DI usianya yang masih sangat belia, 17 tahun, pembalap Indonesia Mario Suryo Aji sudah harus hidup jauh dari keluarga. Dia tinggal mandiri di Barcelona, Spanyol untuk membalap di ajang FIM CEV Moto3 Junior World Championship dan Red Bull Rookies Cup. Rider berjuluk Super Mario itu sedang berjuang mengejar mimpi untuk tampil di ajang grand prix.
Sampai saat ini, level tertinggi yang sanggup dicapai rider balap motor Indonesia di ajang grand prix dunia adalah tampil di kelas Moto2. Kelas yang hanya satu level di bawah MotoGP.
Kelemahan rider-rider yang tampil di level grand prix sebelumnya, mereka sudah berumur ketika memasuki ajang tersebut. Sementara itu, pesaing-pesaing mereka masih terbilang muda, sehingga memiliki waktu yang cukup panjang untuk berkembang.
Saat ini Indonesia memiliki Mario Suryo Aji. Rider muda yang talenta emasnya dipupuk sejak dini untuk bisa menembus persaingan grand prix tepat pada waktunya.
Momen bagi Mario sudah semakin dekat. Rencana Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, tahun depan membuat pencinta balap tanah air bertanya-tanya.
Apakah kita hanya akan menjadi penyelenggara sekaligus penonton di ajang balap motor paling megah sedunia itu? Atau ada pembalap Indonesia yang tidak hanya bisa tampil, tapi juga bertarung kompetitif dengan pembalap-pembalap terbaik di kejuaraan tersebut?
Apalagi, kini Indonesia punya tim balap yang berkompetisi di seri grand prix. Yakni, Pertamina Mandalika SAG Team (Moto2) dan Indonesian Racing Gressini (Moto3). Sayang, empat rider yang membalap membela dua tim itu bukanlah anak-anak Indonesia asli.
Salah seorang yang kini diharapkan bisa membawa bendera Indonesia adalah Mario Suryo Aji. Dengan dukungan penuh Astra Honda Motor (AHM), pembalap asal Magetan, Jawa Timur, itu sedang meniti jalan menuju grand prix lewat jalur balapan junior paling bergengsi di Eropa.
Yakni, FIM CEV Moto3 Junior World Championship dan Red Bull Rookies Cup.
Balapan tersebut merupakan feeder class atau pintu masuk terdekat untuk tampil di jenjang balapan level grand prix (Moto3, Moto2, dan MotoGP). Sejumlah pembalap MotoGP saat ini merupakan jebolan ajang itu. Di antaranya, Marc Marquez, Joan Mir, dan Fabio Quartararo.
Mario sadar, untuk bisa membalap di level grand prix, dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan besar. Rider muda dari seluruh penjuru dunia siap datang dengan tujuan yang sama: berebut kursi balap di grand prix yang kuotanya sangat terbatas.
’’Kejuaraan ini diikuti pembalap potensial dari berbagai negara yang didukung tim-tim besar dan kuat. Maka, saya harus bisa kompetitif dan menunjukkan potensi terbaik yang saya miliki,’’ ucap pembalap kelahiran 16 Maret 2004, itu.
Memasuki tahun ketiga tampil di FIM CEV, nama Mario semakin disegani di level Eropa. Juni lalu, di balapan seri ketiga musim ini yang berlangsung di Sirkuit Catalunya, Barcelona, Mario mengukir sejarah setelah meraih pole position (posisi start terdepan dalam balapan).
Dia adalah pembalap Indonesia pertama yang sanggup merengkuh capaian itu di ajang CEV. Bahkan, Mario nyaris berdiri di podium tertinggi jika tak mengalami insiden senggolan dengan pembalap Avatel-Cardoso Racing KTM Daniel Munoz di lap terakhir.
Tahun lalu, dia juga mengibarkan Merah Putih di podium Red Bull Rookies Cup. Mario finis runner-up di seri Valencia pada November 2020.
Di tengah kerja kerasnya di negeri orang, Mario mengakui bahwa rasa rindu dan lelah sering kali hadir. Namun, dukungan besar dari pencinta balap Indonesia selalu membuatnya termotivasi.
’’Saya tak mau menyia-nyiakan kepercayaan masyarakat Indonesia dan PT Astra Honda Motor yang memberikan dukungan penuh untuk meraih mimpi hingga saya bisa sampai di balapan Eropa ini,’’ ujarnya.
Skill mumpuni tanpa dukungan sponsor kuat tidak akan bisa mengantarkan pembalap menembus ajang grand prix.
Dulu, Indonesia punya Rio Haryanto yang sukses berlaga di Formula 1. Sayang, dukungan sponsor yang kurang memadai membuat karier Rio di level balap tertinggi dunia itu tak bisa bertahan sampai satu musim.
Mario bisa jadi Rio di ajang grand prix. Karena itu, dukungan pemerintah dan sponsor harus disiapkan matang-matang. Malaysia pernah menempatkan Hafizh Syahrin di level MotoGP. Sekarang giliran Indonesia. (jpc)