Rabu, Juni 25, 2025
29 C
Palangkaraya

Proses SPMB di SMKN 2 Palangka Raya Membludak, tapi Tetap Lancar

PALANGKA RAYA-Suasana hari kedua pelaksanaan Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) di SMKN 2 Palangka Raya berlangsung lebih tenang dibanding hari pertama.

Jika sebelumnya antrean pendaftar membeludak dan memadati halaman sekolah, kali ini tampak lebih tertib, dengan alur pendaftaran yang mengalir lancar dan para siswa datang didampingi orang tua secara bergantian.

Kepala SMKN 2 Palangka Raya, Lilik Setiawati, menyampaikan bahwa meskipun sistem penerimaan murid tahun ini dilakukan secara daring (online), para calon siswa tetap diwajibkan datang ke sekolah untuk menjalani wawancara langsung (interview).

Hal ini penting dilakukan untuk menyaring minat dan kesiapan siswa dalam memilih jurusan sesuai passion dan kemampuannya.

“Kami ingin memastikan bahwa anak-anak yang masuk benar-benar memilih berdasarkan minatnya, bukan karena ikut-ikutan teman. Maka dari itu, ada interview langsung. Ini bukan untuk menjatuhkan, tapi meluruskan pilihan mereka,” jelasnya saat dibincangi oleh Kalteng Pos, Selasa (24/6/2025).

Lilik menyoroti perbedaan mendasar antara jalur penerimaan di SMK dan SMA. Di SMK, terdapat tiga jalur utama yaitu domisili, afirmasi, dan reguler. Tidak seperti SMA yang menggunakan sistem peringkat berdasarkan nilai, jalur domisili di SMK lebih mempertimbangkan jarak tempat tinggal ke sekolah tanpa melihat nilai akademik.

“Kalau jalur domisili, otomatis dapat kalau rumahnya dekat sekolah. Ini beda dengan SMA yang masih menggunakan perengkingan nilai,” tambahnya.

Ia mengungkapkan bahwa hingga hari kedua, seluruh rombongan belajar (rombel) di SMK 2 sebanyak 12 kelas telah terisi penuh, masing-masing dengan kapasitas 36 siswa, sesuai petunjuk teknis (juknis) yang ditetapkan.

Beberapa jurusan yang ada di SMK 2 yaitu Akuntansi dan Keuangan Lembaga, Manajemen Perkantoran, Pemasaran (bisnis ritel dan bisnis digital). Masing-masing jurusan memiliki tantangan tersendiri. Untuk jurusan akuntansi misalnya, Lilik mengingatkan bahwa siswa harus menyukai perhitungan, karena hampir semua materi berkaitan erat dengan matematika.

Baca Juga :  Sistem Penerimaan Siswa Baru 2025, Disdik Kalteng Terapkan Empat Jalur Seleksi

“Kalau anaknya tidak suka hitung-hitungan, ya jangan ambil akuntansi. Kasihan nanti dia sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.

Selain itu, wawancara juga bertujuan menghindari kesalahan pemilihan jurusan yang dapat membuat siswa merasa terpaksa menjalani proses belajar. Ia berharap, dengan pendekatan yang lebih personal, siswa akan lebih bertanggung jawab terhadap pilihannya dan termotivasi untuk belajar secara konsisten.

“Yang penting anak-anak sekolah dengan keinginan sendiri, bukan karena paksaan. Jangan sampai nanti hanya masuk sekolah Senin dan Kamis saja,” katanya, menyinggung fenomena siswa yang tidak konsisten hadir karena minimnya semangat belajar.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap pengaruh lingkungan dan kebiasaan anak-anak saat ini, terutama terkait penggunaan gawai dan pola tidur yang tidak sehat.

“Banyak anak tidur larut malam karena main HP. Akhirnya pagi tidak bisa bangun, tidak bisa sekolah. Ini yang harus jadi perhatian semua pihak, termasuk orang tua,” tuturnya.

Kepala SMKN 2 itu juga menyinggung kebijakan disiplin yang diterapkan di sekolah bukan untuk menghukum, melainkan untuk memberi efek jera agar siswa memiliki tanggung jawab terhadap waktu dan kehadiran.

“Kalau tidak mau kena sanksi, ya jangan datang terlambat. Semua itu ada risikonya,” tegasnya.

Di tengah pelaksanaan SPMB di SMKN 2 Palangka Raya, ada wajah-wajah penuh harap yang tak hanya berasal dari calon siswa, tapi juga dari para orang tua yang setia mendampingi. Salah satunya adalah Marlina, seorang ibu yang hadir mendampingi anaknya.

