TANTANGAN dalam pemerataan kualitas pendidikan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah sepertinya masih menjadi PR besar bagi Wali Kota Palangka Raya, Fairid Naparin bersama jajarannya. Setidaknya ini yang terlihat dari Headline Kalteng Pos, Senin (7/7). Potret dunia pendidikan dasar yang sangat memprihatinkan tergambar dari foto utama di halaman satu Kalteng Pos tersebut.
Terlihat tiga orang murid sekolah dasar kelas 1 SDN-1 Petuk Katimpun yang begitu semangat di hari pertama sekolah mereka sedang mengangkat kursi meja yang kondisinya sudah tidak layak. Bukan hanya itu, terlihat jelas mereka juga dihantui atap bangunan sekolah yang rusak parah dan sewaktu-waktu dapat runtuh menimpa mereka. Hal ini diperparah dengan dinding ruangan yang terbuat dari kayu pun tampak bolong-bolong dan lapuk.
SDN-1 Petuk Katimpun ini meski disebut daerah pinggiran kota, tapi letaknya tidak terlalu pelosok juga. Jaraknya hanya sekitar 10 kilometer dari Kantor Wali Kota Palangka Raya. Ya bisa dikatakan masih kota.
Tidak hanya soal sarana dan prasarana yang mereka hadapi. Jumlah murid pun jadi tantangan bagi mereka. Kelas 1-6 totalnya hanya 47 orang, dan murid baru kelas 1 hanya berjumlah 5 orang.
Tentunya bukan hanya SDN-1 Petuk Katimpun yang menghadapi tantangan dalam mendidik generasi penerus bangsa. Sekolah-sekolah lainnya pun di Palangka Raya, baik yang berada di pinggiran atau perkotaan juga mengalami tantangan yang berbeda-beda. Dan ini menjadi PR besar.
Dibutuhkan komitmen dan kepedulian yang kuat dan jelas dari kepala daerah untuk menyelesaikan tantangan di bidang pendidikan ini. Dan ingat pembangunan tidak hanya soal fisik, namun yang tidak kalah penting adalah membangun manusianya. Ya. Sumber Daya Manusia (SDM) juga harus berkualitas, dan ini dilakukan dalam wujud nyata pada program-program pendidikan yang bisa dirasakan semua orang secara adil dan merata.
Kami tetap percaya dan yakin Wali Kota Palangka Raya melalui Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya juga terus berupaya melakukan pemerataan fasilitas pendidikan, baik di kawasan pusat kota maupun di wilayah pinggiran. Tentunya dengan menentukan skala prioritas dalam penerapan programnya.
Seperti di SDN 1 Petuk Katimpun ini, ternyata sudah mendapat rehab di tahun 2023 namun masih terdapat ruangan yang rusak. Jadi dilakukan secara bertahap. Hal ini tetap menjadi perhatian mereka untuk dapat direhab tahun ini.
Di sisi lain, Gubernur Kalteng, H Agustiar Sabran menghadiri peluncuran pembelajaran berbasis digital yang terhubung dengan lebih dari 30.000 siswa SMA/SMK/SKH Se-Kalteng di SMAN 1 Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Selasa (8/7).
Dalam kunjungannya, gubernur menyaksikan bagaimana teknologi pembelajaran modern, seperti papan tulis interaktif yang telah menjadi bagian dari proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Sistem ini memungkinkan para guru menyampaikan materi secara real-time dan interaktif, bahkan kepada siswa di lokasi yang berbeda, melalui sistem hybrid learning.
Dirinya ingin memastikan setiap anak di Kalteng, dari kota sampai pelosok desa, bisa menikmati pendidikan dengan mutu yang sama.
Visi besar itu juga mendukung arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto, terutama pada Asta Cita ke-4, yakni “pembangunan sumber daya manusia (SDM) melalui penguatan di bidang pendidikan, sains, teknologi, kesehatan, olahraga, serta kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas”.
Digitalisasi bukan sekadar menghadirkan perangkat teknologi, tetapi juga sebagai bentuk komitmen untuk menciptakan keadilan pendidikan bagi seluruh masyarakat. Pendidikan adalah senjata utama untuk membangun daerah. Dengan digitalisasi, kita tidak lagi bicara soal keterbatasan lokasi.
Pemerintah Provinsi Kalteng, akan terus memperluas program ini. Mulai dari pembagian TV interaktif ke sekolah-sekolah, hingga pelatihan berkelanjutan bagi guru agar mampu memanfaatkan teknologi secara optimal.
Kesimpulannya, mau tidak mau diperlukan komitmen dan kepedulian yang kuat dan jelas dari kepala daerah agar kualitas pendidikan bisa dinikmati secara merata dengan mutu yang sama. (*)