Jumat, September 20, 2024
36.3 C
Palangkaraya

Lestarikan Ratusan Tanaman Obat

Sosok Suaji, Tokoh Penerima Penghargaan Kalpataru

Berawal dari kegemarannya mengoleksi tanaman herbal, Suaji menerima penghargaan Kalpataru. Selain itu, dia bisa mendapat pemasukan dari penjualan minuman kesehatan.

LUTFI RAHMATUNNISA, Bontang

SUAJI tiba-tiba menghentikan laju mobil yang ia kendarai. Matanya tertuju pada sekelompok tanaman herbal liar di pinggir jalan. Buru-buru ia memungut dan bergegas untuk kembali bekerja. Kala itu, ia masih tercatat sebagai sopir di RS PKT.

September 2013. Bak menang undian, Suaji kegirangan saat berhasil mengumpulkan beraneka jenis tanaman yang berbeda. Mulai kembang, sayur hidroponik, hingga beberapa tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan temulawak. Rasa itu ia miliki sebab kecintaannya yang begitu besar terhadap lingkungan. Khususnya tanaman herbal.

Pria murah senyum ini mulanya tak tahu banyak soal tanaman herbal. Pelan tapi pasti. Keingintahuannya terhadap dunia herbal begitu besar. Sehingga ia mencoba mencari tahu dengan membaca artikel berdiskusi dengan pegiat tanaman herbal.

Waktu itu, hanya beberapa bibit tanaman herbal yang ia punya. Sesekali ia meminta sebatang tanaman milik tetangga. “Orang-orang di sini itu banyak yang punya tanaman herbal tapi mereka tidak tahu kalau itu tanaman herbal. Jadi saya minta sedikit,” kata Suaji ketika disambangi di kediamannya, di Kelurahan Guntung, Bontang Utara.

Sebulan berselang, sekitar 30 jenis tanaman herbal berhasil dikumpulkan dan ia rawat dengan baik. Usahanya dilirik oleh lurah Guntung dan Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Saat itu, PKT menawarkan Suaji untuk menjadi bagian dari mitra binaan. Melihat kesempatan itu, Suaji langsung mengiyakan. Dalam hati kecilnya, ia yakin suatu saat usahanya ini akan berkembang. Bantuan pertama yang ia terima ialah green house. Dengan bantuan itu ia lebih leluasa mengembangkan tanaman herbal.

Baca Juga :  Tari Dadas Bawo Resmi Tercatat di Muri

Pada 2015, PKT melihat keseriusan Suaji dalam mengembangkan tanaman herbal. BUMN itu kembali mengulurkan bantuan dengan memberangkatkan Suaji ke Jogjakarta selama dua pekan. Tujuannya, menimba ilmu lebih dalam soal tanaman herbal sekaligus belajar mengolah menjadi minuman kesehatan.

“Saya tidak mengajukan proposal untuk mengembangkan usaha ini. Semua murni dibantu untuk keberhasilan usaha saya,” aku Suaji.

Sepulang dari Jogjakarta, Suaji mengaplikasikan ilmu yang ia dapat dengan memanfaatkan lahan seluas 40×9 meter yang terletak di samping rumah untuk ditanami tanaman herbal. Seluruh aktivitas itu dilakukan Suaji bersama sang istri.

“Sempat dibuat kelompok gitu. Tapi, tidak bertahan lama. Karena mereka sudah tahu ilmunya dan bisa mengembangkan sendiri, jadi saya lepas mereka. Bahkan sekarang mereka membuat usaha batik enggang,” tuturnya.

Akhir 2020 keseriusannya mendalami tanaman herbal lagi-lagi membuatnya kembali mendapat bantuan dari PKT berupa rumah produksi. Rumah itu berdiri ditujukan agar Suaji bisa mengembangkan produk minuman kesehatan dari tanaman herbal.  Lalu ia menamakan usahanya itu dengan Enggang Herbal. Nama itu diambil sebab lokasi ia menanam herbal berada di Jalan Tari Enggang. “Agar memudahkan orang lain yang ingin berkunjung saja,” kata Suaji.

Dari rumah produksinya itu, ia berhasil mengolah produk pertamanya yakni mengubah temulawak menjadi minuman kesehatan bubuk. Berbekal alat seadanya dan ilmu yang didapat, eksperimen tersebut berhasil.

Suaji menjelaskan bagaimana ia mengolah. Mulanya temulawak dicuci bersih kemudian diblender. Setelah itu diperas kemudian disaring. Hasil saringan itu diendapkan selama tiga sampai lima jam. Tak berhenti di situ, endapan tadi kemudian disaring lalu didiamkan hingga kering. Dari hasil itulah minuman kesehatan temulawan dihasilkan.

