Minggu, November 24, 2024
24.7 C
Palangkaraya

Tertarik dengan Ilmu Anatomi

Nama panggilannya Lulu. Impiannya menjadi dokter telah terbentuk sejak kecil. Wanita berusia 24 tahun itu termotivasi besar menjadi tenaga medis merupakan cita-cita yang mulia. Wanita yang berulang tahun setiap 31 Oktober itu, selama menempuh studinya, sudah sering memeriksa jenazah (kadaver) hingga sempat membuatnya tertarik mendalami ilmu anatomi.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

LUCYA Suling senang bukan kepalang ketika mengetahui bahwa dirinya termasuk dalam lima besar meraih predikat lulusan terbaik pada pendidikan profesi dokter Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Palangka Raya (UPR) dalam sumpah dokter yang dilaksanakan di lingkungan kampusnya beberapa waktu lalu.

“Puji Tuhan, saya Enggak berharap bisa dapat lulusan terbaik, karena kuliah dan koas itu cukup berat sehingga rasanya mengejar lulusan terbaik itu sulit, tapi puni tuhan dukungan dari dokter, tenaga medis, dosen, konsulen, serta doa dari orangtua, itu yang bisa membuat saya sampai pada titik ini,” ungkap Lucya saat berbincang bersama Kalteng Pos, Kamis (2/2).

Masuk dalam lulusan terbaik peringkat empat di pendidikan profesi dokter bukan sesuatu yang mengherankan. Sebelumnya, wanita yang akrab disapa Lulu itu menuturkan pada saat ingin meluluskan program sarjana pendidikan dokter ia meraih peringkat lima terbaik. Menjadi langganan lima besar telah dirasakan oleh putri tunggal dari pasangan Harry Araiyanto dan Herna Widyarini tersebut.

“Selama saya berkuliah untuk menjadi dokter selama enam tahun, banyak pengalaman yang sudah saya lewati, dan pasti dalam waktu itu saya sudah melewati fase jenuhnya,” katanya.

Baca Juga :  Layanan Vaksinasi Berhadiah, Lansia Ngotot Minta Disuntik Dua Kali

Wanita kelahiran 1998 itu menuturkan pengalaman menegangkan sebagai calon dokter yang ia rasakan yaitu saat menjalani koas menjadi dokter muda.

“Karena saat itu kita bisa bertugas di IGD, kemudian ruang bedah, kemudian di ruang bangsal bahkan, karena ada kasus-kasus darurat yang membuat kita juga harus ikut andil di sana untuk membantu perawat dan dokter di sana agar kita belajar,” jelasnya.

Selama berproses sebagai calon dokter dengan mengikuti koas Lucya merasakan betul betapa mulianya menjalani profesi sebagai dokter. Pengalamannya mengikuti koas itu pun semakin menguatkan Lulu untuk menjadi dokter.

“Di situ kita mengikuti perjalanan penyakit pasien, dari pasien yang sakit kemudian membaik hingga sembuh, lalu mereka berterima kasih itu rasanya senang sekali. Apalagi saya pernah ikut merawat pasien lansia jadi rasanya saya sangat senang dan  tersentuh karena seperti merawat kakek nenek saya sendiri,” ungkapnya.

Ia merasakan pengalaman yang sangat unik selama berkuliah di FK. Keunikan itu berasal dari pilihan yang ia ambil untuk menaklukan rasa takutnya. Wanita yang berulang tahun setiap 31 Oktober itu menuturkan jauh sebelum menjadi dokter ia merupakan seorang anak yang penakut akan darah dan segala macamnya. Ketika ia masuk kedokteran mau tidak mau ia harus menghadapi rasa takutnya, rasa takut terhadap jenazah.

 

“Jenazah itu adalah guru besar kami, mereka adalah jenazah bernama Mr X, tapi sudah diberikan izin untuk dipakai agar dipelajari di dalam ilmu kedokteran. Lewat jenazah kami mempelajari anatomi manusia dari otot, saraf, tulang seluruh organ dari kepala sampai ujung kaki kita pelajari langsung dari jenazah,” bebernya.

Baca Juga :  Warga Tionghoa Apresiasi Perhatian Gubernur Sugianto dan Agustiar

Namun, wanita berusia 24 tahun itu menuturkan sebelum memasuki kuliah kedokteran, ia mengetahui bahwa keadaan itulah yang nantinya akan dihadapi. Maka dari itu ia, mau tidak mau, harus memberanikan diri melawan rasa takut. “Seiring dengan berjalannya waktu rasa takut itu hilang,” katanya.

