Bilal Athaya Alfarizi tak seperti anak seusianya yang lebih banyak bermain atau sekadar menikmati masa kecil tanpa beban. Di usianya yang baru 8 tahun, ia sudah menapaki jalan menuju hafiz Al-Qur’an dengan penuh kesungguhan.
FITRI SHAFA KAMILA, Palangka Raya
ANAK laki-laki berseragam sekolah itu duduk bersila di ruang kantor dengan wajah ceria. Di tengah teriknya siang, Bilal tetap bersemangat berbagi cerita tentang mimpinya saat dewasa kelak.
Hari itu, Selasa (11/3/2025), ia baru saja menyelesaikan ujian tengah semester sebelum menuju kantor sekolah. Saat melangkah masuk, ia menyapa teman-temannya dengan sopan, mencerminkan karakter santun yang tertanam sejak dini.
Bilal Athaya Alfarizi, murid di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Asy Syaamil, memiliki mimpi mulia. Menjadi seorang tahfiz Al-Qur’an, meskipun jalannya penuh tantangan.
Ketika ditanya tentang aktivitas hariannya di sekolah, bocah berusia 8 tahun ini menceritakan dengan runtut: memulai hari dengan salat dhuha, murojaah bersama teman kelompok hafalan, belajar tauhid, serta dilatih untuk mandiri dalam keseharian.
Meski masih sangat muda, Bilal telah menghafal 2 juz Al-Qur’an. Namun, ia tetap berusaha melancarkan hafalannya agar lebih fasih dan siap melanjutkan ke juz berikutnya.
“Sekarang fokus melancarkan 1 juz dulu sama ustaz, nanti kalau sudah lancar boleh kayak teman-teman yang hafalannya lebih banyak,” ujarnya.
Menghafal Al-Qur’an tentu tidak mudah. Ada ayat-ayat tertentu yang cukup sulit diingat, namun kesulitan itu tidak memadamkan semangatnya. Bilal mengakui bahwa Surah Al-Jin ayat 25 adalah salah satu ayat yang sering membuatnya kesulitan.
“Itu ayatnya suka lupa, agak susah ngingatnya,” ucapnya jujur.
Di balik semangatnya menghafal, Bilal menyimpan impian besar: menjadi peserta Hafiz Indonesia—program televisi yang menampilkan anak-anak penghafal Al-Qur’an. Namun, ia mengaku sedikit cemas karena syarat usia dan hafalannya belum memenuhi kriteria.
“Kan ada Hafiz Indonesia itu, mau ikut, tapi kata ustaz umur 7 tahun sudah harus hafal 3 juz, sedangkan Bilal udah 8 tahun,” katanya dengan wajah murung.
Bilal tetap gigih menghafal di tengah kesibukan sekolah, meskipun kedua orang tuanya bekerja. Semangatnya menjadi bukti bahwa usaha tidak akan sia-sia, dan perjalanan panjang masih terbuka lebar untuknya.
Saat ditanya soal cita-cita, Bilal ingin menjadi pilot. Keinginannya ini sejalan dengan pekerjaan sang ayah di Dinas Pariwisata, yang sering membawanya mengenal banyak tempat dan petualangan baru.
“Ayah kerja bawa turis luar negeri ke hutan, lihat orang utan, flora, fauna, bekantan. Seru petualangannya,” paparnya penuh antusias.
Meski kedua orang tuanya sibuk—ayahnya seorang pemandu wisata, dan ibunya seorang dosen di salah satu universitas di Palangka Raya—Bilal tetap tumbuh dalam lingkungan yang sehat. Ia terus berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka, sambil belajar membangun karakter dan tata krama di sekolah, sesuai dengan program unggulan SDIT Asy Syaamil. (bersambung/*/uni)