar untuk saling mendengarkan dan menyatukan keputusan demi keberhasilan tim,” tambah Mutiara.
Kemenangan ini menjadi langkah awal bagi mereka untuk terus berkembang ke depan. Mereka berharap bisa membuka peluang untuk kompetisi di tingkat lebih tinggi, baik regional maupun nasional.
“Kemenangan ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus belajar dan berkembang, serta menginspirasi teman-teman untuk mengembangkan potensi dan berusaha mencapai yang terbaik,” ungkap Hana, lalu diiyakan kedua rekannya itu.
Ketiganya berharap keberhasilan mereka dapat mendorong siswa-siswi lain untuk mengembangkan kemampuan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Mereka juga mengingatkan pentingnya memperhatikan keseimbangan antara prestasi akademik dan pengembangan diri untuk mencapai potensi terbaik. (ce/ram)