Ke depannya memang demikian. Darliansjah mengaku pihaknya sudah mengarah ke sana sebagai bagian dari upaya memajukan produksi perikanan lokal. Namun, langkah tersebut perlu melibatkan investor agar bisa membantu dalam membangun pengolahan hasil perikanan sesuai dengan potensi ekspor.
“Arahnya ke sana tapi nanti itu harus mengundang investor untuk bisa membangun pengolahan hasil perikanan sesuai dengan potensi ekspor,” ujarnya.
Terpisah, Kepala SKIPM Palangka Raya, Miharjo menyatakan, dalam upaya meningkatkan ekspor langsung dari Kalteng, semua pihak harus bersinergi. Mulai dari pemerintah daerah, bea cukai, maskapai, karantina ikan, dan pelaku usaha. Adanya hambatan atau kendala di lapangan harus segera ditindaklanjuti dan dicarikan jalan ke luar. Pelayanan kepada pelaku usaha harus dikedepankan. Karena meraka pahlawan devisa bagi negara.
Kalteng punya program strategis. Dinamakan shrimp estate yang aa di Sukamara dengan memilih udang vaname sebagai komoditi. Keberadaan shrimp estate itu sudah sangat
bagus. Alangkah lebih baik jika terbangun unit pengolahan ikan.
Harus ada investor yang mau mendirikan pabrik pengolahan ikan. Jika sudah terbangun,
dunia perikanan Kalteng akan semakin cerah. Karena, langsung bisa ekspor. Kawasan Sukamara harus juga terintegerasi. Artinya, harus ada pelabuhan yang koneksi langsung
ke Jakarta,”katanya.
Sebenarnya, sebut Miharjo, ada dua unit pengolahan ikan di Pangkalan Bun. Tapi, unit itu mengolah ikan hasil tangkapan nelayan, buka hasil budi daya. Produksinya udang flower dan udang papai.
Konektivitas Penerbangan
Ekspor komoditas perikanan bukan tanpa hambatan. Pandemi Covid-19 sudah
pasti. Lalu, ada hal lain yang meti dipikirkan bersama oleh para pemangku kebijakan. Yakni, masalah konektivitas penerbangan. Giyono salah satu pelaku ekspor
perikanan yang mengalami ganjalan itu dalam tiga tahun terakhir ini.
Dia harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk bisa mengirimkan ikan betutunya ke
Malaysia. Dia terpaksa harus memakai jasa pihak ketiga. Mantan kuli bangunan itu
memberikan contoh. Saat ini, dirinya mengirim ikan dengan pesawat dari perusahaan A dari Palangka Raya ke Jakarta. Lalu, saat terbang ke Malaysia, tidak ada penerbangan dari perusahaan yang sama. Dengan begitu, dirinya harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengurus lagi dokumendokumen untuk terbang dengan pesawat dari perusahaan lain.
“Andaikan langsung dari Palangka Raya ke Malaysia, diterbangkan perusahaan
penerbangan yang sama, pasti lebih murah biayanya. Ini Kita harus mengeluarkan
lebih 50 persen dari biaya normal,”keluhnya.