Senin, November 25, 2024
26.6 C
Palangkaraya

Anne Angelina, Perempuan Kalteng yang Menjadi Translator di Forum G20 Bali (2/selesai)

Bangga Bisa Menyaksikan Hebatnya Indonesia di Mata Dunia

Berbaur dengan para penerjemah dari berbagai negara dan jurnalis mancanegara. Di forum G20 ini Anne Angelina merasa bangga, bisa melihat langsung pemimpin hebat. Bisa satu ruangan dengan Sekjen PBB Antonio Guterres dan melihat langsung Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

BERSEBERANGAN dengan BICC wadah mereka bekerja selama dilangsungkannya KTT G20 itu, berdiri megah gedung konferensi yang menjadi wadah konferensi para kepala negara.

“Bagiku ini seperti ikut menjadi bagian dalam sejarah, walau hanya bertugas menerjemahkan deklarasi, itu bagian dari sejarah juga,” ucapnya.

“Saya bisa mendengar dan menyaksikan secara langsung, satu ruangan dengan Sekjen PBB Antonio Guterres,” ucapnya.

Di luar pekerjaan utamanya sebagai penerjemah tertulis, melihat perawakan Joe Biden yang tinggi semampai hingga tak sengaja bertemu pasukan sniper pengaman presiden yang lengkap berpakaian taktis, merupakan segelintir pengalaman yang dirasakan Anne saat dirinya bertugas menjadi penerjemah di forum G20. Menjadi translator di forum internasional terbesar itu merupakan pengalaman yang luar biasa sekali baginya.

Namun, wanita kepala empat itu mengaku perjalanannya selama ini tak pernah lepas dari dukungan keluarga, teman, dan rekan kerjanya.

“Jangan seolah-olah saya bisa sendiri sehingga bisa bertugas di forum G20. Keberhasilan ini tak luput dari dukungan orang tua, teman-teman, dan rekan kerja saya, kebetulan saya yang dipercaya,” ungkapnya.

Berkaca kepada masa lalu, wanita lulusan Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2004 itu memang sudah akrab dengan dunia penerjemahan. Sejak lulus kuliah, ia pernah bekerja sebagai pengajar dan penerjemah bahasa inggris di beberapa instansi. Namun, minatnya dalam dunia linguistik, khususnya bidang penerjemahan, sudah sejak muda sekali telah menjadi passionnya.

Baca Juga :  Bangun Ekosistem Bidang Advanced Air Mobility

“Sebelum kerja di Disbudpar seperti sekarang, dulu setelah lulus kuliah aku ngajar pernah, habis itu pernah jadi penerjemah lepas juga, tapi kalau secara minat aku memang dari dulu suka dengan yang namanya interpreting, cuman makin ke sini jadi semakin terbentuk aku mau apa. Susah dijelaskan, dunia interpreting itu sudah menjadi passionku sejak lama,” ungkapnya.

Wanita berdarah Dayak-Sulawesi itu juga mengaku sudah sejak kecil dekat dengan cita-cita yang akrab dengan kemampuan bahasa asing. Waktu kecil, ia bercita-cita ingin menjadi seorang duta besar. “Di saat orang lain cita-citanya jadi dokter, pilot, atau guru, aku cita-citanya jadi duta besar,” ucapnya.

Cita-cita itu masih melekat dalam dirinya. Impian masa kecil masih terbayang dalam benak wanita yang bekerja di Disbudpar Kalteng sejak 2011 lalu itu.

“Aku nggak bisa jadi duta besar. Duta besar itu orang-orang pilihan banget lah. Dan aku ini kan orang pemprov, bukan orang pusat, tapi bersyukur dipercaya (jadi penerjemah KTT G20). Tapi toh kita enggak pernah tahu ya masa depan nanti seperti apa,” ucapnya.

Baca Juga :  Nasi Bungkus Cuma Dijual Seribu Rupiah

Ia pun menyayangkan mengapa saat ini ada warga negara Indonesia yang tidak bangga dengan negaranya. Forum G20 itu sangat membuka mata Anne, ia dapat melihat dengan mata kepala sendiri hebatnya Indonesia di mata dunia.

“Aku sangat bangga dengan Indonesia karena Indonesia berhasil mempertemukan para kepala negara dan menghasilkan deklarasi yang akan berpengaruh besar kepada masa depan dunia. Dengan keberhasilan presidensi Indonesia di forum G20 ini, aku sebagai masyarakat umum setidaknya punya harapan yang besar bahwa negara-negara ini akan terus damai. Di dalam deklarasi itu ada deklarasi tentang pasokan pangan, transisi energi, pertumbuhan ekonomi, pariwisata, perawatan dan perlindungan kebudayaan, kesetaraan gender, pokoknya nilai-nilai itu semua ada di forum itu,” jelasnya.

Ia juga lantas berpesan kepada anak muda Kalteng agar mengikuti passion yang diminati dan belajar dengan sungguh-sungguh agar impiannya bisa terwujud. Selain itu juga jangan pernah merasa lebih baik dari orang mengingat setiap orang punya peran masing-masing di mana termasuk dalam sistem sosial yang ada.

