Kamis, Januari 30, 2025
24 C
Palangkaraya

Sejumlah Shio Bakal Hoki di Tahun 2025 Ini  

Perayaan tahun baru Cina atau Imlek 2576 Kongzili pada Rabu, 29 Januari 2025, menjadi momentum penuh makna bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Kota Palangka Raya. Salah satu tokoh Tionghoa Kalteng berbagi cerita tentang kesemarakan perayaan Imlek tahun ini dalam Podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos.

NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya

PERAYAAN Imlek tak hanya menjadi ajang berkumpul bersama keluarga, tetapi juga momen untuk mengenang leluhur, memperkuat nilai kebersamaan, rasa syukur, dan doa untuk keberuntungan serta masa depan yang cerah.

Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Kota Palangka Raya Sulistyo, yang akrab disapa Koh Apin, menjadi narasumber Podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos, Senin (27/1/2025).

Dalam perbincangan itu, Koh Apin yang mengenakan busana merah khas Imlek, membahas berbagai tradisi dan nilai yang melekat pada perayaan tahun baru Cina ini.

“Imlek adalah perayaan terbesar dan paling dinanti oleh masyarakat Tionghoa. Bagi kami yang merantau, momen ini adalah waktu untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga di kampung halaman,” ucapnya.

Sebelum perayaan Imlek, terdapat tradisi membersihkan rumah. Koh Apin menjelaskan, aktivitas ini bermakna membersihkan energi buruk dan mengundang aura positif ke dalam rumah.

Selain itu, warna merah dan emas yang mendominasi dekorasi menyambut Imlek juga memiliki makna mendalam.

Baca Juga :  Menyisir Genangan, Beri Makan Anjing dan Kucing yang Kelaparan

“Merah melambangkan keberuntungan, sedangkan emas melambangkan kemuliaan. Kombinasi ini diharapkan membawa keberuntungan dan kemuliaan bagi kita semua,” tambahnya.

Makanan khas perayaan Imlek seperti kue keranjang, kue lapis, dan jeruk juga memiliki makna filosofis. Kue keranjang dengan tekstur lengket dan rasa manis melambangkan keharmonisan dalam keluarga. Sementara itu, kue lapis diharapkan membawa rezeki yang berlapis-lapis. Jeruk, sebagai simbol kemakmuran, menjadi pelengkap tradisi.

Selain makanan, pertunjukan barongsai dan liong juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek. “Barongsai memainkan peran penting untuk mengusir energi negatif. Tradisi ini menjadi satu kesatuan dengan perayaan Imlek,” jelas Koh Apin.

Selain itu, tradisi angpau menjadi bagian yang tak terpisahkan. Amplop merah berisi uang ini biasanya diberikan kepada anak-anak, orang yang belum menikah, atau orang tua. Namun, orang yang sudah menikah wajib memberikan angpau sebagai bentuk berbagi keberkahan.

Dalam budaya Tionghoa, angka-angka tertentu juga dianggap membawa keberuntungan. Angka seperti 6, 8, dan 9 memiliki makna positif.

“Misalnya, angka 168 diucapkan sebagai ‘yi lu fa’, yang berarti ‘sepanjang jalan kaya’. Ini sering digunakan oleh para pengusaha karena melambangkan keberhasilan,” kata Koh Apin.

Tahun 2025, menurut kalender Tionghoa, adalah tahun Ular dengan unsur Kayu. Beberapa shio yang diprediksi paling hoki tahun ini adalah shio Ayam, Ular, Kerbau, Naga, Monyet, dan Tikus.

Baca Juga :  Bantu Memandikan Jenazah sampai Pencerama Pengajian

“Harapan kami, tahun baru ini membawa kesuksesan dalam usaha, pekerjaan, dan apa pun yang kita lakukan. Semoga semua yang belum tercapai di tahun sebelumnya bisa terwujud,” ungkap Koh Apin penuh harap.

Sebagai puncak perayaan Imlek, Yayasan Tionghoa Kalimantan Barat di Kalimantan Tengah (YTKK) akan mengadakan acara perayaan Imlek bersama pada 12 Februari mendatang di Lippo Plaza Palangka Raya.

“Kami akan mengundang penyanyi dari Jakarta dan ada pertunjukan barongsai. Acara ini terbuka untuk umum. Masyarakat bisa turut merasakan semarak perayaan Imlek,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan agar perayaan Imlek dijalani dengan penuh sukacita dan kedamaian.

“Hindari hal-hal yang mengganggu ketertiban umum dan selalu jaga dan memperkokoh toleransi antarsesama,” tuturnya.

Dengan segala tradisi dan nilai yang diwariskan, Imlek tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga sarana menjaga kelestarian budaya yang kaya akan makna kehidupan dan mengenang leluhur.

