Jumat, Januari 31, 2025
23 C
Palangkaraya

Ricky Dwi Suhardi, Pendiri Komunitas Pensil Kita

Pemustaka Terbaik Kalteng, Punya Gerobak Buku untuk Kampanye Literasi

 Nama Ricky Dwi Suhardi makin dikenal luas setelah mendapat penghargaan sebagai pemustaka terbaik kategori komunitas literasi. Apresiasi tersebut diberikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip) Kalteng. Ricky merupakan pendiri Pensil Kita, komunitas yang konsisten menyebarkan semangat literasi di Kalteng.  

 

DHEA UMILATI, Palangka Raya

 

DI salah satu sudut sederhana depan Hotel Dandang Tingang, tiap momen car free day (CFD) pada Minggu pagi, terlihat pemandangan berbeda.

Suara tawa anak-anak bercampur dengan kisah-kisah dari buku yang dibacakan oleh sekelompok pemuda. Sebuah gerobak penuh buku menjadi pusat perhatian. Menarik siapa saja yang lewat untuk singgah sejenak, membaca, atau sekadar mendengarkan cerita.

Inilah kegiatan yang diprakarsai komunitas Pensil Kita, yang didirikan oleh Ricky Dwi Suhardi bersama rekan-rekannya.

Suatu komunitas literasi yang kini menjadi inspirasi. Ricky, seorang pemuda penuh semangat, baru saja mendapat penghargaan pemustaka terbaik kategori komunitas literasi yang diberikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Penghargaan itu diberikan sebagai pengakuan atas dedikasinya dalam menggerakkan literasi di Kalimantan Tengah.

Bersama komunitas Pensil Kita, Ricky tak hanya menyediakan ruang membaca, tetapi juga ruang belajar dan bermain bagi anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.

Kisah Pensil Kita berawal dari diskusi sederhana pada akhir tahun 2023. Ricky bersama teman-temannya punya ide membuat klub buku yang bertujuan mendiskusikan bacaan favorit mereka. Namun, ide itu berkembang lebih jauh.

“Kami ingin membuat sesuatu yang lebih berdampak. Teman-teman sepakat untuk fokus pada literasi anak-anak. Akhirnya, tercetuslah ide untuk membuka lapak baca di ruang publik,” ceritanya saat berbincang dengan Kalteng Pos, Senin (20/1/2025).

Nama Pensil Kita dipilih dengan filosofi mendalam. Kata Pensil melambangkan pendidikan, sementara kata Kita menunjukkan semangat kebersamaan dan kolaborasi.

Baca Juga :  Para Penghuni Panti Diajak Berkebun hingga Bermain Musik

“Tujuan kami sederhana, menjadi katalisator dalam meningkatkan indeks literasi membaca di Kalimantan Tengah,” tambahnya.

Dengan berbekal semangat, Ricky dan timnya mulai mengumpulkan buku dari berbagai donatur dan menyulap sebuah gerobak sederhana menjadi perpustakaan berjalan.

“Gerobak ini adalah simbol gerakan kami. Tiap Minggu pagi, kami membawa gerobak buku ke depan Hotel Dandang Tingang dan mengundang siapa saja untuk membaca atau mendengar cerita,” jelasnya.

Kegiatan yang dilakukan komunitas ini tidak hanya sebatas membaca. Anak-anak yang datang ke lapak baca juga diajak menggambar, bernyanyi, hingga belajar berhitung.

“Kami ingin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Anak-anak diajarkan untuk mencintai buku sejak dini,” ujarnya.

Selain anak-anak, lapak ini juga menyediakan buku untuk remaja dan dewasa. Bagi Ricky, literasi adalah hak semua kalangan.

“Kami tidak membatasi siapa yang ingin datang. Semua orang berhak mendapatkan akses ke buku dan pengetahuan,” tegasnya.

Tak hanya berfokus di pusat kota, komunitas ini juga aktif menjangkau daerah pinggiran, seperti daerah Pahandut Seberang.

bahkan mengadakan perpustakaan keliling, bekerja sama dengan komunitas lain. Hingga kini, gerakan donasi literasi yang mereka jalankan telah mencapai putaran ke-15, membawa buku ke daerah-daerah yang minim fasilitas literasi.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengungkapkan, dirinya cukup terkesan melihat anak-anak yang datang ke lapak baca.

“Ada anak-anak yang awalnya tidak mengenal buku, kini datang dengan antusias tiap Minggu. Melihat mereka berkembang adalah kebahagiaan tersendiri,” ungkapnya.