“Jangan merasa lebih dari orang. Karena kita ini adalah bagian dari sesuatu. Jadi aku sendiri bekerja sama dengan teman-temanku mengerjakan tugas kami sebaik-baiknya untuk siapa? Untuk negara. Kepentingan dan keperluan negara. Jadi ikut passion, belajar dengan baik, jangan pernah merasa lebih baik, dan selalu bekerja sama, itu adalah dasar dari segalanya,” tandasnya. (*/selesai/ala)

Berbaur dengan para penerjemah dari berbagai negara dan jurnalis mancanegara. Di forum G20 ini Anne Angelina merasa bangga, bisa melihat langsung pemimpin hebat. Bisa satu ruangan dengan Sekjen PBB Antonio Guterres dan melihat langsung Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

BERSEBERANGAN dengan BICC wadah mereka bekerja selama dilangsungkannya KTT G20 itu, berdiri megah gedung konferensi yang menjadi wadah konferensi para kepala negara.

“Bagiku ini seperti ikut menjadi bagian dalam sejarah, walau hanya bertugas menerjemahkan deklarasi, itu bagian dari sejarah juga,” ucapnya.

“Saya bisa mendengar dan menyaksikan secara langsung, satu ruangan dengan Sekjen PBB Antonio Guterres,” ucapnya.

Di luar pekerjaan utamanya sebagai penerjemah tertulis, melihat perawakan Joe Biden yang tinggi semampai hingga tak sengaja bertemu pasukan sniper pengaman presiden yang lengkap berpakaian taktis, merupakan segelintir pengalaman yang dirasakan Anne saat dirinya bertugas menjadi penerjemah di forum G20. Menjadi translator di forum internasional terbesar itu merupakan pengalaman yang luar biasa sekali baginya.

Namun, wanita kepala empat itu mengaku perjalanannya selama ini tak pernah lepas dari dukungan keluarga, teman, dan rekan kerjanya.

“Jangan seolah-olah saya bisa sendiri sehingga bisa bertugas di forum G20. Keberhasilan ini tak luput dari dukungan orang tua, teman-teman, dan rekan kerja saya, kebetulan saya yang dipercaya,” ungkapnya.

Berkaca kepada masa lalu, wanita lulusan Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2004 itu memang sudah akrab dengan dunia penerjemahan. Sejak lulus kuliah, ia pernah bekerja sebagai pengajar dan penerjemah bahasa inggris di beberapa instansi. Namun, minatnya dalam dunia linguistik, khususnya bidang penerjemahan, sudah sejak muda sekali telah menjadi passionnya.

Baca Juga :  Bangun Ekosistem Bidang Advanced Air Mobility

“Sebelum kerja di Disbudpar seperti sekarang, dulu setelah lulus kuliah aku ngajar pernah, habis itu pernah jadi penerjemah lepas juga, tapi kalau secara minat aku memang dari dulu suka dengan yang namanya interpreting, cuman makin ke sini jadi semakin terbentuk aku mau apa. Susah dijelaskan, dunia interpreting itu sudah menjadi passionku sejak lama,” ungkapnya.

Wanita berdarah Dayak-Sulawesi itu juga mengaku sudah sejak kecil dekat dengan cita-cita yang akrab dengan kemampuan bahasa asing. Waktu kecil, ia bercita-cita ingin menjadi seorang duta besar. “Di saat orang lain cita-citanya jadi dokter, pilot, atau guru, aku cita-citanya jadi duta besar,” ucapnya.

Cita-cita itu masih melekat dalam dirinya. Impian masa kecil masih terbayang dalam benak wanita yang bekerja di Disbudpar Kalteng sejak 2011 lalu itu.

“Aku nggak bisa jadi duta besar. Duta besar itu orang-orang pilihan banget lah. Dan aku ini kan orang pemprov, bukan orang pusat, tapi bersyukur dipercaya (jadi penerjemah KTT G20). Tapi toh kita enggak pernah tahu ya masa depan nanti seperti apa,” ucapnya.

Baca Juga :  Nasi Bungkus Cuma Dijual Seribu Rupiah

Ia pun menyayangkan mengapa saat ini ada warga negara Indonesia yang tidak bangga dengan negaranya. Forum G20 itu sangat membuka mata Anne, ia dapat melihat dengan mata kepala sendiri hebatnya Indonesia di mata dunia.

“Aku sangat bangga dengan Indonesia karena Indonesia berhasil mempertemukan para kepala negara dan menghasilkan deklarasi yang akan berpengaruh besar kepada masa depan dunia. Dengan keberhasilan presidensi Indonesia di forum G20 ini, aku sebagai masyarakat umum setidaknya punya harapan yang besar bahwa negara-negara ini akan terus damai. Di dalam deklarasi itu ada deklarasi tentang pasokan pangan, transisi energi, pertumbuhan ekonomi, pariwisata, perawatan dan perlindungan kebudayaan, kesetaraan gender, pokoknya nilai-nilai itu semua ada di forum itu,” jelasnya.

Ia juga lantas berpesan kepada anak muda Kalteng agar mengikuti passion yang diminati dan belajar dengan sungguh-sungguh agar impiannya bisa terwujud. Selain itu juga jangan pernah merasa lebih baik dari orang mengingat setiap orang punya peran masing-masing di mana termasuk dalam sistem sosial yang ada.

“Jangan merasa lebih dari orang. Karena kita ini adalah bagian dari sesuatu. Jadi aku sendiri bekerja sama dengan teman-temanku mengerjakan tugas kami sebaik-baiknya untuk siapa? Untuk negara. Kepentingan dan keperluan negara. Jadi ikut passion, belajar dengan baik, jangan pernah merasa lebih baik, dan selalu bekerja sama, itu adalah dasar dari segalanya,” tandasnya. (*/selesai/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/