PALANGKA RAYA– Pada Rabu (11/6/2025), Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Palangka Raya menggelar seminar penting bertajuk “Polusi Udara dan Kesehatan: Dari Tren Global hingga Risiko Individu” sebagai bentuk kepedulian terhadap isu lingkungan dan dampaknya terhadap kesehatan.
Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid, menggabungkan kehadiran fisik dan daring, serta diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai kalangan. Plh Direktur Poltekkes Palangka Raya, Dr Nang Randu Utama, hadir langsung dalam kegiatan yang didampingi Wakil Direktur I, Wakil Direktur II, serta 15 dosen di lingkungan kampus.
Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya kesadaran kolektif terhadap ancaman polusi udara yang terus meningkat dari tahun ke tahun. “Seminar ini bukan sekadar agenda akademik, tapi juga seruan moral untuk bertindak.
Polusi udara telah menjadi pembunuh diam-diam, yang mengancam kesehatan masyarakat secara global dan lokal. Kita harus mulai dari kesadaran dan berakhir pada aksi nyata,” ucap Dr Nang Randu Utama.
Menurut data yang dipaparkan dalam seminar, pada tahun 2021 polusi udara tercatat sebagai penyebab 8,1 juta kematian di dunia, menjadikannya faktor risiko kematian kedua terbesar setelah hipertensi.
Dampak ini bahkan lebih parah terhadap anak-anak di bawah usia lima tahun, dengan hampir 700.000 kematian di kelompok usia tersebut. Selain itu, peserta juga diajak memahami bagaimana partikel halus di udara, seperti PM2.5, bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari asma, infeksi saluran pernapasan, hingga penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru.
Polusi udara telah terbukti mampu mempengaruhi hampir seluruh organ tubuh manusia. Dalam diskusi yang berlangsung, para narasumber membedah berbagai topik, mulai dari tren global polusi udara, sumber pencemaran, hingga kebijakan yang dapat diambil untuk meminimalkan risikonya.
Seminar ini juga membahas siapa saja yang paling rentan serta langkah-langkah preventif yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dr. Nang Randu berharap kegiatan seminar ini dapat menjadi titik awal sinergi berbagai pihak.
“Udara bersih adalah hak universal, bukan hak istimewa. Kita semua punya peran, baik sebagai peneliti, tenaga kesehatan, maupun warga negara. Mari kita jadikan seminar ini sebagai arah perubahan,” pungkasnya. (hen)