Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Kunjungan Siswa Ekskul Jurnalistik Smansa Palangka Raya ke Kalteng Pos

Setelah Keliling, Mereka Antusias Ingin Menjadi Jurnalis

Study tour pendidikan ke Kalteng Pos kali ini diikuti oleh siswa-siswi dari SMAN 1 Palangka Raya (Smansa). Siswa-siswi yang tergabung dalam ekstrakurikuler Jurnalistik Smansa itu begitu antusias mengikuti study tour dengan mengunjungi Kalteng Pos dari menyaksikan proses mengolah berita di dapur redaksi sampai melihat proses percetakan koran.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

20 Orang siswa dan siswi dari SMAN 1 Palangka Raya mengikuti study tour ke Gedung Kalteng Pos untuk melihat kegiatan jurnalistik, Sabtu (5/11). Mereka mendapat pelajaran berharga. Diperkenalkan dengan proses pengolahan berita di dapur redaksi koran harian terbesar dan tertua di Kalteng itu dan melihat-lihat proses percetakan koran sebelum akhirnya terbit dan siap edar.


BELAJAR JURNALISTIK: Siswa dan siswi dari Smansa Palangka Raya berkesempatan mengunjungi dapur redaksi dan percetakan Kalteng Pos, Sabtu (5/11/2022). FOTO: DENAR/KALTENG POS

20 orang peserta study tour itu adalah siswa dan siswi kelas X dan kelas XI Smansa yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik bersama dengan empat orang guru pendamping.

Pada kunjungan yang dimulai sejak pukul 08.00 Wib itu, study tour mereka dimulai dengan melihat secara langsung bagaimana proses pengolahan berita di ruang redaksi. Di ruang redaksi mereka diperkenalkan langsung bagaimana proses mengolah berita meliputi pencarian berita oleh jurnalis di lapangan, pengeditan berita sebelum akhirnya terbit, serta diberitahukan juga bagaimana seseorang bisa menjadi jurnalis. Mereka dipandu langsung oleh Yunizar Prajamufti, selaku Koordinator Liputan.

Pria yang berkarier di dunia jurnalistik sejak tahun 2016 itu menjelaskan kepada para peserta study tour secara detail mengenai proses pengolahan berita. Dimulai dari proses peliputan. Yaitu proses pencarian berita oleh wartawan (reporter) di lapangan dengan menggali informasi dari narasumber terkait topik tertentu. Reporter tersebut kemudian mengolah hasil liputannya menjadi tulisan yang kemudian diserahkan kepada redaktur selaku editor berita. Setelah berita yang diserahkan kepada redaktur itu selesai diedit, berita kemudian dimasukkan ke dalam rubrik koran yang didesain oleh tim desainer grafis (layout) sebelum akhirnya siap dicetak.

“Seperti itulah proses mencari berita yang dimulai dari liputan oleh wartawan di lapangan, diedit oleh editor, didesain oleh tim layout, lalu sampai akhirnya siap untuk dicetak di ruang percetakan,” tutur pria anak satu itu kepada peserta yang nampak antusias.

Selang beberapa menit usai Nizar menjelaskan terkait proses pembuatan berita dan sedikit cerita mengenai profesi yang ia jalani, rupanya hal itu kemudian memantik rasa ingin tahu para peserta didik untuk mengenali lebih jauh profesi kewartawanan dan bagaimana cara untuk bisa masuk di dalamnya. Salah seorang peserta didik bernama Zalfa Assyifa kemudian melontarkan pertanyaan kepada Nizar mengenai syarat tertentu untuk bisa menjadi seorang jurnalis.

Selama ini anggapan yang melekat pada seorang jurnalis adalah kemampuan menulis yang baik. Kemampuan menulis banyak dipandang menjadi syarat utama bagi seseorang untuk bisa menjadi jurnalis. Kepada peserta study tour, Nizar berkata bahwa kemampuan menulis bukanlah. Melainkan rasa ingin tahu yang tinggi untuk menggali sebuah isulah yang terlebih dahulu harus dimiliki untuk menjadi seorang jurnalis. Sebab, dari situ, kemampuan menulis bisa digembleng.

