Jumat, Mei 17, 2024
30.3 C
Palangkaraya

Masuk Kotawaringin Tahun 1559 Bersama 40 Pengikut

Kiprah Kiai Gede dalam menyebarkan Islam di Kalteng memang belum terdokumentasi dengan rapi. Jejak sejarah ulama kharismatik ini juga belum tersusun sempurna. Harus digali lebih dalam lagi. Ada beragam versi terkait kedatangan Kiai Gede ke tanah Borneo.

RUSLAN, Pangkalan Bun

BERDASARKAN pengakuan Jamri selaku penjaga makam, diyakini bahwa Kiai Gede mulai masuk ke wilayah Kotawaringin pada tahun 1500-an. Berdirinya Kesultanan Kutarangin atau yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Kotawaringin tentu tak terlepas dari sejarah masuknya ajaran Islam di wilayah itu.

Sesuai cerita sejarah, Kiai Gede diutus dari Demak untuk membantu sultan di Kesultanan Banjar menyebarkan ajaran Islam di wilayah Kotawaringin yang saat itu belum menganut agama Islam.

Kala itu Kiai Gede berangkat dari Demak menuju Gresik, kemudian melanjutkan perjalanan dengan menumpang perahu juragan kamis menuju Banjarmasin, Kerajaan Banjar (Kesultanan Banjar) yang saat itu di bawah kepemimpinan Pangeran Samudara (Pangeran Suriansyah). Selanjutnya Kiai Gede diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Kotawaringin.

Baca Juga :  Bangga Bisa Menyaksikan Hebatnya Indonesia di Mata Dunia

Menurut penuturan Jamri, ada beberapa versi sejarah tentang Kiai Gede yang hingga saat ini masih terus disempurnakan dan diteliti kebenarannya. Bahkan nama asli Kiai Gede pun sampai saat ini masih belum diketahui. Dari berbagai versi sejarah itu, sosok Kiai Gede yang berasal dari Demak merupakan versi yang sangat diyakini dan dipercaya oleh masyarakat Kotawaringin saat ini.

“Dari sejarah singkat yang tertulis di makam Kiai Gede, memang beliau (Kiai Gede) merupakan ulama asal Demak yang diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di Kotawaringin saat itu,” kata Jamri saat menemani Kalteng Pos mengunjungi makam Kiai Gede di Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), beberapa waktu lalu.  

Baca Juga :  Melihat Perayaan Natal di Kediaman Rektor UPR Dr Andrie Elia

Masih dari sejarah yang diketahuinya, Kiai Gede berangkat ke Kotawaringin dengan membawa pengikut sebanyak 40 orang. Mereka tiba di Kotawaringin pada tahun 1595 M, tepatnya tiga tahun sebelum didirikannya Kerajaan Kotawaringin (Kesultanan Kutarangin) pada tahun 1598 M.

“Beliau pertama kali diutus pada tahun 1595 dengan pengikut sebanyak 40 orang, tapi sampai sekarang kita kehilangan jejak sejarah pengikutnya, jadi tidak banyak sejarah yang diketahui tentang Kiai Gede ini,” ucap Jamri.  

Sejak Kiai Gede dan pengikutnya masuk ke wilayah Kotawaringin, ajaran Islam pun mulai disebarluaskan kepada penduduk asli. (*bersambung/ce/ala)

Kiprah Kiai Gede dalam menyebarkan Islam di Kalteng memang belum terdokumentasi dengan rapi. Jejak sejarah ulama kharismatik ini juga belum tersusun sempurna. Harus digali lebih dalam lagi. Ada beragam versi terkait kedatangan Kiai Gede ke tanah Borneo.

RUSLAN, Pangkalan Bun

BERDASARKAN pengakuan Jamri selaku penjaga makam, diyakini bahwa Kiai Gede mulai masuk ke wilayah Kotawaringin pada tahun 1500-an. Berdirinya Kesultanan Kutarangin atau yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Kotawaringin tentu tak terlepas dari sejarah masuknya ajaran Islam di wilayah itu.

Sesuai cerita sejarah, Kiai Gede diutus dari Demak untuk membantu sultan di Kesultanan Banjar menyebarkan ajaran Islam di wilayah Kotawaringin yang saat itu belum menganut agama Islam.

Kala itu Kiai Gede berangkat dari Demak menuju Gresik, kemudian melanjutkan perjalanan dengan menumpang perahu juragan kamis menuju Banjarmasin, Kerajaan Banjar (Kesultanan Banjar) yang saat itu di bawah kepemimpinan Pangeran Samudara (Pangeran Suriansyah). Selanjutnya Kiai Gede diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Kotawaringin.

Baca Juga :  Bangga Bisa Menyaksikan Hebatnya Indonesia di Mata Dunia

Menurut penuturan Jamri, ada beberapa versi sejarah tentang Kiai Gede yang hingga saat ini masih terus disempurnakan dan diteliti kebenarannya. Bahkan nama asli Kiai Gede pun sampai saat ini masih belum diketahui. Dari berbagai versi sejarah itu, sosok Kiai Gede yang berasal dari Demak merupakan versi yang sangat diyakini dan dipercaya oleh masyarakat Kotawaringin saat ini.

“Dari sejarah singkat yang tertulis di makam Kiai Gede, memang beliau (Kiai Gede) merupakan ulama asal Demak yang diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di Kotawaringin saat itu,” kata Jamri saat menemani Kalteng Pos mengunjungi makam Kiai Gede di Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), beberapa waktu lalu.  

Baca Juga :  Melihat Perayaan Natal di Kediaman Rektor UPR Dr Andrie Elia

Masih dari sejarah yang diketahuinya, Kiai Gede berangkat ke Kotawaringin dengan membawa pengikut sebanyak 40 orang. Mereka tiba di Kotawaringin pada tahun 1595 M, tepatnya tiga tahun sebelum didirikannya Kerajaan Kotawaringin (Kesultanan Kutarangin) pada tahun 1598 M.

“Beliau pertama kali diutus pada tahun 1595 dengan pengikut sebanyak 40 orang, tapi sampai sekarang kita kehilangan jejak sejarah pengikutnya, jadi tidak banyak sejarah yang diketahui tentang Kiai Gede ini,” ucap Jamri.  

Sejak Kiai Gede dan pengikutnya masuk ke wilayah Kotawaringin, ajaran Islam pun mulai disebarluaskan kepada penduduk asli. (*bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/