Jumat, September 20, 2024
32 C
Palangkaraya

Berdakwah Menggunakan Perahu dan Berjalan Kaki

Merujuk pada sejarah, Kiai Gede diutus oleh Sultan Demak ke Pulau Kalimantan untuk menyiarkan ajaran Islam. Dalam mengemban misinya itu, sang kiai terlebih dahulu menemui Pangeran Suriansyah yang kala itu memimpin Kerajaan Banjar (Kesultanan Banjar). Kemudian sang pangeran menitahkannya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di wilayah Kotawaringin. Tak sedikit rintangan yang dihadapinya dalam menjalankan misi mulia itu.

RUSLAN, Pangkalan Bun

SOSOK Kiai Gede diyakini sebagai salah satu tokoh yang berperan penting dalam sejarah berkembangnya Islam di Bumi Marunting Batu Aji khususnya dan Kalimantan pada umumnya.

Ia diyakini sebagai orang yang menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat lokal di wilayah Kotawaringin.

Kedatangan Kiai Gede untuk menyiarkan agama Islam di Kalimantan, tentunya bukan perkara mudah. Tantangan terbesarnya adalah berdakwah di hadapan penduduk lokal Kotawaringin yang kala itu masih menganut kepercayaan tertentu.

Baca Juga :  Gairahkan Sepak Bola Wanita, Segera Geber Kompetisi Antarprovinsi

Meski demikian, Kiai Gede sedikit demi sedikit mampu mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk lokal. Seiring berjalannya waktu, makin banyak pengikutnya. Alhasil ia bisa mengislamkan penduduk setempat.

Meski demikian, tak bisa dimungkiri bahwa tak sedikit pula warga lokal yang masih berpegang teguh dengan aliran kepercayaan yang dianut sebelumnya.

Menurut penuturan Jamri selaku penjaga makam Kiai Gede, tantangan yang dihadapi Kiai Gede saat berdakwah sangat luar biasa. Apalagi masa itu segala sesuatu serbaterbatas, baik dari segi moda transportasi hingga cara atau metode berdakwah yang digunakan.

“Jika dilihati dari sejarahnya, untuk bisa menyebarkan ajaran Islam pada masa itu bukanlah perkara mudah, karena tidak ada kendaraan darat. Dakwah hanya dilakukan dengan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya,” kata Jamri kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Semoga Toleransi Dalam Keberagaman Selalu Terjaga

Apalagi wilayah Kotawaringin saat itu masih merupakan kawasan hutan belantara. Untuk menepuh perjalanan jauh, satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan hanyalah perahu. Itu pun dengan kondisi seadanya.

Selain itu, sebelum berdiri menjadi sebuah kerajaan, wilayah Kotawaringin dikenal sebagai wilayah yang berbahaya. Karena dikuasai oleh para lamun atau perompak kejam yang kerap meneror masyarakat.

Meski ada banyak rintangan, Kiai Gede tak mudah menyerah. Alhasil ia berhasil memiliki banyak pengikut yang bersedia menganut agama Islam. Perjalanannya dalam menyebarluaskan ajaran Islam terus dilakukan sampai Kesultanan Kutarangin didirikan. Dan mayoritas masyarakat lokal pun berpindah keyakinan untuk memeluk agama Islam. (bersambung/ce/ala)

Merujuk pada sejarah, Kiai Gede diutus oleh Sultan Demak ke Pulau Kalimantan untuk menyiarkan ajaran Islam. Dalam mengemban misinya itu, sang kiai terlebih dahulu menemui Pangeran Suriansyah yang kala itu memimpin Kerajaan Banjar (Kesultanan Banjar). Kemudian sang pangeran menitahkannya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di wilayah Kotawaringin. Tak sedikit rintangan yang dihadapinya dalam menjalankan misi mulia itu.

RUSLAN, Pangkalan Bun

SOSOK Kiai Gede diyakini sebagai salah satu tokoh yang berperan penting dalam sejarah berkembangnya Islam di Bumi Marunting Batu Aji khususnya dan Kalimantan pada umumnya.

Ia diyakini sebagai orang yang menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat lokal di wilayah Kotawaringin.

Kedatangan Kiai Gede untuk menyiarkan agama Islam di Kalimantan, tentunya bukan perkara mudah. Tantangan terbesarnya adalah berdakwah di hadapan penduduk lokal Kotawaringin yang kala itu masih menganut kepercayaan tertentu.

Baca Juga :  Gairahkan Sepak Bola Wanita, Segera Geber Kompetisi Antarprovinsi

Meski demikian, Kiai Gede sedikit demi sedikit mampu mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk lokal. Seiring berjalannya waktu, makin banyak pengikutnya. Alhasil ia bisa mengislamkan penduduk setempat.

Meski demikian, tak bisa dimungkiri bahwa tak sedikit pula warga lokal yang masih berpegang teguh dengan aliran kepercayaan yang dianut sebelumnya.

Menurut penuturan Jamri selaku penjaga makam Kiai Gede, tantangan yang dihadapi Kiai Gede saat berdakwah sangat luar biasa. Apalagi masa itu segala sesuatu serbaterbatas, baik dari segi moda transportasi hingga cara atau metode berdakwah yang digunakan.

“Jika dilihati dari sejarahnya, untuk bisa menyebarkan ajaran Islam pada masa itu bukanlah perkara mudah, karena tidak ada kendaraan darat. Dakwah hanya dilakukan dengan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya,” kata Jamri kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Semoga Toleransi Dalam Keberagaman Selalu Terjaga

Apalagi wilayah Kotawaringin saat itu masih merupakan kawasan hutan belantara. Untuk menepuh perjalanan jauh, satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan hanyalah perahu. Itu pun dengan kondisi seadanya.

Selain itu, sebelum berdiri menjadi sebuah kerajaan, wilayah Kotawaringin dikenal sebagai wilayah yang berbahaya. Karena dikuasai oleh para lamun atau perompak kejam yang kerap meneror masyarakat.

Meski ada banyak rintangan, Kiai Gede tak mudah menyerah. Alhasil ia berhasil memiliki banyak pengikut yang bersedia menganut agama Islam. Perjalanannya dalam menyebarluaskan ajaran Islam terus dilakukan sampai Kesultanan Kutarangin didirikan. Dan mayoritas masyarakat lokal pun berpindah keyakinan untuk memeluk agama Islam. (bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/