Minggu, Maret 9, 2025
30.1 C
Palangkaraya

Adista Suryani, Generasi Muda yang Mencintai Al-Qur’an sejak Dini (9)

Rela Jauh dari Orang Tua, Kejar Impian Menjadi Penghafal Al-Qur’an

Adista Suryani, atau yang akrab disapa Adis, merupakan gadis berusia 10 tahun asal Sampit. Saat ini, ia tengah menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Insan sekaligus bermukim di sana. Meski usianya masih belia, Adis telah berhasil menghafal 4 juz Al-Qur’an.

 

DHEA UMILATI, Palangka Raya

BAGI Adis, menghafal Al-Qur’an bukan sekadar mengingat ayat-ayat suci, melainkan harus terus mengulangnya agar tidak mudah lupa. Ia mengakui bahwa hafalan harus sering ditinjau kembali agar tetap lancar.

“Menghafal itu sesuatu yang gampang-gampang susah, kadang aku juga kesulitan karena terlalu asyik bermain,” ucap Adis sambil tersenyum malu-malu saat berbincang dengan Kalteng Pos, Rabu (5/3/2025).

Meski begitu, ia tahu cara mengatasinya. Ketika waktunya menghafal, ia berusaha fokus dan tidak membiarkan dirinya terganggu oleh hal lain. “Kalau lagi hafalan, aku nggak boleh main dahulu, supaya bisa lebih fokus,” tuturnya.

Adis menyadari bahwa menghafal Al-Qur’an bukan hal mudah. Meski demikian, ia tidak ingin menyerah begitu saja.

Baca Juga :  Gus Jazilul Tegaskan Loyalitas Kader PKB untuk Menangkan Willy-Habib

Ia rutin melakukan murajaah atau pengulangan hafalan, untuk memastikan ayat-ayat yang telah dihafalnya tetap melekat dalam ingatan.

“Aku sering banget murajaah, biar hafalanku makin kuat,” ungkapnya.

Awalnya, dorongan untuk menghafal Al-Qur’an datang dari sang ibu. Namun, seiring berjalannya waktu, Adis justru mulai menikmati proses itu.

“Dahulu aku sempat keberatan, tetapi lama-lama malah jadi suka menghafal,” ceritanya penuh semangat.

Meski harus tinggal di pesantren dan jauh dari orang tua, Adis kini sudah terbiasa dan tidak lagi merasa kesepian.

“Dahulu aku sempat nangis karena kangen ibu, tetapi sekarang di pondok malah seru! Banyak teman, bisa main, jadi nggak bosan,” katanya.

Orang tua Adis tentu merasa bahagia dan bangga melihat putri mereka makin nyaman tinggal di pesantren. Bahkan, Adis kini lebih betah berada di pondok daripada di rumah.

“Di sini (pesantren, red) banyak teman dan suasananya menyenangkan,” ungkapnya dengan wajah bahagia.

Baca Juga :  Murottal Diputar hingga Subuh, Kini Nur Azmi Hafal Enam Juz

Berbekal tekad yang kuat, gadis kecil yang kini duduk di kelas empat sekolah dasar (SD) ini bercita-cita menghafal seluruh ayat dalam Al-Qur’an.

“Aku ingin hafal 30 juz. Kalau aku berusaha, insyaallah nanti pas SMA sudah selesai hafalan,” ujarnya penuh percaya diri.

Tak hanya itu, ia juga memiliki impian menjadi seorang ustazah di masa depan.

“Aku ingin jadi ustazah supaya bisa mengajarkan Al-Qur’an,” ucapnya dengan penuh semangat.

Semangat Adis makin berkobar karena ia terinspirasi oleh sang kakak, yang juga seorang penghafal Al-Qur’an.

“Kakakku juga hafal Al-Qur’an, jadi aku termotivasi supaya bisa seperti dia,” tambahnya.

Bahkan ketika pulang ke rumah saat liburan, Adis tetap menjaga hafalannya.

“Kalau di rumah, aku tetap mengulang hafalan, biasanya ditemani ibu,” katanya dengan antusias.