“Saya tidak berani bilang produk ini jamu ataupun obat. Sebab dari hasil pelatihan kemarin tidak disarankan apabila tidak memiliki persyaratannya. Seperti harus punya izin BPOM, apoteker, dan lab. Maka dari itu saya namankan minuman kesehatan saja,” bebernya.

Baca Juga :  Melihat Cetak Biru Provinsi Kalteng 2045

Seiring berjalannya waktu, produk minuman kesehatan yang ia kelola mulai berkembang. Kini ia mampu memasarkan 9 jenis tanaman herbal. Seperti brutowali, temulawak, jahe, secang, bawang dayak, kapulaga, cengkeh, kayu manis, dan kemukus.

Dianggap mampu mengelola tanaman dan mengembangkan usaha minuman kesehatan herbal serta menghasilkan profit. Pada 2018 PKT melepas Enggang Herbal sebagai mitra. Status mitra bergeser menjadi pengawasan. Tak tanggung-tanggung dalam satu bulan omzet yang diperoleh Suaji dari usahanya itu, yakni Rp 7 hingga Rp 9 juta.

Suaji tak menyangka jerih keringatnya berbuah manis. Mulanya ia tak sengaja berkecimpung menjadi pegiat lingkungan. Sebab bercocok tanam merupakan hobinya sejak lama. Sebagai pegiat lingkungan sejak 2016 ia berhasil memperoleh penghargaan dari Menteri Kesehatan untuk kategori tanaman toga terbaik. Bahkan pada September 2017, dia kembali menyabet penghargaan terbaik ketiga dari Kementerian PPN/Bappenas dengan mengirimkan karya tulis berjudul Budidaya Tanaman Obat Keluarga.

Puncaknya pada momen Hari Lingkungan Hidup 2022. Pria murah senyum itu menerima Kalpataru kategori Penyelamat Lingkungan yang diberikan Gubernur Kaltim Isran Noor, beberapa waktu lalu. Itu merupakan buah dari upayanya atas jasanya dalam lingkungan hidup.

Warga Jalan Tari Enggang, Kelurahan Guntung, itu tersenyum ketika mengetahui namanya ujug-ujug tercatat sebagai penerima penghargaan.

“Sekarang saya tidak begitu berharap dengan hal kayak gitu (penghargaan). Kalau dapat, ya, Alhamdulillah. Kalau tidak, ya, sudah. Yang saya pikirkan saat ini ialah fokus untuk mengabdikan diri pada lingkungan dengan mengembangkan dan mengolah tanaman herbal,” tandasnya. (edw/ind/k8/jpg/ko)

Sosok Suaji, Tokoh Penerima Penghargaan Kalpataru

Berawal dari kegemarannya mengoleksi tanaman herbal, Suaji menerima penghargaan Kalpataru. Selain itu, dia bisa mendapat pemasukan dari penjualan minuman kesehatan.

LUTFI RAHMATUNNISA, Bontang

SUAJI tiba-tiba menghentikan laju mobil yang ia kendarai. Matanya tertuju pada sekelompok tanaman herbal liar di pinggir jalan. Buru-buru ia memungut dan bergegas untuk kembali bekerja. Kala itu, ia masih tercatat sebagai sopir di RS PKT.

September 2013. Bak menang undian, Suaji kegirangan saat berhasil mengumpulkan beraneka jenis tanaman yang berbeda. Mulai kembang, sayur hidroponik, hingga beberapa tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan temulawak. Rasa itu ia miliki sebab kecintaannya yang begitu besar terhadap lingkungan. Khususnya tanaman herbal.

Pria murah senyum ini mulanya tak tahu banyak soal tanaman herbal. Pelan tapi pasti. Keingintahuannya terhadap dunia herbal begitu besar. Sehingga ia mencoba mencari tahu dengan membaca artikel berdiskusi dengan pegiat tanaman herbal.

Waktu itu, hanya beberapa bibit tanaman herbal yang ia punya. Sesekali ia meminta sebatang tanaman milik tetangga. “Orang-orang di sini itu banyak yang punya tanaman herbal tapi mereka tidak tahu kalau itu tanaman herbal. Jadi saya minta sedikit,” kata Suaji ketika disambangi di kediamannya, di Kelurahan Guntung, Bontang Utara.

Sebulan berselang, sekitar 30 jenis tanaman herbal berhasil dikumpulkan dan ia rawat dengan baik. Usahanya dilirik oleh lurah Guntung dan Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Saat itu, PKT menawarkan Suaji untuk menjadi bagian dari mitra binaan. Melihat kesempatan itu, Suaji langsung mengiyakan. Dalam hati kecilnya, ia yakin suatu saat usahanya ini akan berkembang. Bantuan pertama yang ia terima ialah green house. Dengan bantuan itu ia lebih leluasa mengembangkan tanaman herbal.