Oleh sebab itu, dengan semangat kebersamaan dan harapan baru, masyarakat Tionghoa di Kalimantan Tengah siap menyongsong tahun 2576 Kongzili dengan penuh syukur dan optimisme. (*/ce/ala)

Perayaan tahun baru Cina atau Imlek 2576 Kongzili pada Rabu, 29 Januari 2025, menjadi momentum penuh makna bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Kota Palangka Raya. Salah satu tokoh Tionghoa Kalteng berbagi cerita tentang kesemarakan perayaan Imlek tahun ini dalam Podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos.

NOVIA NADYA CLAUDIA, Palangka Raya

PERAYAAN Imlek tak hanya menjadi ajang berkumpul bersama keluarga, tetapi juga momen untuk mengenang leluhur, memperkuat nilai kebersamaan, rasa syukur, dan doa untuk keberuntungan serta masa depan yang cerah.

Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Kota Palangka Raya Sulistyo, yang akrab disapa Koh Apin, menjadi narasumber Podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos, Senin (27/1/2025).

Dalam perbincangan itu, Koh Apin yang mengenakan busana merah khas Imlek, membahas berbagai tradisi dan nilai yang melekat pada perayaan tahun baru Cina ini.

“Imlek adalah perayaan terbesar dan paling dinanti oleh masyarakat Tionghoa. Bagi kami yang merantau, momen ini adalah waktu untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga di kampung halaman,” ucapnya.

Sebelum perayaan Imlek, terdapat tradisi membersihkan rumah. Koh Apin menjelaskan, aktivitas ini bermakna membersihkan energi buruk dan mengundang aura positif ke dalam rumah.

Selain itu, warna merah dan emas yang mendominasi dekorasi menyambut Imlek juga memiliki makna mendalam.

Baca Juga :  Menyisir Genangan, Beri Makan Anjing dan Kucing yang Kelaparan

“Merah melambangkan keberuntungan, sedangkan emas melambangkan kemuliaan. Kombinasi ini diharapkan membawa keberuntungan dan kemuliaan bagi kita semua,” tambahnya.

Makanan khas perayaan Imlek seperti kue keranjang, kue lapis, dan jeruk juga memiliki makna filosofis. Kue keranjang dengan tekstur lengket dan rasa manis melambangkan keharmonisan dalam keluarga. Sementara itu, kue lapis diharapkan membawa rezeki yang berlapis-lapis. Jeruk, sebagai simbol kemakmuran, menjadi pelengkap tradisi.

Selain makanan, pertunjukan barongsai dan liong juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek. “Barongsai memainkan peran penting untuk mengusir energi negatif. Tradisi ini menjadi satu kesatuan dengan perayaan Imlek,” jelas Koh Apin.

Selain itu, tradisi angpau menjadi bagian yang tak terpisahkan. Amplop merah berisi uang ini biasanya diberikan kepada anak-anak, orang yang belum menikah, atau orang tua. Namun, orang yang sudah menikah wajib memberikan angpau sebagai bentuk berbagi keberkahan.

Dalam budaya Tionghoa, angka-angka tertentu juga dianggap membawa keberuntungan. Angka seperti 6, 8, dan 9 memiliki makna positif.

“Misalnya, angka 168 diucapkan sebagai ‘yi lu fa’, yang berarti ‘sepanjang jalan kaya’. Ini sering digunakan oleh para pengusaha karena melambangkan keberhasilan,” kata Koh Apin.

Tahun 2025, menurut kalender Tionghoa, adalah tahun Ular dengan unsur Kayu. Beberapa shio yang diprediksi paling hoki tahun ini adalah shio Ayam, Ular, Kerbau, Naga, Monyet, dan Tikus.

Baca Juga :  Bantu Memandikan Jenazah sampai Pencerama Pengajian

“Harapan kami, tahun baru ini membawa kesuksesan dalam usaha, pekerjaan, dan apa pun yang kita lakukan. Semoga semua yang belum tercapai di tahun sebelumnya bisa terwujud,” ungkap Koh Apin penuh harap.

Sebagai puncak perayaan Imlek, Yayasan Tionghoa Kalimantan Barat di Kalimantan Tengah (YTKK) akan mengadakan acara perayaan Imlek bersama pada 12 Februari mendatang di Lippo Plaza Palangka Raya.

“Kami akan mengundang penyanyi dari Jakarta dan ada pertunjukan barongsai. Acara ini terbuka untuk umum. Masyarakat bisa turut merasakan semarak perayaan Imlek,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan agar perayaan Imlek dijalani dengan penuh sukacita dan kedamaian.

“Hindari hal-hal yang mengganggu ketertiban umum dan selalu jaga dan memperkokoh toleransi antarsesama,” tuturnya.

Dengan segala tradisi dan nilai yang diwariskan, Imlek tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga sarana menjaga kelestarian budaya yang kaya akan makna kehidupan dan mengenang leluhur.

Oleh sebab itu, dengan semangat kebersamaan dan harapan baru, masyarakat Tionghoa di Kalimantan Tengah siap menyongsong tahun 2576 Kongzili dengan penuh syukur dan optimisme. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/