Minggu, Mei 19, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Bincang-Bincang dengan Habib Ismail di Podcast Ruang Redaksi

Raih Kursi DPRD Provinsi dan DPD RI di Tengah Merebaknya Politik Uang

Lebih dari satu dekade Habib Said Ismail Bin Yahya mewarnai kancah perpolitikan di Bumi Tambun Bungai. Dikenal sebagai pendakwah, Habib Ismail tak sengaja “nyemplung” ke dunia politik. Alhasil, sosok yang semasa kecil hidup berpindah-pindah itu, bisa menduduki jabatan anggota dewan provinsi, senator di DPD RI, Wagub Kalteng, hingga Plt Gubernur Kalteng. Kisah hidupnya itu ia ceritakan dalam acara podcast Ruang Redaksi.

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

HABIB mengaku pernah besar di Jakarta. Di sana ia pernah mengenyam pendidikan dasar hingga kelas enam. Namun ia menamatkan sekolah dasarnya di Banjarmasin, karena saat itu orang tuanya pindah ke ibu kota Kalimantan Selatan itu. Selanjutnya Habib menempuh pendidikan menengah pertama di Banjarmasin sampai kelas tiga. Kemudian keluarganya pindah ke Kapuas. Ia pun tamat SMP di Kota Air. Lalu ia melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas hingga kelas dua. Sampai di tingkat itu, ia memutuskan untuk masuk ke pondok pesantren di Surabaya.

“Semua itu karena saya ikut orang tua yang selalu berpindah-pindah, mulai dari Jakarta hingga Kapuas. Dulu saat di ibu kota, usaha orang tua bangkrut, karena itulah kami pindah. Di Kapuas, bapak mendapat pekerjaan di pabrik karet dengan menjadi kontraktor,” ucap Habib Ismail saat bincang-bincang di acara podcast Ruang Redaksi, Kalteng Pos, Rabu (30/8).

Kala masih duduk di bangku SMA, Habib telah dipercayakan ayahnya untuk membantu menjalankan usaha. Ia dipercayai untuk memegang uang dan membagikan gaji para karyawan.

Karena memiliki tekat untuk mandiri, Habib pernah bekerja sebagai pendulang emas di Kereng Pangi. Juga pernah menjadi seorang pengamen. Bahkan ia pernah bekerja di terminal yang ada di Bengkulu dan Lampung.

“Jadi saya pernah hidup enak, pernah hidup paling susah, semuanya pernah dirasakan, karena saya punya tekad untuk mandiri. Saat di Bengkulu dan Lampung, saya pernah jadi tukang pukul. Tetapi semua itu adalah kisah masa lalu,” ungkap Habib.

Jalan hidup pria kelahiran 4 Desember 1970 itu akhirnya berubah total saat dewasa. Ia justru menjadi seorang pendakwah. Tahun 2001, ia diminta gurunya kembali ke kampung halaman untuk berdakwah.

“Saat itu saya diminta oleh guru saya, namanya guru Dahlan, bahwasanya saya itu bagusnya di Kalteng, saat itu juga saya balik, dan kebetulan ayah saya jatuh sakit, jadi saya harus menemaninya di Rumah Sakit Ulin selama tiga bulan,” cerita Habib.

Baca Juga :  Gerakan Pangan Murah untuk Menekan Laju Inflasi

Namun ia pada saat itu tidak langsung berdakwah, ia mengikuti pengajian yang dibangun oleh ayahnya dan berkeliling ke berbagai daerah untuk berdakwah. Puncaknya pada saat ia berhaji pada tahun 2005 dan kembalinya dari Tanah Suci disitulah ia mulai berdakwah secara mandiri.

Seiring berjalannya waktu dalam dakwahnya, mendekati tahun pemilu 2009 Habib Ismail. Mendapatkan telepon dari temannya. Dimana ia diminta untuk maju menjadi caleg dari Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) yang saat itu tidak ada yang mau maju dari Dapil V DPRD Provinsi Kalteng meliputi Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau.

“Awalnya saya tidak mau, namun karena ingin bantu teman akhirnya saya mencalon. Walaupun waktu saya tidak membuat kartu nama juga dan tidak membuat baliho dan saya lepas begitu saja. Namun ada teman yang membuat kartu nama dan baliho akhirnya disebarkannya walaupun tidak saya minta karena memang niatnya cuman ingin bantu,” tegasnya.

