Sabtu, Maret 22, 2025
23.8 C
Palangkaraya

Tya Anggraini Putri, Generasi Muda yang Mencintai Al-Qur’an sejak Dini (22)

Bertekad Hafal 30 Juz sebelum Lulus SMA, Menggapai Mimpi Jadi Dokter

Tya Anggraini Putri, seorang murid yang masih duduk di bangku kelas 6 SD Islam Darussalam memiliki mimpi besar menjadi hafizah Al-Qur’an. Meski perjalanannya tidak selalu mudah, tetapi dia akan menikmati tiap prosesnya.

MUTOHAROH, Palangka Raya

MENGHAFAL Al-Qur’an bukanlah hal mudah bagi gadis yang akrab disapa Tya ini. Baginya, menghafal ayat-ayat suci ini merupakan perjalanan yang dijalaninya dengan penuh semangat, meski awalnya merupakan keinginan sang ibu. Namun, ia tetap sangat menikmati prosesnya. Pada usia yang masih muda, Tya sudah memiliki target besar untuk hidupnya, yaitu bisa menyelesaikan hafalan 30 juz sambil mengejar cita-cita.

“Sebenarnya mama yang pengen aku jadi hafizah, tetapi aku ikhlas menjalaninya, jadi enggak ada paksaan,” ujar Tya.

Namun, bukan berarti proses hafalannya selalu mulus. Beberapa surah panjang menjadi tantangan. Jika merasa kesulitan, Tya memilih untuk beristirahat sekitar. Ia tidak ingin memaksakan diri. Baginya, menghafal semestinya dilakukan dalam kondisi hati yang lapang. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan. Makin hati merasa berat, maka upaya menghafal akan makin sulit.

Biasanya ia menghafal lima ayat tiap hari setelah salat Isya, dengan dibimbing seorang guru les. Akan tetapi, orang tuanya tidak pernah menargetkan jumlah ayat yang harus dihafal dalam sehari.

Baca Juga :  Umat Diingatkan Tak Terpecah Belah Isu SARA

“Ibu pernah bilang, jangan dipaksa atau terlalu dipaksa menghafal, nanti jadinya malah terpaksa, bukan karena Allah,” ucap Tya menirukan nasihat ibunya.

Menurut ibundanya, menghafal sedikit demi sedikit juga tidak masalah, karena pada akhirnya hafalan akan terkumpul dan menjadi banyak. Apabila sudah waktunya, insyaallah akan khatam 30 juz. Bahkan tanpa disadari, prosesnya diwarnai keikhlasan hati dan kelapangan dada.

Selain ingin menjadi hafizah, Tya punya mimpi lain menjadi seorang dokter. Karena itu, setelah lulus SD, ia berencana melanjutkan pendidikan ke SMP Islam Darussalam. Dengan begitu, ia bisa terus menghafal Al-Qur’an sembari fokus belajar. Tya pun bertekad bisa menghafal 30 juz sebelum lulus pendidikan sekolah menengah atas (SMA).

“Harapan saya sih sebelum lulus SMP atau minimal kelas 10 SMA udah selesai hafal 30 juz, jadi tinggal murajaah (mengulang hafalan) saja,” katanya.

Meski disibukkan dengan menghafal Al-Qur’an dan belajar, Tya tetap meluangkan waktu untuk menikmati hobinya, berenang. Baginya, berenang bukan hanya menyenangkan, tetapi juga salah satu olahraga yang dianjurkan dalam Islam. Namun tak jarang waktu luangnya dihabiskan untuk mengulang hafalan.

Baca Juga :  BNNP Apresiasi Gumas, Tes Urine dan Pasang Spanduk Solialisasi Terbanyak

“Kalau enggak berenang, biasanya aku ngulang surah-surah yang udah aku hafal. Karena aku anak tunggal, jadi seringnya hafal sendiri,” tambahnya.

Sebagai satu-satunya anak dalam keluarga, Tya ingin menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Meski mereka tidak pernah memaksanya untuk menghafal Al-Qur’an, ia tetap ingin mewujudkan keinginan orang tuanya itu. Namun, ia sadar bahwa perjalanannya masih panjang. Di sisi lain, ia optimistis bahwa dengan niat yang kuat dan usaha yang konsisten, impiannya itu bisa tercapai. Tiap hari ia berusaha menjaga keseimbangan antara belajar dan menghafal Al-Qur’an.

“Kalau bukan aku, siapa lagi yang akan wujudkan keinginan orang tua punya anak seorang hafizah. Bismillahirrahmanirrahim, insyaallah bisa,” ucapnya penuh keyakinan.