Baca Juga :  Suka Membaca, Jauhkan Dampak Negatif Gadget

“Syarat utama menjadi jurnalis itu adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Tulisan itu nomor sekian karena bisa digembleng, tapi syarat utamanya punya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu isu dulu,” ucap Nizar kepada peserta study tour yang langsung diberi anggukan oleh mereka.

Pria berpendidikan terakhir magister hukum keluarga Islam itu kemudian mengatakan kepada para peserta didik bahwa apabila mereka ingin menjadi jurnalis, maka asahlah rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu isu. Selain itu, tidak perlu bidang pendidikan tertentu untuk menjadi jurnalis. “Semua bidang pendidikan apapun yang dimiliki seseorang, ia tetap bisa menjadi jurnalis, di Kalteng Pos sendiri seperti itu, tidak perlu latar belakang pendidikan tertentu,” ucapnya.

Menyadari bahwa peserta study tour merupakan para peserta didik yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik yang mana mereka sudah mempunyai kemampuan dasar dalam menulis, Nizar kemudian menawarkan kepada mereka apabila memiliki tulisan menarik seperti opini, puisi, atau cerita pendek (cerpen) bisa dikirimkan kepada Kalteng Pos untuk bisa diterbitkan. “Bisa dikirim ke Kalteng Pos, kalau ada tulisan menarik, misal kalian ada opini, bisa dikirim ke sini,” tuturnya.

Usai diperkenalkan dengan seluk-beluk dapur redaksi, peserta didik kemudian diajak ke ruang percetakan untuk dijelaskan mengenai proses percetakan koran setelah tadi selesai diproses di ruang redaksi. Di ruang percetakan mereka langsung dijelaskan mengenai proses percetakan berita pada kertas sehingga dapat menjadi koran berwujud fisik. Perkenalan mereka dengan proses percetakan dibawakan langsung oleh Agus mewakili kepala percetakan PT Kalteng Media Grafika, anak perusahaan Kalteng Pos yang mencetak koran Harian Kalteng Pos dan koran Harian Palangka Ekspress.

Kepada peserta didik Agus menjelaskan bahwa proses mencetak koran dimulai setelah berita selesai diproses di ruang redaksi. Dikatakannya, tak membutuhkan waktu lama dalam proses mencetak berita menjadi koran. Hanya perlu waktu 30 menit saja maka koran berwujud fisik telah siap. “Tapi yang lama itu kita menunggu berita selesai diproses di pihak redaksi saja, selebihnya terkait percetakan hanya membutuhkan waktu sebentar, paling 30 menitan,” ucapnya kepada peserta study tour.

Lebih jauh, Agus kemudian menjelaskan kepada para peserta didik terkait mesin yang digunakan untuk mencetak koran berikut apa tinta dan kertas yang digunakan. “Ini adalah mesin percetakan yang dibuat di Amerika, itu kertasnya, yang di gulungan putih itu, dan itu tintanya,” sebut Agus sembari menunjuk barang-barang yang ia sebutkan.

Baca Juga :  Raih Kursi DPRD Provinsi dan DPD RI di Tengah Merebaknya Politik Uang

Dahaga ingin tahu para peserta study tour yang tergabung dalam ekskul jurnalistik itu telah terpuaskan. Hal itu diamini oleh guru pendamping study tour sekaligus Koordinator Ekstrakurikuler Jurnalistik Smansa, Ristemiati SPd. Ia berterima kasih kepada Kalteng Pos karena sudah menyelenggarakan study tour itu. Ia mengatakan study tour itu memberikan pengalaman siswa melihat secara langsung kegiatan jurnalistik tentang bagaimana pembuatan berita dan proses agar koran dapat diterbitkan.

Kehadiran study tour itu memberikan mereka pengalaman untuk selanjutnya diaplikasikan di sekolah mereka. “Melalui study tour ini memberikan kita wawasan yang selanjutnya bisa kami aplikasikan untuk mengembangkan buletin sekolah kami,” tuturnya.

