Kapolda Kalteng Irjen Pol Drs. Djoko Poerwanto menaruh perhatian serius terhadap perkembangan karakter anak di tengah derasnya arus informasi digital. Dalam sesi deeptalk yang berlangsung santai namun penuh makna, jenderal bintang dua ini mengungkapkan kegelisahannya terhadap tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini.
FITRI SHAFA KAMILA, Palangka Raya
AKSES informasi di era digital ibarat pisau bermata dua, terutama bagi anak-anak dan remaja. Di satu sisi, teknologi memungkinkan mereka mendapatkan berbagai informasi hanya dengan sekali sentuh.
Namun, di sisi lain, kemudahan ini juga membuka peluang bagi penyalahgunaan dan paparan konten yang tidak sesuai usia. Tanpa pendampingan yang tepat, anak-anak bisa saja terjerumus dalam arus informasi yang berbahaya.
Masa pertumbuhan dari bayi hingga remaja adalah fase krusial dalam membentuk karakter dan identitas diri.
Lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian anak, sehingga diperlukan pendampingan dan pengawasan dari orang dewasa yang mampu mengarahkan mereka ke jalur yang benar.
Kapolda Kalteng Irjen Pol Drs. Djoko Poerwanto menyoroti fenomena ini dengan pandangan kritis. Menurutnya, generasi saat ini memiliki keunggulan dalam akses informasi, tetapi juga menjadi lebih rapuh.
“Anak-anak zaman sekarang bisa mendapatkan informasi dengan cepat, tetapi sekaligus menjadi sangat rapuh jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya,” ujarnya, Sabtu (22/2/2025).
Salah satu hal yang menjadi perhatiannya adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan smartphone oleh anak-anak. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap kasus yang pernah ia temui, di mana seorang remaja belasan tahun terlibat dalam penjualan konten asusila secara daring.
“Miris sekali, di usia yang seharusnya digunakan untuk belajar dan menggali potensi diri, anak ini justru terseret dalam tindakan kriminal. Padahal, dia memiliki bakat yang bisa diarahkan ke hal positif, tetapi malah salah jalur,” ungkap mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat ini.
Ia menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka. Kebebasan dalam memilih dan berekspresi memang diperlukan, tetapi tetap dalam batasan yang wajar dan dengan pengawasan yang bijak.
“Dari dulu, saya selalu memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk memilih jalan mereka sendiri. Meskipun dalam hati kecil saya berharap ada yang mengikuti jejak saya, tetapi mereka punya pilihan masing-masing. Saya tetap mendukung, namun tentu dengan pengawasan orang tua,” tuturnya.
Oleh karena itu, Djoko Poerwanto berharap seluruh elemen masyarakat dapat berperan aktif dalam membentuk karakter anak sejak usia dini, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang berintegritas dan tangguh menghadapi tantangan zaman.
Sementara itu, Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kalimantan Tengah Widya Kumala atau biasa disapa Yaya, menambahkan, memang terjadi fenomena karakter anak yang perlu diatasi bersama. Dia melihat fenomena perundungan dan penggunaan bahasa kasar di kalangan anak muda saat ini semakin dianggap lumrah.
Suatu waktu, anak-anak itu sedang berkumpul untuk bermain bersama. Namun, dalam percakapan mereka terdengar kalimat atau kata kasar yang tidak layak untuk diucapkan.
“Tetapi, bagi kaum muda-mudi ini kalimat tersebut lumrah saja dan tidak menjadi persoalan yang perlu untuk dipermasalahkan,” ucapnya saat mengikuti deeptalk dengan kapolda.
Menurutnya, candaan yang mengarah pada ejekan bisa berkembang menjadi tindakan perundungan yang lebih serius. Meremehkan atau mengolok-olok seseorang dapat berdampak buruk pada mental korban.
“Bahkan berujung pada kecemasan, depresi, hingga kehilangan harapan hidup akibat tekanan psikologis yang terus-menerus,” ujarnya. (*)