Dengan dukungan dari orang tua dan guru-guru, Tya berharap kelak bisa menjadi seorang dokter, yang tidak hanya menyembuhkan orang secara fisik, tetapi juga memiliki bekal ilmu agama yang kuat. Perjalanannya mungkin masih panjang, tetapi semangatnya tidak pernah surut. Semoga kelak, Tya bisa mewujudkan impiannya menjadi dokter yang hafal Al-Qur’an. (bersambung/ce/ala)

Tya Anggraini Putri, seorang murid yang masih duduk di bangku kelas 6 SD Islam Darussalam memiliki mimpi besar menjadi hafizah Al-Qur’an. Meski perjalanannya tidak selalu mudah, tetapi dia akan menikmati tiap prosesnya.

MUTOHAROH, Palangka Raya

MENGHAFAL Al-Qur’an bukanlah hal mudah bagi gadis yang akrab disapa Tya ini. Baginya, menghafal ayat-ayat suci ini merupakan perjalanan yang dijalaninya dengan penuh semangat, meski awalnya merupakan keinginan sang ibu. Namun, ia tetap sangat menikmati prosesnya. Pada usia yang masih muda, Tya sudah memiliki target besar untuk hidupnya, yaitu bisa menyelesaikan hafalan 30 juz sambil mengejar cita-cita.

“Sebenarnya mama yang pengen aku jadi hafizah, tetapi aku ikhlas menjalaninya, jadi enggak ada paksaan,” ujar Tya.

Namun, bukan berarti proses hafalannya selalu mulus. Beberapa surah panjang menjadi tantangan. Jika merasa kesulitan, Tya memilih untuk beristirahat sekitar. Ia tidak ingin memaksakan diri. Baginya, menghafal semestinya dilakukan dalam kondisi hati yang lapang. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan. Makin hati merasa berat, maka upaya menghafal akan makin sulit.

Biasanya ia menghafal lima ayat tiap hari setelah salat Isya, dengan dibimbing seorang guru les. Akan tetapi, orang tuanya tidak pernah menargetkan jumlah ayat yang harus dihafal dalam sehari.

Baca Juga :  Umat Diingatkan Tak Terpecah Belah Isu SARA

“Ibu pernah bilang, jangan dipaksa atau terlalu dipaksa menghafal, nanti jadinya malah terpaksa, bukan karena Allah,” ucap Tya menirukan nasihat ibunya.

Menurut ibundanya, menghafal sedikit demi sedikit juga tidak masalah, karena pada akhirnya hafalan akan terkumpul dan menjadi banyak. Apabila sudah waktunya, insyaallah akan khatam 30 juz. Bahkan tanpa disadari, prosesnya diwarnai keikhlasan hati dan kelapangan dada.

Selain ingin menjadi hafizah, Tya punya mimpi lain menjadi seorang dokter. Karena itu, setelah lulus SD, ia berencana melanjutkan pendidikan ke SMP Islam Darussalam. Dengan begitu, ia bisa terus menghafal Al-Qur’an sembari fokus belajar. Tya pun bertekad bisa menghafal 30 juz sebelum lulus pendidikan sekolah menengah atas (SMA).

“Harapan saya sih sebelum lulus SMP atau minimal kelas 10 SMA udah selesai hafal 30 juz, jadi tinggal murajaah (mengulang hafalan) saja,” katanya.

Meski disibukkan dengan menghafal Al-Qur’an dan belajar, Tya tetap meluangkan waktu untuk menikmati hobinya, berenang. Baginya, berenang bukan hanya menyenangkan, tetapi juga salah satu olahraga yang dianjurkan dalam Islam. Namun tak jarang waktu luangnya dihabiskan untuk mengulang hafalan.

Baca Juga :  BNNP Apresiasi Gumas, Tes Urine dan Pasang Spanduk Solialisasi Terbanyak

“Kalau enggak berenang, biasanya aku ngulang surah-surah yang udah aku hafal. Karena aku anak tunggal, jadi seringnya hafal sendiri,” tambahnya.

Sebagai satu-satunya anak dalam keluarga, Tya ingin menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Meski mereka tidak pernah memaksanya untuk menghafal Al-Qur’an, ia tetap ingin mewujudkan keinginan orang tuanya itu. Namun, ia sadar bahwa perjalanannya masih panjang. Di sisi lain, ia optimistis bahwa dengan niat yang kuat dan usaha yang konsisten, impiannya itu bisa tercapai. Tiap hari ia berusaha menjaga keseimbangan antara belajar dan menghafal Al-Qur’an.

“Kalau bukan aku, siapa lagi yang akan wujudkan keinginan orang tua punya anak seorang hafizah. Bismillahirrahmanirrahim, insyaallah bisa,” ucapnya penuh keyakinan.

Dengan dukungan dari orang tua dan guru-guru, Tya berharap kelak bisa menjadi seorang dokter, yang tidak hanya menyembuhkan orang secara fisik, tetapi juga memiliki bekal ilmu agama yang kuat. Perjalanannya mungkin masih panjang, tetapi semangatnya tidak pernah surut. Semoga kelak, Tya bisa mewujudkan impiannya menjadi dokter yang hafal Al-Qur’an. (bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/