Berterima kasih karena adanya study tour ini dapat menambah ketertarikan anak didiknya terkait dunia jurnalistik, Ristemiati lantas memberikan masukan kepada Kalteng Pos agar dapat memberikan pelatihan kepada anak-anak terkait bagaimana cara menulis berita.

“Itu supaya mereka betul-betul dapat dari ahlinya. Pelatihan untuk anak-anak jurnalistik, apakah itu untuk peserta didik SMA se-Kota Palangka Raya, atau khusus untuk anak Smansa, itu kita berharap kerja sama seperti itu ada, ke depan saya berharap ada kerja sama yang seperti itu, entah pelatihan itu free atau berbayar, kita hargai semua,” harapnya.

Sementara itu, Zalfa Asyifa, siswi yang menaruh ketertarikan besar terhadap dunia jurnalistik mengaku sangat terbantu dengan adanya study tour itu. Dikatakannya, sudah sejak kelas tiga SMP ia meminati dunia tulis-menulis jurnalistik seperti berita. Dalam beberapa waktu ia menulis berita dengan mewawancarai kawan karibnya untuk menjadi narasumber sebagai bahan ia menulis berita. “Saya wawancarai teman saya, apapun topiknya, untuk selanjutnya saya kutip omongannya itu untuk menjadi bahan tulisan berita saya, hasil tulisan itu saya upload di catatan pribadi saja saja,” tuturnya.

Remaja kelas X itu juga tidak menyangka bahwa proses percetakan koran membutuhkan mesin yang begitu besar. “Saya kira itu diprint aja, tapi ternyata ada alat cetaknya gitu, seperti yang dijelaskan tadi,” ucapnya.

Peserta study tour lain, Jesslyn Eklesia, mengaku sangat tertarik dengan dunia jurnalistik seperti menulis suatu berita. Melalui study tour itu juga ia bisa mendapatkan wawasan lebih soal proses pengolahan berita dan percetakan koran yang dijelaskan langsung oleh praktisinya.

“Bisa menambah wawasan yang mau jadi reporter atau ingin bekerja di Kalteng Pos, gitu. Kan menambah wawasan dan saya juga tertarik untuk menulis suatu berita, itu sih,” ucapnya.(ram)

Study tour pendidikan ke Kalteng Pos kali ini diikuti oleh siswa-siswi dari SMAN 1 Palangka Raya (Smansa). Siswa-siswi yang tergabung dalam ekstrakurikuler Jurnalistik Smansa itu begitu antusias mengikuti study tour dengan mengunjungi Kalteng Pos dari menyaksikan proses mengolah berita di dapur redaksi sampai melihat proses percetakan koran.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

20 Orang siswa dan siswi dari SMAN 1 Palangka Raya mengikuti study tour ke Gedung Kalteng Pos untuk melihat kegiatan jurnalistik, Sabtu (5/11). Mereka mendapat pelajaran berharga. Diperkenalkan dengan proses pengolahan berita di dapur redaksi koran harian terbesar dan tertua di Kalteng itu dan melihat-lihat proses percetakan koran sebelum akhirnya terbit dan siap edar.


BELAJAR JURNALISTIK: Siswa dan siswi dari Smansa Palangka Raya berkesempatan mengunjungi dapur redaksi dan percetakan Kalteng Pos, Sabtu (5/11/2022). FOTO: DENAR/KALTENG POS

20 orang peserta study tour itu adalah siswa dan siswi kelas X dan kelas XI Smansa yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik bersama dengan empat orang guru pendamping.

Pada kunjungan yang dimulai sejak pukul 08.00 Wib itu, study tour mereka dimulai dengan melihat secara langsung bagaimana proses pengolahan berita di ruang redaksi. Di ruang redaksi mereka diperkenalkan langsung bagaimana proses mengolah berita meliputi pencarian berita oleh jurnalis di lapangan, pengeditan berita sebelum akhirnya terbit, serta diberitahukan juga bagaimana seseorang bisa menjadi jurnalis. Mereka dipandu langsung oleh Yunizar Prajamufti, selaku Koordinator Liputan.