Selanjutnya, pada saat pemungutan suara ia tidak mengira ia mendapatkan jatah satu kursi di tengah merebaknya politik uang ketika itu. Pada saat itu ia mendapatkan kabar dari Kapolres pada saat itu dimana ia ditelpon dan mendapatkan ucapan selamat.

“Waktu ditelpon selamat ya bib, lah sayakan bingung kok. Tau-taunya saya mendapatkan selamat menjadi anggota DPRD Provinsi. Saya jawab jangan bercanda. Waktu saya diminta balik karena dari Solo, setelab tiga hari kemudian ada surat dari KPU,” ucapnya.

Padahal ia mengaku pada saat itu tidak memiliki saksi dan tim dalam membantu pemenangnya dilapangan. Dan pada saat itu ia berhasil meraup suara sebanyak 9.000 suara lebih di Dapil Kapuas dan Pulang Pisau.

“Coba tanya kepada kawan-kawan yang sama-sama mencaleg di dapil yang sama, mereka enggak tahu kalau saya ikut nyaleg. Buktinya apa. PPP sosialisasi, undang saya ceramah. PDIP sosialisasi, juga undang saya ceramah,” tuturnya.

Sebelum ayahnya mengembuskan napas terakhir, Habib mendapatkan petuah. Ia diminta untuk tidak menjual agama dalam urusan politik, tetapi merebut kemenangan untuk agama. Pada 2014 lalu, ia berencana untuk istirahat, setelah menjalankan satu periode sebagai anggota DPRD provinsi. Karena saat itu PKNU sudah tidak ada lagi. Namun tak disangka, ia bertemu dengan Daan Rismon yang kala itu menjabat ketua KPU Kalteng.

Baca Juga :  Hari Buruh tanpa Demo

“Saat ketemu, saya bercerita kalau ada banyak yang menawarkan gabung partai politik. Namun Daan Rismon menawarkan ke DPD saja. Lalu saya tanya syaratnya apa saya. Eh, ternyata syaratnya hanya mengumpulkan sekitar kurang lebih 2.000 fotokopi KTP pendukung,” beber Habib.

Lantas ia meminta masukan dan pendapat dari jemaah. Ternyata antusiasme jemaah saat itu begitu besar. Mereka sukarela membantunya mengumpulkan fotokopi KTP sebagai syarat dukungan. Alhasil, ia maju pada pemilihan DPD RI perwakilan Kalteng.

“Alhamdulillah, tanpa kerja keras dan tanpa biaya, Allah swt memberikan jalan. Saat itu saya tidak pernah kampanye, tetapi saya diundang dalam sebuah pengajian. Saya hanya minta doa saja untuk diberikan yang terbaik. Tidak pernah meminta mereka untuk mencoblos saya,” tegasnya.

Habib tidak memberikan janji kepada masyarakat. Ia hanya ingin memberikan kemanfaatan untuk masyarakat. Akhirnya ia terpilih menjadi anggota DPD RI perwakilan Kalteng setelah menraup suara terbanyak, yakni 183.000 suara.

Tak lama setelah pelantikan, ia justru menerima tawaran untuk menjadi wakil mendampingi H Sugianto Sabran pada pemilihan kepala daerah.

Habib mengakui bahwa prestasi tertinggi yang pernah ia dapatkan adalah mendampingi H Sugianto Sabran memimpin Kalteng. Ia pernah mengantikan tugas gubernur menghadiri agenda paripurna dan agenda pusat lainnya.

Saat ditanya apakah punya keinginan untuk mencalonkan diri sebagai gubernur pada pemilihan kepala daerah tahun 2024 mendatang, Habib mengatakan bahwa hanya dirinyalah yang tahu dan paham dengan potensi dirinya.

“Keinginan itu belum ada dalam diri saya, karena politik transaksional itu tidak menyehatkan, selama ini saya tidak pernah mencalonkan diri terhadap apa pun, pada 2009 lalu itu saya cuman diminta, lalu pada 2014 saat dianjurkan, dan menjadi wakil gubernur itu karena saya diminta, jadi semua itu bukan hasrat saya,” tegasnya.

Begitu pula saat dirinya diminta untuk menjadi Ketua DPW PKB Kalteng. Ia justru mempersilakan kader lain yang berkapabilitas dan berpotensi untuk memimpin PKB Kalteng.