Bagi pemuda yang baru saja mendapatkan gelar sarjananya pada akhir tahun 2024, literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi juga alat untuk menciptakan perubahan sosial.

Baca Juga :  Masjid Berkonstruksi Kayu, Dibangun tanpa Paku

“Kami percaya bahwa melalui literasi, masyarakat dapat lebih sadar akan hak dan tanggung jawab mereka, serta mampu menghadapi tantangan zaman,” tambahnya.

Selain aktif di bidang literasi, Ricky juga dikenal sebagai pemuda multitalenta. Pada 2023, ia terpilih sebagai satu-satunya perwakilan Kalimantan Tengah dalam program pertukaran pemuda ke Singapura.

Program yang diselenggarakan oleh dispora ini memberikan pengalaman berharga bagi Ricky, terutama dalam hal kolaborasi lintas budaya.

Tak hanya itu, Ricky juga aktif sebagai sukarelawan Palang Merah Indonesia (PMI).

Ia terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, seperti membantu korban bencana, memberikan edukasi tentang kesehatan dan kebersihan, hingga melakukan kampanye water sanitation and hygiene promotion.

Komunitas Pensil Kita kini memiliki sekitar 20 anggota, dengan rentang usia 19 hingga 28 tahun.

“Kami tidak membatasi siapa yang ingin bergabung. Siapa pun yang memiliki semangat untuk literasi, kami sambut dengan tangan terbuka,” jelasnya.

Untuk tahun 2025, Ricky dan timnya telah merancang serangkaian proyek literasi. Salah satunya, memperluas jangkauan kegiatan mereka ke wilayah-wilayah yang lebih terpencil di Kalimantan Tengah.

“Kami ingin memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses ke literasi,” tuturnya.

Komunitas ini tetap berdiri sebagai komunitas independen tanpa naungan organisasi besar. Namun, hal itu tidak menghalangi mereka untuk bermitra dengan berbagai pihak.

“Kami percaya kolaborasi adalah kunci keberhasilan. Dengan bekerja sama, kita bisa membawa perubahan yang lebih besar,” ucapnya.

Di tengah aktivitasnya, lelaki berkacamata itu tetap memegang teguh visi komunitas, membawa literasi lebih dekat dengan masyarakat.

“Kami hanya ingin menjadi bagian kecil dari perubahan besar. Literasi adalah awal dari segalanya, dari pendidikan hingga kesejahteraan masyarakat,” tuturnya. (*/ce/ala)

 Nama Ricky Dwi Suhardi makin dikenal luas setelah mendapat penghargaan sebagai pemustaka terbaik kategori komunitas literasi. Apresiasi tersebut diberikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip) Kalteng. Ricky merupakan pendiri Pensil Kita, komunitas yang konsisten menyebarkan semangat literasi di Kalteng.  

 

DHEA UMILATI, Palangka Raya

 

DI salah satu sudut sederhana depan Hotel Dandang Tingang, tiap momen car free day (CFD) pada Minggu pagi, terlihat pemandangan berbeda.

Suara tawa anak-anak bercampur dengan kisah-kisah dari buku yang dibacakan oleh sekelompok pemuda. Sebuah gerobak penuh buku menjadi pusat perhatian. Menarik siapa saja yang lewat untuk singgah sejenak, membaca, atau sekadar mendengarkan cerita.

Inilah kegiatan yang diprakarsai komunitas Pensil Kita, yang didirikan oleh Ricky Dwi Suhardi bersama rekan-rekannya.

Suatu komunitas literasi yang kini menjadi inspirasi. Ricky, seorang pemuda penuh semangat, baru saja mendapat penghargaan pemustaka terbaik kategori komunitas literasi yang diberikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Penghargaan itu diberikan sebagai pengakuan atas dedikasinya dalam menggerakkan literasi di Kalimantan Tengah.

Bersama komunitas Pensil Kita, Ricky tak hanya menyediakan ruang membaca, tetapi juga ruang belajar dan bermain bagi anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.

Kisah Pensil Kita berawal dari diskusi sederhana pada akhir tahun 2023. Ricky bersama teman-temannya punya ide membuat klub buku yang bertujuan mendiskusikan bacaan favorit mereka. Namun, ide itu berkembang lebih jauh.

“Kami ingin membuat sesuatu yang lebih berdampak. Teman-teman sepakat untuk fokus pada literasi anak-anak. Akhirnya, tercetuslah ide untuk membuka lapak baca di ruang publik,” ceritanya saat berbincang dengan Kalteng Pos, Senin (20/1/2025).

