Sabtu, November 2, 2024
27.2 C
Palangkaraya

Cawe-Cawe

Oleh; Agus Pramono

 AKHIR-akhir ini, hujan turun di pagi hari. Sinar mentari mulai memancar menjelang siang. Ada yang memilih malas-malasan. Karena sudah jadi kebiasaan. Namun, malas-malasan tidak ada di kamus orang yang sudah berkeluarga. Apalagi yang punya hewan peliharaan.

Ayam contohnya. Saban pagi harus membersihkan kandang. Memberi umpan. Karena ayam yang dipelihara jenis petelur, empunya harus berusaha memberi umpan disiplin waktu. Tidak boleh telat.

Setelah itu, barulah melakukan aktivitas di rumah. Apa saja yang bisa dikerjakan. Terkadang, kalau lagi manja, anak minta diantar sekolah bapaknya. Usai itu, duduk sambil ngopi. Mengisi pagi dengan produktif itu nikmat sekali.

Sepulang sekolah, anak punya tugas. Yaitu, mengambil telur. Jam segitu rata-rata ayam sudah bertelur. Untungnya anak saya mau. Malah senang. Untuk bagian membersihkan telur dari kotoran, tugas mamanya. Karena perempuan bisa memperlakukan telur dengan baik. Lebih telaten.

Baca Juga :  Personel KRYD Polres Barsel Intensifkan Patroli Malam Hingga Subuh

Saya dan anak mau cawe-cawe. Tapi dilarang. Kami kekeh ingin cawe-cawe. Akhirnya mamanya luluh. Apa jadinya, saya memecahkan sebutir telur. Makanya hati-hati. Ujar anak saya. Eh, enggak lama, giliran anak saya yang memecahkan telur. Dia hanya meringis sebelum saya berucap.

Dalam konteks di atas, cawe-cawe tentu tidak dilarang. Malah bagus. Belajar dari kesalahan.  Namun, cawe-cawe dalam konteks politik, pasti berbeda. Banyak kontranya.

Cawe-cawe sendiri dipopulerkan oleh Presiden Jokowi. Cawe-cawe berasal dari bahasa Jawa yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Artinya, ikut serta dalam membantu. Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyatakan akan cawe-cawe untuk urusan pilpres 2024. Dalam arti positif.

Pernyataan itu langsung viral. Perspektif banyak bermunculan. Beberapa pihak menilai Jokowi tak seharusnya ikut campur urusan pilpres. Namun, pihak lain menilai cawe-cawe Jokowi tidak akan mengotori iklim demokrasi.

Baca Juga :  Ssstt, Ada yang Marah

Jika dilihat sekarang, opini publik sudah melihat jika cawe-cawe Jokowi kebablasan. Anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka melesat menjadi calon wakil presiden. Anak bungsunya, Kaesang Pangarep menjadi orang nomor satu di Partai Solidaritas Indonesia.

Nah, bagaimana cawe-cawe kelas RT? Dalam momen pemilihan legislatif, ketua RT menjadi sosok yang sering menerima tamu. Siapa yang mencari? Ya, calon legislatif. Si tamu meminta dicarikan suara. Imbalannya, kebutuhan sarana dan prasarana kompleks akan dilengkapi. Janjinya, pembangunan akan diprioritaskan jika target suara terpenuhi. Pertanyaannya, apakah pak RT mau mencari suara? Kebanyakan sih mau. Namun, apakah pak RT bisa mencari suara? Belum tentu. (*)

Penulis Merupakan Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

 

Oleh; Agus Pramono

 AKHIR-akhir ini, hujan turun di pagi hari. Sinar mentari mulai memancar menjelang siang. Ada yang memilih malas-malasan. Karena sudah jadi kebiasaan. Namun, malas-malasan tidak ada di kamus orang yang sudah berkeluarga. Apalagi yang punya hewan peliharaan.

Ayam contohnya. Saban pagi harus membersihkan kandang. Memberi umpan. Karena ayam yang dipelihara jenis petelur, empunya harus berusaha memberi umpan disiplin waktu. Tidak boleh telat.

Setelah itu, barulah melakukan aktivitas di rumah. Apa saja yang bisa dikerjakan. Terkadang, kalau lagi manja, anak minta diantar sekolah bapaknya. Usai itu, duduk sambil ngopi. Mengisi pagi dengan produktif itu nikmat sekali.

Sepulang sekolah, anak punya tugas. Yaitu, mengambil telur. Jam segitu rata-rata ayam sudah bertelur. Untungnya anak saya mau. Malah senang. Untuk bagian membersihkan telur dari kotoran, tugas mamanya. Karena perempuan bisa memperlakukan telur dengan baik. Lebih telaten.

Baca Juga :  Personel KRYD Polres Barsel Intensifkan Patroli Malam Hingga Subuh

Saya dan anak mau cawe-cawe. Tapi dilarang. Kami kekeh ingin cawe-cawe. Akhirnya mamanya luluh. Apa jadinya, saya memecahkan sebutir telur. Makanya hati-hati. Ujar anak saya. Eh, enggak lama, giliran anak saya yang memecahkan telur. Dia hanya meringis sebelum saya berucap.

Dalam konteks di atas, cawe-cawe tentu tidak dilarang. Malah bagus. Belajar dari kesalahan.  Namun, cawe-cawe dalam konteks politik, pasti berbeda. Banyak kontranya.

Cawe-cawe sendiri dipopulerkan oleh Presiden Jokowi. Cawe-cawe berasal dari bahasa Jawa yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Artinya, ikut serta dalam membantu. Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyatakan akan cawe-cawe untuk urusan pilpres 2024. Dalam arti positif.

Pernyataan itu langsung viral. Perspektif banyak bermunculan. Beberapa pihak menilai Jokowi tak seharusnya ikut campur urusan pilpres. Namun, pihak lain menilai cawe-cawe Jokowi tidak akan mengotori iklim demokrasi.

Baca Juga :  Ssstt, Ada yang Marah

Jika dilihat sekarang, opini publik sudah melihat jika cawe-cawe Jokowi kebablasan. Anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka melesat menjadi calon wakil presiden. Anak bungsunya, Kaesang Pangarep menjadi orang nomor satu di Partai Solidaritas Indonesia.

Nah, bagaimana cawe-cawe kelas RT? Dalam momen pemilihan legislatif, ketua RT menjadi sosok yang sering menerima tamu. Siapa yang mencari? Ya, calon legislatif. Si tamu meminta dicarikan suara. Imbalannya, kebutuhan sarana dan prasarana kompleks akan dilengkapi. Janjinya, pembangunan akan diprioritaskan jika target suara terpenuhi. Pertanyaannya, apakah pak RT mau mencari suara? Kebanyakan sih mau. Namun, apakah pak RT bisa mencari suara? Belum tentu. (*)

Penulis Merupakan Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

 

Artikel Terkait

Bukan Bakso Mas Bejo

Adab Anak Punk

Kota Cantik Tak Baik-Baik Saja

Parade Umbar Janji

Terpopuler

Artikel Terbaru

/