“Bagi saya, jabatan hanyalah sementara, itu hanyalah amanah yang diberikan, kalaupun ada mosi tidak percaya, saya siap mundur dari Ketua PKB Kalteng, jabatan wakil gubernur saja saya tinggal,” ucapnya sembari tersenyum. (*/ce/ala)

Lebih dari satu dekade Habib Said Ismail Bin Yahya mewarnai kancah perpolitikan di Bumi Tambun Bungai. Dikenal sebagai pendakwah, Habib Ismail tak sengaja “nyemplung” ke dunia politik. Alhasil, sosok yang semasa kecil hidup berpindah-pindah itu, bisa menduduki jabatan anggota dewan provinsi, senator di DPD RI, Wagub Kalteng, hingga Plt Gubernur Kalteng. Kisah hidupnya itu ia ceritakan dalam acara podcast Ruang Redaksi.

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

HABIB mengaku pernah besar di Jakarta. Di sana ia pernah mengenyam pendidikan dasar hingga kelas enam. Namun ia menamatkan sekolah dasarnya di Banjarmasin, karena saat itu orang tuanya pindah ke ibu kota Kalimantan Selatan itu. Selanjutnya Habib menempuh pendidikan menengah pertama di Banjarmasin sampai kelas tiga. Kemudian keluarganya pindah ke Kapuas. Ia pun tamat SMP di Kota Air. Lalu ia melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas hingga kelas dua. Sampai di tingkat itu, ia memutuskan untuk masuk ke pondok pesantren di Surabaya.

“Semua itu karena saya ikut orang tua yang selalu berpindah-pindah, mulai dari Jakarta hingga Kapuas. Dulu saat di ibu kota, usaha orang tua bangkrut, karena itulah kami pindah. Di Kapuas, bapak mendapat pekerjaan di pabrik karet dengan menjadi kontraktor,” ucap Habib Ismail saat bincang-bincang di acara podcast Ruang Redaksi, Kalteng Pos, Rabu (30/8).

Kala masih duduk di bangku SMA, Habib telah dipercayakan ayahnya untuk membantu menjalankan usaha. Ia dipercayai untuk memegang uang dan membagikan gaji para karyawan.

Karena memiliki tekat untuk mandiri, Habib pernah bekerja sebagai pendulang emas di Kereng Pangi. Juga pernah menjadi seorang pengamen. Bahkan ia pernah bekerja di terminal yang ada di Bengkulu dan Lampung.

“Jadi saya pernah hidup enak, pernah hidup paling susah, semuanya pernah dirasakan, karena saya punya tekad untuk mandiri. Saat di Bengkulu dan Lampung, saya pernah jadi tukang pukul. Tetapi semua itu adalah kisah masa lalu,” ungkap Habib.

Jalan hidup pria kelahiran 4 Desember 1970 itu akhirnya berubah total saat dewasa. Ia justru menjadi seorang pendakwah. Tahun 2001, ia diminta gurunya kembali ke kampung halaman untuk berdakwah.

“Saat itu saya diminta oleh guru saya, namanya guru Dahlan, bahwasanya saya itu bagusnya di Kalteng, saat itu juga saya balik, dan kebetulan ayah saya jatuh sakit, jadi saya harus menemaninya di Rumah Sakit Ulin selama tiga bulan,” cerita Habib.

Baca Juga :  Gerakan Pangan Murah untuk Menekan Laju Inflasi

Namun ia pada saat itu tidak langsung berdakwah, ia mengikuti pengajian yang dibangun oleh ayahnya dan berkeliling ke berbagai daerah untuk berdakwah. Puncaknya pada saat ia berhaji pada tahun 2005 dan kembalinya dari Tanah Suci disitulah ia mulai berdakwah secara mandiri.

Seiring berjalannya waktu dalam dakwahnya, mendekati tahun pemilu 2009 Habib Ismail. Mendapatkan telepon dari temannya. Dimana ia diminta untuk maju menjadi caleg dari Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) yang saat itu tidak ada yang mau maju dari Dapil V DPRD Provinsi Kalteng meliputi Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau.

“Awalnya saya tidak mau, namun karena ingin bantu teman akhirnya saya mencalon. Walaupun waktu saya tidak membuat kartu nama juga dan tidak membuat baliho dan saya lepas begitu saja. Namun ada teman yang membuat kartu nama dan baliho akhirnya disebarkannya walaupun tidak saya minta karena memang niatnya cuman ingin bantu,” tegasnya.

Selanjutnya, pada saat pemungutan suara ia tidak mengira ia mendapatkan jatah satu kursi di tengah merebaknya politik uang ketika itu. Pada saat itu ia mendapatkan kabar dari Kapolres pada saat itu dimana ia ditelpon dan mendapatkan ucapan selamat.

