Jumat, November 22, 2024
23.5 C
Palangkaraya

Cuci Mata

 

AKHIRNYA, apa yang dikhawatirkan jauh-jauh hari itu datang juga. Kabut asap menyelimuti langit Palangka Raya dan beberapa daerah di Kalimantan Tengah. Kualitas udara dipastikan tidak sehat. Melebihi Jakarta. Tapi, perhatian pemerintah pusat tak begitu terlihat. Buktinya, Presiden Jokowi tak memerintahkan Pak Luhut untuk turun tangan.

Kabut asap ini mengulang memori tahun 2015 dan 2019. Siklus empat tahunan yang lagi-lagi gagal diantisipasi. Siapa yang salah? Yang pasti bukan wanita. Karena wanita tak pernah salah. Kata Mario Teguh. Quote yang muncul tahun 2013 lalu itu jadi pegangan kaum hawa hingga saat ini. Para suami jangan salahkan saya andai istri Anda jadi tahu quote itu setelah baca tulisan ini.

Terus, yang salah siapa? Presiden Jokowi. Kenapa? Karena tidak ada penegasan lagi secara terbuka soal aturan main tujuh tahun silam. Yaitu jabatan pangdam, danrem, kapolda dan jajaran di bawahnya bisa dicopot jika tak bisa mengatasi kebakaran lahan. Masih berlaku atau tidak? Kalau berlaku, kok masih anteng-anteng saja. Padahal, masyarakat Kalteng sudah megap-megap menghirup asap.

Baca Juga :  Katingan Jalin Koordinasi dengan Pemkab Seruyan

Sepengetahuan saya, pernyataan itu terakhir diucapkan pada Februari lalu. Saat dicegat wartawan usai menghadiri rapat pimpinan TNI-Polri. Pernyataannya masih tegas. Setegas Panglima dan Kapolri yang berdiri mendampingi.

Sudah saatnya, Jokowi menyampaikan kata-kata mutiara itu lagi. Jangan ditunda lagi. Toh, Kaesang sudah tenang di PSI. Saya meyakini, kalau Jokowi menyerukan itu lagi, pimpinan aparat di daerah akan merespons cepat. Mengerahkan ratusan anggota melakukan pemadaman.

Tiap hari, saya yakin, yang jabatannya terancam akan terjun ke lokasi kebakaran lahan. Memberi arahan. Segel sana segel sini. Biar lebih meyakinkan kala buat laporan, dibuatlah agenda seremoni kecil-kecilan. Berpijak di tanah berasap. Lalu pegang selang. Cekrek-cekrek. Lalu cuci tangan. Ya… sebelas duabelas dengan apa yang dilakukan pejabat.

Lagi-lagi, masyarakat menanggung akibat. Dipaksa isap asap. Anak-anak sekolah mulai dikurangi jam belajar. Wajib pakai masker selama aktivitas di sekolah. Upacara bendera ditiadakan. Begitu juga olahraga.

Dampak negatif kabut asap juga berefek pada isi dompet laki-laki. Biasanya, pacar atau istri mau-mau saja diajak makan di tempat terbuka. Sekarang, maunya di tempat yang tertutup. Tempat yang dilengkapi penyejuk udara.

Baca Juga :  Fatayat NU Kalteng Siap Jaga Kamtibmas, Cegah Karhutla dan Kenakalan Remaja

Untuk diketahui, penderita infeksi saluran pernapasan akut pada bulan Agustus di Palangka Raya berjumlah 2.414 orang, menyusul Kotawaringin Barat 2.407 orang, dan Kotawaringin Timur 2.185 orang. Bulan September? Sudah pasti bertambah.

Gak bahaya ta? Ya bahaya. Kabut asap tak hanya berdampak buruk bagi saluran pernapasan. Melainkan juga berpotensi buruk bagi kesehatan mata. Ibu-ibu rumah tangga yang tiap pagi mengantar anaknya sekolah sudah pasti merasakannya. Istri saya saja mengeluh matanya pedih. Dikucek-kucek karena gatal dan berair. Untungnya, habis dicuci pakai air mengalir, keluhan itu hilang. Alhamdulillah.

Setelah saya baca-baca di rubrik kesehatan, kabut asap memang bisa menyebabkan iritasi dan peradangan selaput lendir pada mata. Obat tetes bisa jadi solusi. Jika istri-istri Anda mengeluh sakit mata, bawa dia ke puskesmas. Kalau masih mengeluh dengan nada manja, segeralah diantar ke toko emas.(*)

*)Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

 

AKHIRNYA, apa yang dikhawatirkan jauh-jauh hari itu datang juga. Kabut asap menyelimuti langit Palangka Raya dan beberapa daerah di Kalimantan Tengah. Kualitas udara dipastikan tidak sehat. Melebihi Jakarta. Tapi, perhatian pemerintah pusat tak begitu terlihat. Buktinya, Presiden Jokowi tak memerintahkan Pak Luhut untuk turun tangan.