Ia bercerita bahwa keputusan memilih SMK bukanlah karena paksaan, melainkan murni atas keinginan anaknya sendiri yang tertarik dengan jurusan pemasaran.

Baca Juga :  Kemendikbudristek Dorong Percepatan PTM Penuh

“Anaknya sendiri yang mau. Kemarin sempat lihat ke sini, ramai banget. Sempat kecil hati juga dia, tapi hari ini datang lagi dengan tekad,” ungkapnya sembari tersenyum.

Jurusan yang dipilih pun sudah mantap, Pemasaran. Marlina menjelaskan bahwa anaknya memang sudah menunjukkan minat ke arah itu dan ingin melanjutkan jalur keterampilan yang lebih spesifik di SMKN 2 Palangka Raya.

Bagi Marlina, keunggulan SMK bukan hanya soal belajar teori, tetapi lebih kepada kemampuan praktis dan keterampilan hidup yang dibutuhkan anak-anak untuk masa depan mereka.

“Kalau menurut saya, keunggulan SMK itu keterampilannya. Anak jadi punya kebisaan. Yang biasanya belajar umum, sekarang lebih spesifik. Apa yang dia inginkan jadi lebih terarah,” katanya.

Ia menambahkan bahwa sekolah kejuruan memberikan pengalaman yang lebih aplikatif. Anak-anak diajarkan untuk berpikir langsung tentang dunia kerja dan diarahkan untuk mengenali potensi diri mereka lebih awal.

“Harapan saya, dia bisa mengembangkan apa yang dia punya. Yang tadinya tidak tahu, jadi tahu. Bisa dia aplikasikan nanti di pekerjaan, atau bahkan di kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Wanita berbaju coklat itu juga menyampaikan harapan tulus yang mewakili banyak suara orang tua lainnya bahwa pendidikan bisa menjadi jalan bagi perubahan positif, tidak hanya untuk masa depan ekonomi anak-anak mereka, tetapi juga untuk karakter dan perilaku mereka sebagai pribadi.

“Enggak ada sih orang tua yang enggak pengen anaknya berubah jadi lebih baik. Dengan pendidikan yang spesifik dan sesuai minat, kita berharap mereka bisa punya arah dan semangat,” tandasnya. (*/ala)

PALANGKA RAYA-Suasana hari kedua pelaksanaan Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) di SMKN 2 Palangka Raya berlangsung lebih tenang dibanding hari pertama.

Jika sebelumnya antrean pendaftar membeludak dan memadati halaman sekolah, kali ini tampak lebih tertib, dengan alur pendaftaran yang mengalir lancar dan para siswa datang didampingi orang tua secara bergantian.

Kepala SMKN 2 Palangka Raya, Lilik Setiawati, menyampaikan bahwa meskipun sistem penerimaan murid tahun ini dilakukan secara daring (online), para calon siswa tetap diwajibkan datang ke sekolah untuk menjalani wawancara langsung (interview).

Hal ini penting dilakukan untuk menyaring minat dan kesiapan siswa dalam memilih jurusan sesuai passion dan kemampuannya.

“Kami ingin memastikan bahwa anak-anak yang masuk benar-benar memilih berdasarkan minatnya, bukan karena ikut-ikutan teman. Maka dari itu, ada interview langsung. Ini bukan untuk menjatuhkan, tapi meluruskan pilihan mereka,” jelasnya saat dibincangi oleh Kalteng Pos, Selasa (24/6/2025).

Lilik menyoroti perbedaan mendasar antara jalur penerimaan di SMK dan SMA. Di SMK, terdapat tiga jalur utama yaitu domisili, afirmasi, dan reguler. Tidak seperti SMA yang menggunakan sistem peringkat berdasarkan nilai, jalur domisili di SMK lebih mempertimbangkan jarak tempat tinggal ke sekolah tanpa melihat nilai akademik.

“Kalau jalur domisili, otomatis dapat kalau rumahnya dekat sekolah. Ini beda dengan SMA yang masih menggunakan perengkingan nilai,” tambahnya.

Ia mengungkapkan bahwa hingga hari kedua, seluruh rombongan belajar (rombel) di SMK 2 sebanyak 12 kelas telah terisi penuh, masing-masing dengan kapasitas 36 siswa, sesuai petunjuk teknis (juknis) yang ditetapkan.