Pria yang berkarier di dunia jurnalistik sejak tahun 2016 itu menjelaskan kepada para peserta study tour secara detail mengenai proses pengolahan berita. Dimulai dari proses peliputan. Yaitu proses pencarian berita oleh wartawan (reporter) di lapangan dengan menggali informasi dari narasumber terkait topik tertentu. Reporter tersebut kemudian mengolah hasil liputannya menjadi tulisan yang kemudian diserahkan kepada redaktur selaku editor berita. Setelah berita yang diserahkan kepada redaktur itu selesai diedit, berita kemudian dimasukkan ke dalam rubrik koran yang didesain oleh tim desainer grafis (layout) sebelum akhirnya siap dicetak.

“Seperti itulah proses mencari berita yang dimulai dari liputan oleh wartawan di lapangan, diedit oleh editor, didesain oleh tim layout, lalu sampai akhirnya siap untuk dicetak di ruang percetakan,” tutur pria anak satu itu kepada peserta yang nampak antusias.

Selang beberapa menit usai Nizar menjelaskan terkait proses pembuatan berita dan sedikit cerita mengenai profesi yang ia jalani, rupanya hal itu kemudian memantik rasa ingin tahu para peserta didik untuk mengenali lebih jauh profesi kewartawanan dan bagaimana cara untuk bisa masuk di dalamnya. Salah seorang peserta didik bernama Zalfa Assyifa kemudian melontarkan pertanyaan kepada Nizar mengenai syarat tertentu untuk bisa menjadi seorang jurnalis.

Selama ini anggapan yang melekat pada seorang jurnalis adalah kemampuan menulis yang baik. Kemampuan menulis banyak dipandang menjadi syarat utama bagi seseorang untuk bisa menjadi jurnalis. Kepada peserta study tour, Nizar berkata bahwa kemampuan menulis bukanlah. Melainkan rasa ingin tahu yang tinggi untuk menggali sebuah isulah yang terlebih dahulu harus dimiliki untuk menjadi seorang jurnalis. Sebab, dari situ, kemampuan menulis bisa digembleng.

Baca Juga :  Suka Membaca, Jauhkan Dampak Negatif Gadget

“Syarat utama menjadi jurnalis itu adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Tulisan itu nomor sekian karena bisa digembleng, tapi syarat utamanya punya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu isu dulu,” ucap Nizar kepada peserta study tour yang langsung diberi anggukan oleh mereka.

Pria berpendidikan terakhir magister hukum keluarga Islam itu kemudian mengatakan kepada para peserta didik bahwa apabila mereka ingin menjadi jurnalis, maka asahlah rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu isu. Selain itu, tidak perlu bidang pendidikan tertentu untuk menjadi jurnalis. “Semua bidang pendidikan apapun yang dimiliki seseorang, ia tetap bisa menjadi jurnalis, di Kalteng Pos sendiri seperti itu, tidak perlu latar belakang pendidikan tertentu,” ucapnya.

Menyadari bahwa peserta study tour merupakan para peserta didik yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik yang mana mereka sudah mempunyai kemampuan dasar dalam menulis, Nizar kemudian menawarkan kepada mereka apabila memiliki tulisan menarik seperti opini, puisi, atau cerita pendek (cerpen) bisa dikirimkan kepada Kalteng Pos untuk bisa diterbitkan. “Bisa dikirim ke Kalteng Pos, kalau ada tulisan menarik, misal kalian ada opini, bisa dikirim ke sini,” tuturnya.

Usai diperkenalkan dengan seluk-beluk dapur redaksi, peserta didik kemudian diajak ke ruang percetakan untuk dijelaskan mengenai proses percetakan koran setelah tadi selesai diproses di ruang redaksi. Di ruang percetakan mereka langsung dijelaskan mengenai proses percetakan berita pada kertas sehingga dapat menjadi koran berwujud fisik. Perkenalan mereka dengan proses percetakan dibawakan langsung oleh Agus mewakili kepala percetakan PT Kalteng Media Grafika, anak perusahaan Kalteng Pos yang mencetak koran Harian Kalteng Pos dan koran Harian Palangka Ekspress.