“Waktu ditelpon selamat ya bib, lah sayakan bingung kok. Tau-taunya saya mendapatkan selamat menjadi anggota DPRD Provinsi. Saya jawab jangan bercanda. Waktu saya diminta balik karena dari Solo, setelab tiga hari kemudian ada surat dari KPU,” ucapnya.

Padahal ia mengaku pada saat itu tidak memiliki saksi dan tim dalam membantu pemenangnya dilapangan. Dan pada saat itu ia berhasil meraup suara sebanyak 9.000 suara lebih di Dapil Kapuas dan Pulang Pisau.

“Coba tanya kepada kawan-kawan yang sama-sama mencaleg di dapil yang sama, mereka enggak tahu kalau saya ikut nyaleg. Buktinya apa. PPP sosialisasi, undang saya ceramah. PDIP sosialisasi, juga undang saya ceramah,” tuturnya.

Sebelum ayahnya mengembuskan napas terakhir, Habib mendapatkan petuah. Ia diminta untuk tidak menjual agama dalam urusan politik, tetapi merebut kemenangan untuk agama. Pada 2014 lalu, ia berencana untuk istirahat, setelah menjalankan satu periode sebagai anggota DPRD provinsi. Karena saat itu PKNU sudah tidak ada lagi. Namun tak disangka, ia bertemu dengan Daan Rismon yang kala itu menjabat ketua KPU Kalteng.

Baca Juga :  Hari Buruh tanpa Demo

“Saat ketemu, saya bercerita kalau ada banyak yang menawarkan gabung partai politik. Namun Daan Rismon menawarkan ke DPD saja. Lalu saya tanya syaratnya apa saya. Eh, ternyata syaratnya hanya mengumpulkan sekitar kurang lebih 2.000 fotokopi KTP pendukung,” beber Habib.

Lantas ia meminta masukan dan pendapat dari jemaah. Ternyata antusiasme jemaah saat itu begitu besar. Mereka sukarela membantunya mengumpulkan fotokopi KTP sebagai syarat dukungan. Alhasil, ia maju pada pemilihan DPD RI perwakilan Kalteng.

“Alhamdulillah, tanpa kerja keras dan tanpa biaya, Allah swt memberikan jalan. Saat itu saya tidak pernah kampanye, tetapi saya diundang dalam sebuah pengajian. Saya hanya minta doa saja untuk diberikan yang terbaik. Tidak pernah meminta mereka untuk mencoblos saya,” tegasnya.

Habib tidak memberikan janji kepada masyarakat. Ia hanya ingin memberikan kemanfaatan untuk masyarakat. Akhirnya ia terpilih menjadi anggota DPD RI perwakilan Kalteng setelah menraup suara terbanyak, yakni 183.000 suara.

Tak lama setelah pelantikan, ia justru menerima tawaran untuk menjadi wakil mendampingi H Sugianto Sabran pada pemilihan kepala daerah.

Habib mengakui bahwa prestasi tertinggi yang pernah ia dapatkan adalah mendampingi H Sugianto Sabran memimpin Kalteng. Ia pernah mengantikan tugas gubernur menghadiri agenda paripurna dan agenda pusat lainnya.

Saat ditanya apakah punya keinginan untuk mencalonkan diri sebagai gubernur pada pemilihan kepala daerah tahun 2024 mendatang, Habib mengatakan bahwa hanya dirinyalah yang tahu dan paham dengan potensi dirinya.

“Keinginan itu belum ada dalam diri saya, karena politik transaksional itu tidak menyehatkan, selama ini saya tidak pernah mencalonkan diri terhadap apa pun, pada 2009 lalu itu saya cuman diminta, lalu pada 2014 saat dianjurkan, dan menjadi wakil gubernur itu karena saya diminta, jadi semua itu bukan hasrat saya,” tegasnya.

Begitu pula saat dirinya diminta untuk menjadi Ketua DPW PKB Kalteng. Ia justru mempersilakan kader lain yang berkapabilitas dan berpotensi untuk memimpin PKB Kalteng.

“Bagi saya, jabatan hanyalah sementara, itu hanyalah amanah yang diberikan, kalaupun ada mosi tidak percaya, saya siap mundur dari Ketua PKB Kalteng, jabatan wakil gubernur saja saya tinggal,” ucapnya sembari tersenyum. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/