Baca Juga :  Tari Dadas Bawo Resmi Tercatat di Muri

Pada 2015, PKT melihat keseriusan Suaji dalam mengembangkan tanaman herbal. BUMN itu kembali mengulurkan bantuan dengan memberangkatkan Suaji ke Jogjakarta selama dua pekan. Tujuannya, menimba ilmu lebih dalam soal tanaman herbal sekaligus belajar mengolah menjadi minuman kesehatan.

“Saya tidak mengajukan proposal untuk mengembangkan usaha ini. Semua murni dibantu untuk keberhasilan usaha saya,” aku Suaji.

Sepulang dari Jogjakarta, Suaji mengaplikasikan ilmu yang ia dapat dengan memanfaatkan lahan seluas 40×9 meter yang terletak di samping rumah untuk ditanami tanaman herbal. Seluruh aktivitas itu dilakukan Suaji bersama sang istri.

“Sempat dibuat kelompok gitu. Tapi, tidak bertahan lama. Karena mereka sudah tahu ilmunya dan bisa mengembangkan sendiri, jadi saya lepas mereka. Bahkan sekarang mereka membuat usaha batik enggang,” tuturnya.

Akhir 2020 keseriusannya mendalami tanaman herbal lagi-lagi membuatnya kembali mendapat bantuan dari PKT berupa rumah produksi. Rumah itu berdiri ditujukan agar Suaji bisa mengembangkan produk minuman kesehatan dari tanaman herbal.  Lalu ia menamakan usahanya itu dengan Enggang Herbal. Nama itu diambil sebab lokasi ia menanam herbal berada di Jalan Tari Enggang. “Agar memudahkan orang lain yang ingin berkunjung saja,” kata Suaji.

Dari rumah produksinya itu, ia berhasil mengolah produk pertamanya yakni mengubah temulawak menjadi minuman kesehatan bubuk. Berbekal alat seadanya dan ilmu yang didapat, eksperimen tersebut berhasil.

Suaji menjelaskan bagaimana ia mengolah. Mulanya temulawak dicuci bersih kemudian diblender. Setelah itu diperas kemudian disaring. Hasil saringan itu diendapkan selama tiga sampai lima jam. Tak berhenti di situ, endapan tadi kemudian disaring lalu didiamkan hingga kering. Dari hasil itulah minuman kesehatan temulawan dihasilkan.

“Saya tidak berani bilang produk ini jamu ataupun obat. Sebab dari hasil pelatihan kemarin tidak disarankan apabila tidak memiliki persyaratannya. Seperti harus punya izin BPOM, apoteker, dan lab. Maka dari itu saya namankan minuman kesehatan saja,” bebernya.

Baca Juga :  Melihat Cetak Biru Provinsi Kalteng 2045

Seiring berjalannya waktu, produk minuman kesehatan yang ia kelola mulai berkembang. Kini ia mampu memasarkan 9 jenis tanaman herbal. Seperti brutowali, temulawak, jahe, secang, bawang dayak, kapulaga, cengkeh, kayu manis, dan kemukus.

Dianggap mampu mengelola tanaman dan mengembangkan usaha minuman kesehatan herbal serta menghasilkan profit. Pada 2018 PKT melepas Enggang Herbal sebagai mitra. Status mitra bergeser menjadi pengawasan. Tak tanggung-tanggung dalam satu bulan omzet yang diperoleh Suaji dari usahanya itu, yakni Rp 7 hingga Rp 9 juta.

Suaji tak menyangka jerih keringatnya berbuah manis. Mulanya ia tak sengaja berkecimpung menjadi pegiat lingkungan. Sebab bercocok tanam merupakan hobinya sejak lama. Sebagai pegiat lingkungan sejak 2016 ia berhasil memperoleh penghargaan dari Menteri Kesehatan untuk kategori tanaman toga terbaik. Bahkan pada September 2017, dia kembali menyabet penghargaan terbaik ketiga dari Kementerian PPN/Bappenas dengan mengirimkan karya tulis berjudul Budidaya Tanaman Obat Keluarga.

Puncaknya pada momen Hari Lingkungan Hidup 2022. Pria murah senyum itu menerima Kalpataru kategori Penyelamat Lingkungan yang diberikan Gubernur Kaltim Isran Noor, beberapa waktu lalu. Itu merupakan buah dari upayanya atas jasanya dalam lingkungan hidup.

Warga Jalan Tari Enggang, Kelurahan Guntung, itu tersenyum ketika mengetahui namanya ujug-ujug tercatat sebagai penerima penghargaan.

“Sekarang saya tidak begitu berharap dengan hal kayak gitu (penghargaan). Kalau dapat, ya, Alhamdulillah. Kalau tidak, ya, sudah. Yang saya pikirkan saat ini ialah fokus untuk mengabdikan diri pada lingkungan dengan mengembangkan dan mengolah tanaman herbal,” tandasnya. (edw/ind/k8/jpg/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/