Senin, Juli 7, 2025
23.3 C
Palangkaraya

Integritas Penelitian Kampus Top Disorot, Forum Rektor Indonesia Angkat Suara

BERDASARKAN hasil laporan Research Integrity Risk Index atau RI2 yang dirilis oleh peneliti internasional Lokman Meho dari American University of Beirut (UAB), tiga belas  kampus di tanah air masuk kategori Red Flag (zona merah), High Risk (zona oranye) dan Wacht list (zona kuning). Hasil pengindex-an ini memperlihatkan bahwa adanya anomali ekstrem yang menunjukkan risiko integritas sistemik dalam penelitian.

Forum Rektor Indonesia (FRI) Angkat Suara Hasil RI2

Wakil Ketua FRI Prof Didin Muhafidin mempertanyakan keabsahan hasil penelitian itu dan meragukan kredibilitas lembaga pembuat laporannya.

“Lembaga-lembaga survei harus tersertifikasi. Artinya dia terakreditasi, contoh di Indonesia KPU itu hanya akui lembaga survei yang terakreditasi,” kata Didin mengutip Republika, Selasa (1/7/2025).

Skandal Riset? Delapan Kampus Top Indonesia Masuk Daftar Red Flag dan High Risk

Pihaknya menyebut bahwa jika lembaga tersebut jelas dan terferivikasi, maka forum rektor bisa komentar.

Baca Juga :  Seni Rupa di Pinggiran

Guru Besar dari Universitas Padjajaran itu meminta pihak Research Integrity Risk Index menjelaskan maksud penelitiannya.

Lantaran, risiko pelanggaran integritas akademik harus dijelaskan secara gamblang.

“Pelanggaran integritas akademik itu harus jelas seperti apa. Misalnya banyak karya plagiasi, tingkat kesamaan tinggi. Harus jelas dulu,” ucap Didin.  “Forum rektor mengimbau masyarakat jangan mudah terpengaruh. Karena belum jelas kredibilitas lembaga surveinya,” ucap Didin.

Integritas Riset? Lima Kampus Besar Indonesia Masuk ‘Watch List’ versi RI2

Pihaknya khawatir penelitian semacam itu bisa saja ditujukan untuk menjatuhkan nama baik perguruan tinggi dalam negeri.

Sebab Didin mengamati ada kampus di luar negeri yang kekurangan mahasiswa.

“Sekarang banyak kampus luar negeri kekurangan mahasiswa, sehingga mereka buat narasi begitu agar percaya kuliah di luar negeri,” ucap Didin.

Baca Juga :  Warga Pertanyakan Penerbitan SKT Baru di Menteng

Didin juga menyebut dengan logika yang sama seharusnya Indonesia juga bisa menilai kampus di luar negeri.

“Indonesia juga harusnya bisa dong survei kampus di luar negeri,” ujarnya.(net)

BERDASARKAN hasil laporan Research Integrity Risk Index atau RI2 yang dirilis oleh peneliti internasional Lokman Meho dari American University of Beirut (UAB), tiga belas  kampus di tanah air masuk kategori Red Flag (zona merah), High Risk (zona oranye) dan Wacht list (zona kuning). Hasil pengindex-an ini memperlihatkan bahwa adanya anomali ekstrem yang menunjukkan risiko integritas sistemik dalam penelitian.

Forum Rektor Indonesia (FRI) Angkat Suara Hasil RI2

Wakil Ketua FRI Prof Didin Muhafidin mempertanyakan keabsahan hasil penelitian itu dan meragukan kredibilitas lembaga pembuat laporannya.

“Lembaga-lembaga survei harus tersertifikasi. Artinya dia terakreditasi, contoh di Indonesia KPU itu hanya akui lembaga survei yang terakreditasi,” kata Didin mengutip Republika, Selasa (1/7/2025).

Skandal Riset? Delapan Kampus Top Indonesia Masuk Daftar Red Flag dan High Risk

Pihaknya menyebut bahwa jika lembaga tersebut jelas dan terferivikasi, maka forum rektor bisa komentar.

Baca Juga :  Seni Rupa di Pinggiran

Guru Besar dari Universitas Padjajaran itu meminta pihak Research Integrity Risk Index menjelaskan maksud penelitiannya.

Lantaran, risiko pelanggaran integritas akademik harus dijelaskan secara gamblang.

“Pelanggaran integritas akademik itu harus jelas seperti apa. Misalnya banyak karya plagiasi, tingkat kesamaan tinggi. Harus jelas dulu,” ucap Didin.  “Forum rektor mengimbau masyarakat jangan mudah terpengaruh. Karena belum jelas kredibilitas lembaga surveinya,” ucap Didin.

Integritas Riset? Lima Kampus Besar Indonesia Masuk ‘Watch List’ versi RI2

Pihaknya khawatir penelitian semacam itu bisa saja ditujukan untuk menjatuhkan nama baik perguruan tinggi dalam negeri.

Sebab Didin mengamati ada kampus di luar negeri yang kekurangan mahasiswa.

“Sekarang banyak kampus luar negeri kekurangan mahasiswa, sehingga mereka buat narasi begitu agar percaya kuliah di luar negeri,” ucap Didin.

Baca Juga :  Warga Pertanyakan Penerbitan SKT Baru di Menteng

Didin juga menyebut dengan logika yang sama seharusnya Indonesia juga bisa menilai kampus di luar negeri.

“Indonesia juga harusnya bisa dong survei kampus di luar negeri,” ujarnya.(net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/