Nama Pensil Kita dipilih dengan filosofi mendalam. Kata Pensil melambangkan pendidikan, sementara kata Kita menunjukkan semangat kebersamaan dan kolaborasi.

Baca Juga :  Para Penghuni Panti Diajak Berkebun hingga Bermain Musik

“Tujuan kami sederhana, menjadi katalisator dalam meningkatkan indeks literasi membaca di Kalimantan Tengah,” tambahnya.

Dengan berbekal semangat, Ricky dan timnya mulai mengumpulkan buku dari berbagai donatur dan menyulap sebuah gerobak sederhana menjadi perpustakaan berjalan.

“Gerobak ini adalah simbol gerakan kami. Tiap Minggu pagi, kami membawa gerobak buku ke depan Hotel Dandang Tingang dan mengundang siapa saja untuk membaca atau mendengar cerita,” jelasnya.

Kegiatan yang dilakukan komunitas ini tidak hanya sebatas membaca. Anak-anak yang datang ke lapak baca juga diajak menggambar, bernyanyi, hingga belajar berhitung.

“Kami ingin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Anak-anak diajarkan untuk mencintai buku sejak dini,” ujarnya.

Selain anak-anak, lapak ini juga menyediakan buku untuk remaja dan dewasa. Bagi Ricky, literasi adalah hak semua kalangan.

“Kami tidak membatasi siapa yang ingin datang. Semua orang berhak mendapatkan akses ke buku dan pengetahuan,” tegasnya.

Tak hanya berfokus di pusat kota, komunitas ini juga aktif menjangkau daerah pinggiran, seperti daerah Pahandut Seberang.

bahkan mengadakan perpustakaan keliling, bekerja sama dengan komunitas lain. Hingga kini, gerakan donasi literasi yang mereka jalankan telah mencapai putaran ke-15, membawa buku ke daerah-daerah yang minim fasilitas literasi.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengungkapkan, dirinya cukup terkesan melihat anak-anak yang datang ke lapak baca.

“Ada anak-anak yang awalnya tidak mengenal buku, kini datang dengan antusias tiap Minggu. Melihat mereka berkembang adalah kebahagiaan tersendiri,” ungkapnya.

Bagi pemuda yang baru saja mendapatkan gelar sarjananya pada akhir tahun 2024, literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi juga alat untuk menciptakan perubahan sosial.

Baca Juga :  Masjid Berkonstruksi Kayu, Dibangun tanpa Paku

“Kami percaya bahwa melalui literasi, masyarakat dapat lebih sadar akan hak dan tanggung jawab mereka, serta mampu menghadapi tantangan zaman,” tambahnya.

Selain aktif di bidang literasi, Ricky juga dikenal sebagai pemuda multitalenta. Pada 2023, ia terpilih sebagai satu-satunya perwakilan Kalimantan Tengah dalam program pertukaran pemuda ke Singapura.

Program yang diselenggarakan oleh dispora ini memberikan pengalaman berharga bagi Ricky, terutama dalam hal kolaborasi lintas budaya.

Tak hanya itu, Ricky juga aktif sebagai sukarelawan Palang Merah Indonesia (PMI).

Ia terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, seperti membantu korban bencana, memberikan edukasi tentang kesehatan dan kebersihan, hingga melakukan kampanye water sanitation and hygiene promotion.

Komunitas Pensil Kita kini memiliki sekitar 20 anggota, dengan rentang usia 19 hingga 28 tahun.

“Kami tidak membatasi siapa yang ingin bergabung. Siapa pun yang memiliki semangat untuk literasi, kami sambut dengan tangan terbuka,” jelasnya.

Untuk tahun 2025, Ricky dan timnya telah merancang serangkaian proyek literasi. Salah satunya, memperluas jangkauan kegiatan mereka ke wilayah-wilayah yang lebih terpencil di Kalimantan Tengah.

“Kami ingin memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses ke literasi,” tuturnya.

Komunitas ini tetap berdiri sebagai komunitas independen tanpa naungan organisasi besar. Namun, hal itu tidak menghalangi mereka untuk bermitra dengan berbagai pihak.

“Kami percaya kolaborasi adalah kunci keberhasilan. Dengan bekerja sama, kita bisa membawa perubahan yang lebih besar,” ucapnya.

Di tengah aktivitasnya, lelaki berkacamata itu tetap memegang teguh visi komunitas, membawa literasi lebih dekat dengan masyarakat.

“Kami hanya ingin menjadi bagian kecil dari perubahan besar. Literasi adalah awal dari segalanya, dari pendidikan hingga kesejahteraan masyarakat,” tuturnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/