Dengan ketekunan dan kegigihannya, Adis terus melangkah mengejar impian menjadi seorang hafizah. Perjuangan dan pengorbanannya pada usia yang masih belia menjadi inspirasi bagi banyak orang. (*/ce/uni)

 

Adista Suryani, atau yang akrab disapa Adis, merupakan gadis berusia 10 tahun asal Sampit. Saat ini, ia tengah menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Insan sekaligus bermukim di sana. Meski usianya masih belia, Adis telah berhasil menghafal 4 juz Al-Qur’an.

 

DHEA UMILATI, Palangka Raya

BAGI Adis, menghafal Al-Qur’an bukan sekadar mengingat ayat-ayat suci, melainkan harus terus mengulangnya agar tidak mudah lupa. Ia mengakui bahwa hafalan harus sering ditinjau kembali agar tetap lancar.

“Menghafal itu sesuatu yang gampang-gampang susah, kadang aku juga kesulitan karena terlalu asyik bermain,” ucap Adis sambil tersenyum malu-malu saat berbincang dengan Kalteng Pos, Rabu (5/3/2025).

Meski begitu, ia tahu cara mengatasinya. Ketika waktunya menghafal, ia berusaha fokus dan tidak membiarkan dirinya terganggu oleh hal lain. “Kalau lagi hafalan, aku nggak boleh main dahulu, supaya bisa lebih fokus,” tuturnya.

Adis menyadari bahwa menghafal Al-Qur’an bukan hal mudah. Meski demikian, ia tidak ingin menyerah begitu saja.

Baca Juga :  Gus Jazilul Tegaskan Loyalitas Kader PKB untuk Menangkan Willy-Habib

Ia rutin melakukan murajaah atau pengulangan hafalan, untuk memastikan ayat-ayat yang telah dihafalnya tetap melekat dalam ingatan.

“Aku sering banget murajaah, biar hafalanku makin kuat,” ungkapnya.

Awalnya, dorongan untuk menghafal Al-Qur’an datang dari sang ibu. Namun, seiring berjalannya waktu, Adis justru mulai menikmati proses itu.

“Dahulu aku sempat keberatan, tetapi lama-lama malah jadi suka menghafal,” ceritanya penuh semangat.

Meski harus tinggal di pesantren dan jauh dari orang tua, Adis kini sudah terbiasa dan tidak lagi merasa kesepian.

“Dahulu aku sempat nangis karena kangen ibu, tetapi sekarang di pondok malah seru! Banyak teman, bisa main, jadi nggak bosan,” katanya.

Orang tua Adis tentu merasa bahagia dan bangga melihat putri mereka makin nyaman tinggal di pesantren. Bahkan, Adis kini lebih betah berada di pondok daripada di rumah.

“Di sini (pesantren, red) banyak teman dan suasananya menyenangkan,” ungkapnya dengan wajah bahagia.

Baca Juga :  Murottal Diputar hingga Subuh, Kini Nur Azmi Hafal Enam Juz

Berbekal tekad yang kuat, gadis kecil yang kini duduk di kelas empat sekolah dasar (SD) ini bercita-cita menghafal seluruh ayat dalam Al-Qur’an.

“Aku ingin hafal 30 juz. Kalau aku berusaha, insyaallah nanti pas SMA sudah selesai hafalan,” ujarnya penuh percaya diri.

Tak hanya itu, ia juga memiliki impian menjadi seorang ustazah di masa depan.

“Aku ingin jadi ustazah supaya bisa mengajarkan Al-Qur’an,” ucapnya dengan penuh semangat.

Semangat Adis makin berkobar karena ia terinspirasi oleh sang kakak, yang juga seorang penghafal Al-Qur’an.

“Kakakku juga hafal Al-Qur’an, jadi aku termotivasi supaya bisa seperti dia,” tambahnya.

Bahkan ketika pulang ke rumah saat liburan, Adis tetap menjaga hafalannya.

“Kalau di rumah, aku tetap mengulang hafalan, biasanya ditemani ibu,” katanya dengan antusias.

Dengan ketekunan dan kegigihannya, Adis terus melangkah mengejar impian menjadi seorang hafizah. Perjuangan dan pengorbanannya pada usia yang masih belia menjadi inspirasi bagi banyak orang. (*/ce/uni)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/