Beberapa jurusan yang ada di SMK 2 yaitu Akuntansi dan Keuangan Lembaga, Manajemen Perkantoran, Pemasaran (bisnis ritel dan bisnis digital). Masing-masing jurusan memiliki tantangan tersendiri. Untuk jurusan akuntansi misalnya, Lilik mengingatkan bahwa siswa harus menyukai perhitungan, karena hampir semua materi berkaitan erat dengan matematika.

Baca Juga :  Sistem Penerimaan Siswa Baru 2025, Disdik Kalteng Terapkan Empat Jalur Seleksi

“Kalau anaknya tidak suka hitung-hitungan, ya jangan ambil akuntansi. Kasihan nanti dia sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.

Selain itu, wawancara juga bertujuan menghindari kesalahan pemilihan jurusan yang dapat membuat siswa merasa terpaksa menjalani proses belajar. Ia berharap, dengan pendekatan yang lebih personal, siswa akan lebih bertanggung jawab terhadap pilihannya dan termotivasi untuk belajar secara konsisten.

“Yang penting anak-anak sekolah dengan keinginan sendiri, bukan karena paksaan. Jangan sampai nanti hanya masuk sekolah Senin dan Kamis saja,” katanya, menyinggung fenomena siswa yang tidak konsisten hadir karena minimnya semangat belajar.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap pengaruh lingkungan dan kebiasaan anak-anak saat ini, terutama terkait penggunaan gawai dan pola tidur yang tidak sehat.

“Banyak anak tidur larut malam karena main HP. Akhirnya pagi tidak bisa bangun, tidak bisa sekolah. Ini yang harus jadi perhatian semua pihak, termasuk orang tua,” tuturnya.

Kepala SMKN 2 itu juga menyinggung kebijakan disiplin yang diterapkan di sekolah bukan untuk menghukum, melainkan untuk memberi efek jera agar siswa memiliki tanggung jawab terhadap waktu dan kehadiran.

“Kalau tidak mau kena sanksi, ya jangan datang terlambat. Semua itu ada risikonya,” tegasnya.

Di tengah pelaksanaan SPMB di SMKN 2 Palangka Raya, ada wajah-wajah penuh harap yang tak hanya berasal dari calon siswa, tapi juga dari para orang tua yang setia mendampingi. Salah satunya adalah Marlina, seorang ibu yang hadir mendampingi anaknya.

Ia bercerita bahwa keputusan memilih SMK bukanlah karena paksaan, melainkan murni atas keinginan anaknya sendiri yang tertarik dengan jurusan pemasaran.

Baca Juga :  Kemendikbudristek Dorong Percepatan PTM Penuh

“Anaknya sendiri yang mau. Kemarin sempat lihat ke sini, ramai banget. Sempat kecil hati juga dia, tapi hari ini datang lagi dengan tekad,” ungkapnya sembari tersenyum.

Jurusan yang dipilih pun sudah mantap, Pemasaran. Marlina menjelaskan bahwa anaknya memang sudah menunjukkan minat ke arah itu dan ingin melanjutkan jalur keterampilan yang lebih spesifik di SMKN 2 Palangka Raya.

Bagi Marlina, keunggulan SMK bukan hanya soal belajar teori, tetapi lebih kepada kemampuan praktis dan keterampilan hidup yang dibutuhkan anak-anak untuk masa depan mereka.

“Kalau menurut saya, keunggulan SMK itu keterampilannya. Anak jadi punya kebisaan. Yang biasanya belajar umum, sekarang lebih spesifik. Apa yang dia inginkan jadi lebih terarah,” katanya.

Ia menambahkan bahwa sekolah kejuruan memberikan pengalaman yang lebih aplikatif. Anak-anak diajarkan untuk berpikir langsung tentang dunia kerja dan diarahkan untuk mengenali potensi diri mereka lebih awal.

“Harapan saya, dia bisa mengembangkan apa yang dia punya. Yang tadinya tidak tahu, jadi tahu. Bisa dia aplikasikan nanti di pekerjaan, atau bahkan di kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Wanita berbaju coklat itu juga menyampaikan harapan tulus yang mewakili banyak suara orang tua lainnya bahwa pendidikan bisa menjadi jalan bagi perubahan positif, tidak hanya untuk masa depan ekonomi anak-anak mereka, tetapi juga untuk karakter dan perilaku mereka sebagai pribadi.

“Enggak ada sih orang tua yang enggak pengen anaknya berubah jadi lebih baik. Dengan pendidikan yang spesifik dan sesuai minat, kita berharap mereka bisa punya arah dan semangat,” tandasnya. (*/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/