Kamis, November 21, 2024
24.5 C
Palangkaraya

Melalui Inkubasi Bisnis Pertanian Peternakan Terpadu

Hibah Kosabangsa, UPR dan UNS Berdayakan Penambang Emas

PALANGKA RAYA – Universitas Palangka Raya (UPR) merupakan salah satu dari 21 Perguruan Tinggi Negeri/Swasta mendapatkan hibah Kolaborasi Sosial Membangunan Masyarakat (Kosabangsa) dari Kemendikbudristek pada Tahun 2022.

Pelaksanaan Program Kosabangsa oleh Tim UPR yang diketuai Prof Dr Liswara Neneng MSi ini, didampingi sepenuhnya oleh tim pendamping dari Universitas Negeri Surakarta (UNS), diketuai Dr Edi Kurniadi MPd.

Para penambang emas sejumlah 90 orang, berasal dari 3 desa di wilayah Kalimantan Tengah, yakni Desa Tuwung, Desa Sigi dan Kelurahan Marang, telah dipilih sebagai mitra, untuk kegiatan berupa ‘Inkubasi Bisnis berbasis Pertanian Peternakan Terpadu’ sebagai alternatif mata pencaharian bagi para penambang emas. Kegiatan berlangsung sejak Oktober hingga Desember 2022. Peserta kegiatan 60 persennya adalah penambang emas, selebihnya istri dan keluarga penambang.

Baca Juga :  Sambut Positif PTM Terbatas di Kalteng

Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi terkait usaha alternatif yang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian bagi penambang emas. Bentuk usaha alternatif tersebut merupakan gabungan antara kegiatan peternakan ayam kampung super, budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly), yang diintegrasikan dengan budidaya komoditas pertanian lokal.

Kegiatan terintegrasi ini merupakan suatu siklus. Limbah kotoran ayam kampung dijadikan sebagai pakan maggot dan limbah pakan magot (kasgot) digunakan sebagai pupuk untuk pertanian.  Limbah pertanian selanjutnya juga dapat dijadikan sebagai pakan untuk maggot.

Menurut Prof Liswara Neneng, melalui kegiatan Program Kosabangsa ini penambang emas tidak hanya dibekali pemberian wawasan dan pelatihan, namun juga mendapatkan keterampilan dalam melaksanakan proses budidaya baik di bidang peternakan maupun di bidang pertanian.

Baca Juga :  Guru TK Harus Kreatif

“Penambang juga dibekali aset untuk mengembangkan usaha budidaya secara mandiri, baik dalam bentuk pengadaan kandang ayam kampung beserta bibit dan pakannya, pengadaan mesin pencabut bulu, mesin pencacah pakan, peralatan budidaya maggot beserta kandang untuk lalat BSF, dan peralatan vacuum press untuk pengolahan pascapanen,” katanya, melalui rilisnya.

Ia juga berharap, melalui kegiatan Pilot Proyek Program Kosabangsa, para penambang emas dapat lebih mandiri secara ekonomi. “Serta mampu menjalankan usaha yang lebih produktif dan ramah lingkungan,” tandasnya. (sos/aza/b5)

PALANGKA RAYA – Universitas Palangka Raya (UPR) merupakan salah satu dari 21 Perguruan Tinggi Negeri/Swasta mendapatkan hibah Kolaborasi Sosial Membangunan Masyarakat (Kosabangsa) dari Kemendikbudristek pada Tahun 2022.

Pelaksanaan Program Kosabangsa oleh Tim UPR yang diketuai Prof Dr Liswara Neneng MSi ini, didampingi sepenuhnya oleh tim pendamping dari Universitas Negeri Surakarta (UNS), diketuai Dr Edi Kurniadi MPd.

Para penambang emas sejumlah 90 orang, berasal dari 3 desa di wilayah Kalimantan Tengah, yakni Desa Tuwung, Desa Sigi dan Kelurahan Marang, telah dipilih sebagai mitra, untuk kegiatan berupa ‘Inkubasi Bisnis berbasis Pertanian Peternakan Terpadu’ sebagai alternatif mata pencaharian bagi para penambang emas. Kegiatan berlangsung sejak Oktober hingga Desember 2022. Peserta kegiatan 60 persennya adalah penambang emas, selebihnya istri dan keluarga penambang.

Baca Juga :  Sambut Positif PTM Terbatas di Kalteng

Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi terkait usaha alternatif yang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian bagi penambang emas. Bentuk usaha alternatif tersebut merupakan gabungan antara kegiatan peternakan ayam kampung super, budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly), yang diintegrasikan dengan budidaya komoditas pertanian lokal.

Kegiatan terintegrasi ini merupakan suatu siklus. Limbah kotoran ayam kampung dijadikan sebagai pakan maggot dan limbah pakan magot (kasgot) digunakan sebagai pupuk untuk pertanian.  Limbah pertanian selanjutnya juga dapat dijadikan sebagai pakan untuk maggot.

Menurut Prof Liswara Neneng, melalui kegiatan Program Kosabangsa ini penambang emas tidak hanya dibekali pemberian wawasan dan pelatihan, namun juga mendapatkan keterampilan dalam melaksanakan proses budidaya baik di bidang peternakan maupun di bidang pertanian.

Baca Juga :  Guru TK Harus Kreatif

“Penambang juga dibekali aset untuk mengembangkan usaha budidaya secara mandiri, baik dalam bentuk pengadaan kandang ayam kampung beserta bibit dan pakannya, pengadaan mesin pencabut bulu, mesin pencacah pakan, peralatan budidaya maggot beserta kandang untuk lalat BSF, dan peralatan vacuum press untuk pengolahan pascapanen,” katanya, melalui rilisnya.

Ia juga berharap, melalui kegiatan Pilot Proyek Program Kosabangsa, para penambang emas dapat lebih mandiri secara ekonomi. “Serta mampu menjalankan usaha yang lebih produktif dan ramah lingkungan,” tandasnya. (sos/aza/b5)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/