Kamis, September 19, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Rektor: Peserta KKN Wajib Kenal dan Hormati Kearifan Lokal Kalteng

PALANGKA RAYA-Rektor Universitas Palangka Raya Dr. Andrie Elia, SE., M.Si memberikan pembekalan kepada peserta KKN Kebangsaan ke-X dan KKN Bersama di Aula Palangka Universitas Palangka Raya, Selasa (19/7/2022). Dalam kesempatan itu, Rektor memberi materi tentang Kearifan Lokal Kalimantan Tengah.

Rektor menyampaikan, bahwa nantinya para peserta yang mengikuti KKN Kebangsaan di Kabupaten Pulang Pisau dan Kuala Kapuas wajib mengenal dan menghormati kearifan lokal yang ada di Kalimantan Tengah. Dimana, ada 4 pilar menjadi soko guru tegaknya budaya betang, yaitu jujur, setara, kekeluargaan dan abdi/taat hukum.

“Kejujuran/jujur sebagai nilai tertinggi. Dari nilai ini, lahirlah azas-azas hukum kesetaraan, kebersamaan/kekeluargaan dan gotong royong sebagai inti dari norma hukum yang berfungsi sebagai pedoman perilaku yang disimbolkan dengan budaya huma betang atau huma hai. Bersumber dari huma hai/huma betang lahirlah manusia (orang Dayak) sebagai bumi putera dari ibu pertiwi,”ucap rektor.

Baca Juga :  SMAN 5 Gelar Upacara Perdana Jelang Pembelajaran Tatap Muka

“Filosofi ini memunculkan pola pikir bahwa antara manusia dan alam semesta (bumi, air, udara dan kekayaan alam) yang terkandung di dalamnya mempunyai hubungan yang bersifat abadi,” pungkas Elia mengakhiri paparannya.(hms/bud)

PALANGKA RAYA-Rektor Universitas Palangka Raya Dr. Andrie Elia, SE., M.Si memberikan pembekalan kepada peserta KKN Kebangsaan ke-X dan KKN Bersama di Aula Palangka Universitas Palangka Raya, Selasa (19/7/2022). Dalam kesempatan itu, Rektor memberi materi tentang Kearifan Lokal Kalimantan Tengah.

Rektor menyampaikan, bahwa nantinya para peserta yang mengikuti KKN Kebangsaan di Kabupaten Pulang Pisau dan Kuala Kapuas wajib mengenal dan menghormati kearifan lokal yang ada di Kalimantan Tengah. Dimana, ada 4 pilar menjadi soko guru tegaknya budaya betang, yaitu jujur, setara, kekeluargaan dan abdi/taat hukum.

“Kejujuran/jujur sebagai nilai tertinggi. Dari nilai ini, lahirlah azas-azas hukum kesetaraan, kebersamaan/kekeluargaan dan gotong royong sebagai inti dari norma hukum yang berfungsi sebagai pedoman perilaku yang disimbolkan dengan budaya huma betang atau huma hai. Bersumber dari huma hai/huma betang lahirlah manusia (orang Dayak) sebagai bumi putera dari ibu pertiwi,”ucap rektor.

Baca Juga :  SMAN 5 Gelar Upacara Perdana Jelang Pembelajaran Tatap Muka

“Filosofi ini memunculkan pola pikir bahwa antara manusia dan alam semesta (bumi, air, udara dan kekayaan alam) yang terkandung di dalamnya mempunyai hubungan yang bersifat abadi,” pungkas Elia mengakhiri paparannya.(hms/bud)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/