TRAGEDI tewasnya anak gajah jantan karena tertabrak truk pengangkut ayam pada saat dini hari ketika ingin menyebrang jalan Raya Timur-Barat di kawasan Gerik-Jeli, Malaysia menuai pilu tidak hanya bagi induk gajah tetapi juga masyarakat.
Pasca kejadian tersebut, pemerintah khususnya di Indonesia merencanakan untuk pembangunan jalur yang melintasi kawasan Gajah Sumatera. Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Riau) ini dibangun sepanjang 131 kilometer yang menyediakan terowongan khusus sebagai jalan khusus untuk satwa pemilik telinga besar ini.
Sebanyak enam fasilitas penyeberangan khusus untuk gajah akan dibangun di proyek jalan tol Pekanbaru-Dumai (Riau). Fasilitas serupa nantinya juga akan dibangun di jalan tol di Aceh. Dengan fasilitas khusus tersebut, gajah yang merupakan satwa dilindungi bisa tetap bebas menjelajah di habitatnya sehingga konflik dengan manusia dapat ditekan angkanya.
“Enam perlintasan gajah, yakni satu di Sungai Tekuana dan lima lainnya di Seksi 4 dekat dengan Suaka Margasatwa Balai Raja,” kata Pimpinan Proyek Pekanbaru-Dumai Seksi 3-4 dari PT Hutama Karya (Persero), Dinny Suryakencana, pada rapat Pleno Jalan Perlintasan Gajah di Jalan Tol Pekanbaru-Dumai, di Pekanbaru, seperti dikutip Republika beberapa saat lalu.
Ukuran terowongan gajah bervariasi ada yang punya tinggi batas ruang (clearance) 4,5 meter hingga 11 meter dan lebar mulai dari 25 meter hingga 45 meter. Perlintasan gajah ini belum masuk proses konstruksi karena masih finalisasi desain yang melibatkan instansi terkait, seperti Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Selama proses pembangunan, pekerja di lapangan beberapa kali melihat gajah sumatra liar secara langsung. Jejak-jejaknya juga tampak di lokasi pembangunan perlintasan gajah. Jembatan yang dibangun nanti akan sesuai dengan habitat alaminya.
Ada beberapa tumbuhan yang akan ditanam di terowongan bawah tol agar gajah merasa tidak terganggu ketika melintas di sana. (*afa)