Kepada peserta didik Agus menjelaskan bahwa proses mencetak koran dimulai setelah berita selesai diproses di ruang redaksi. Dikatakannya, tak membutuhkan waktu lama dalam proses mencetak berita menjadi koran. Hanya perlu waktu 30 menit saja maka koran berwujud fisik telah siap. “Tapi yang lama itu kita menunggu berita selesai diproses di pihak redaksi saja, selebihnya terkait percetakan hanya membutuhkan waktu sebentar, paling 30 menitan,” ucapnya kepada peserta study tour.

Lebih jauh, Agus kemudian menjelaskan kepada para peserta didik terkait mesin yang digunakan untuk mencetak koran berikut apa tinta dan kertas yang digunakan. “Ini adalah mesin percetakan yang dibuat di Amerika, itu kertasnya, yang di gulungan putih itu, dan itu tintanya,” sebut Agus sembari menunjuk barang-barang yang ia sebutkan.

Baca Juga :  Raih Kursi DPRD Provinsi dan DPD RI di Tengah Merebaknya Politik Uang

Dahaga ingin tahu para peserta study tour yang tergabung dalam ekskul jurnalistik itu telah terpuaskan. Hal itu diamini oleh guru pendamping study tour sekaligus Koordinator Ekstrakurikuler Jurnalistik Smansa, Ristemiati SPd. Ia berterima kasih kepada Kalteng Pos karena sudah menyelenggarakan study tour itu. Ia mengatakan study tour itu memberikan pengalaman siswa melihat secara langsung kegiatan jurnalistik tentang bagaimana pembuatan berita dan proses agar koran dapat diterbitkan.

Kehadiran study tour itu memberikan mereka pengalaman untuk selanjutnya diaplikasikan di sekolah mereka. “Melalui study tour ini memberikan kita wawasan yang selanjutnya bisa kami aplikasikan untuk mengembangkan buletin sekolah kami,” tuturnya.

Berterima kasih karena adanya study tour ini dapat menambah ketertarikan anak didiknya terkait dunia jurnalistik, Ristemiati lantas memberikan masukan kepada Kalteng Pos agar dapat memberikan pelatihan kepada anak-anak terkait bagaimana cara menulis berita.

“Itu supaya mereka betul-betul dapat dari ahlinya. Pelatihan untuk anak-anak jurnalistik, apakah itu untuk peserta didik SMA se-Kota Palangka Raya, atau khusus untuk anak Smansa, itu kita berharap kerja sama seperti itu ada, ke depan saya berharap ada kerja sama yang seperti itu, entah pelatihan itu free atau berbayar, kita hargai semua,” harapnya.

Sementara itu, Zalfa Asyifa, siswi yang menaruh ketertarikan besar terhadap dunia jurnalistik mengaku sangat terbantu dengan adanya study tour itu. Dikatakannya, sudah sejak kelas tiga SMP ia meminati dunia tulis-menulis jurnalistik seperti berita. Dalam beberapa waktu ia menulis berita dengan mewawancarai kawan karibnya untuk menjadi narasumber sebagai bahan ia menulis berita. “Saya wawancarai teman saya, apapun topiknya, untuk selanjutnya saya kutip omongannya itu untuk menjadi bahan tulisan berita saya, hasil tulisan itu saya upload di catatan pribadi saja saja,” tuturnya.

Remaja kelas X itu juga tidak menyangka bahwa proses percetakan koran membutuhkan mesin yang begitu besar. “Saya kira itu diprint aja, tapi ternyata ada alat cetaknya gitu, seperti yang dijelaskan tadi,” ucapnya.

Peserta study tour lain, Jesslyn Eklesia, mengaku sangat tertarik dengan dunia jurnalistik seperti menulis suatu berita. Melalui study tour itu juga ia bisa mendapatkan wawasan lebih soal proses pengolahan berita dan percetakan koran yang dijelaskan langsung oleh praktisinya.

“Bisa menambah wawasan yang mau jadi reporter atau ingin bekerja di Kalteng Pos, gitu. Kan menambah wawasan dan saya juga tertarik untuk menulis suatu berita, itu sih,” ucapnya.(ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/