Kabut asap ini mengulang memori tahun 2015 dan 2019. Siklus empat tahunan yang lagi-lagi gagal diantisipasi. Siapa yang salah? Yang pasti bukan wanita. Karena wanita tak pernah salah. Kata Mario Teguh. Quote yang muncul tahun 2013 lalu itu jadi pegangan kaum hawa hingga saat ini. Para suami jangan salahkan saya andai istri Anda jadi tahu quote itu setelah baca tulisan ini.

Terus, yang salah siapa? Presiden Jokowi. Kenapa? Karena tidak ada penegasan lagi secara terbuka soal aturan main tujuh tahun silam. Yaitu jabatan pangdam, danrem, kapolda dan jajaran di bawahnya bisa dicopot jika tak bisa mengatasi kebakaran lahan. Masih berlaku atau tidak? Kalau berlaku, kok masih anteng-anteng saja. Padahal, masyarakat Kalteng sudah megap-megap menghirup asap.

Baca Juga :  Katingan Jalin Koordinasi dengan Pemkab Seruyan

Sepengetahuan saya, pernyataan itu terakhir diucapkan pada Februari lalu. Saat dicegat wartawan usai menghadiri rapat pimpinan TNI-Polri. Pernyataannya masih tegas. Setegas Panglima dan Kapolri yang berdiri mendampingi.

Sudah saatnya, Jokowi menyampaikan kata-kata mutiara itu lagi. Jangan ditunda lagi. Toh, Kaesang sudah tenang di PSI. Saya meyakini, kalau Jokowi menyerukan itu lagi, pimpinan aparat di daerah akan merespons cepat. Mengerahkan ratusan anggota melakukan pemadaman.

Tiap hari, saya yakin, yang jabatannya terancam akan terjun ke lokasi kebakaran lahan. Memberi arahan. Segel sana segel sini. Biar lebih meyakinkan kala buat laporan, dibuatlah agenda seremoni kecil-kecilan. Berpijak di tanah berasap. Lalu pegang selang. Cekrek-cekrek. Lalu cuci tangan. Ya… sebelas duabelas dengan apa yang dilakukan pejabat.

Lagi-lagi, masyarakat menanggung akibat. Dipaksa isap asap. Anak-anak sekolah mulai dikurangi jam belajar. Wajib pakai masker selama aktivitas di sekolah. Upacara bendera ditiadakan. Begitu juga olahraga.

Dampak negatif kabut asap juga berefek pada isi dompet laki-laki. Biasanya, pacar atau istri mau-mau saja diajak makan di tempat terbuka. Sekarang, maunya di tempat yang tertutup. Tempat yang dilengkapi penyejuk udara.

Baca Juga :  Fatayat NU Kalteng Siap Jaga Kamtibmas, Cegah Karhutla dan Kenakalan Remaja

Untuk diketahui, penderita infeksi saluran pernapasan akut pada bulan Agustus di Palangka Raya berjumlah 2.414 orang, menyusul Kotawaringin Barat 2.407 orang, dan Kotawaringin Timur 2.185 orang. Bulan September? Sudah pasti bertambah.

Gak bahaya ta? Ya bahaya. Kabut asap tak hanya berdampak buruk bagi saluran pernapasan. Melainkan juga berpotensi buruk bagi kesehatan mata. Ibu-ibu rumah tangga yang tiap pagi mengantar anaknya sekolah sudah pasti merasakannya. Istri saya saja mengeluh matanya pedih. Dikucek-kucek karena gatal dan berair. Untungnya, habis dicuci pakai air mengalir, keluhan itu hilang. Alhamdulillah.

Setelah saya baca-baca di rubrik kesehatan, kabut asap memang bisa menyebabkan iritasi dan peradangan selaput lendir pada mata. Obat tetes bisa jadi solusi. Jika istri-istri Anda mengeluh sakit mata, bawa dia ke puskesmas. Kalau masih mengeluh dengan nada manja, segeralah diantar ke toko emas.(*)

*)Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

Artikel Terkait

Bukan Bakso Mas Bejo

Adab Anak Punk

Kota Cantik Tak Baik-Baik Saja

Parade Umbar Janji

Terpopuler

Artikel Terbaru

/