Tidak cukup sampai di situ, rupanya wanita kelahiran Palangka Raya itu juga lebih memperdalam ilmu anatomi dengan mendaftar menjadi asisten dosen anatomi. “Saya mendaftar bersama teman saya dan dapat, jadi uniknya hal yang dulunya paling saya takuti malah saya dalami dan saya senangi, ternyata saya malah suka mempelajari anatomi,” tuturnya.

Namun demikian, wanita itu mengaku tidak akan mendalami ilmu anatomi untuk studi lanjutnya. Sebab, ia punya bidang lain yang lebih membuat dirinya tertarik mendalami.

“Kalau meminati bidang apa saya sih belum tahu ya, dulu pernah bercita-cita menjadi dokter bedah makanya saya dulu ngambil anatomi, tapi seiring berjalannya waktu berubah dan saya tertarik dengan dunia kecantikan, apakah nanti saya mengambil spesialis kulit kelamin atau mata, cuman jalanin saja dulu untuk menyelesaikan dokter umum,” tandasnya.(ram)

Nama panggilannya Lulu. Impiannya menjadi dokter telah terbentuk sejak kecil. Wanita berusia 24 tahun itu termotivasi besar menjadi tenaga medis merupakan cita-cita yang mulia. Wanita yang berulang tahun setiap 31 Oktober itu, selama menempuh studinya, sudah sering memeriksa jenazah (kadaver) hingga sempat membuatnya tertarik mendalami ilmu anatomi.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

LUCYA Suling senang bukan kepalang ketika mengetahui bahwa dirinya termasuk dalam lima besar meraih predikat lulusan terbaik pada pendidikan profesi dokter Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Palangka Raya (UPR) dalam sumpah dokter yang dilaksanakan di lingkungan kampusnya beberapa waktu lalu.

“Puji Tuhan, saya Enggak berharap bisa dapat lulusan terbaik, karena kuliah dan koas itu cukup berat sehingga rasanya mengejar lulusan terbaik itu sulit, tapi puni tuhan dukungan dari dokter, tenaga medis, dosen, konsulen, serta doa dari orangtua, itu yang bisa membuat saya sampai pada titik ini,” ungkap Lucya saat berbincang bersama Kalteng Pos, Kamis (2/2).

Masuk dalam lulusan terbaik peringkat empat di pendidikan profesi dokter bukan sesuatu yang mengherankan. Sebelumnya, wanita yang akrab disapa Lulu itu menuturkan pada saat ingin meluluskan program sarjana pendidikan dokter ia meraih peringkat lima terbaik. Menjadi langganan lima besar telah dirasakan oleh putri tunggal dari pasangan Harry Araiyanto dan Herna Widyarini tersebut.

“Selama saya berkuliah untuk menjadi dokter selama enam tahun, banyak pengalaman yang sudah saya lewati, dan pasti dalam waktu itu saya sudah melewati fase jenuhnya,” katanya.

Baca Juga :  Layanan Vaksinasi Berhadiah, Lansia Ngotot Minta Disuntik Dua Kali

Wanita kelahiran 1998 itu menuturkan pengalaman menegangkan sebagai calon dokter yang ia rasakan yaitu saat menjalani koas menjadi dokter muda.

“Karena saat itu kita bisa bertugas di IGD, kemudian ruang bedah, kemudian di ruang bangsal bahkan, karena ada kasus-kasus darurat yang membuat kita juga harus ikut andil di sana untuk membantu perawat dan dokter di sana agar kita belajar,” jelasnya.

Selama berproses sebagai calon dokter dengan mengikuti koas Lucya merasakan betul betapa mulianya menjalani profesi sebagai dokter. Pengalamannya mengikuti koas itu pun semakin menguatkan Lulu untuk menjadi dokter.

“Di situ kita mengikuti perjalanan penyakit pasien, dari pasien yang sakit kemudian membaik hingga sembuh, lalu mereka berterima kasih itu rasanya senang sekali. Apalagi saya pernah ikut merawat pasien lansia jadi rasanya saya sangat senang dan  tersentuh karena seperti merawat kakek nenek saya sendiri,” ungkapnya.

Ia merasakan pengalaman yang sangat unik selama berkuliah di FK. Keunikan itu berasal dari pilihan yang ia ambil untuk menaklukan rasa takutnya. Wanita yang berulang tahun setiap 31 Oktober itu menuturkan jauh sebelum menjadi dokter ia merupakan seorang anak yang penakut akan darah dan segala macamnya. Ketika ia masuk kedokteran mau tidak mau ia harus menghadapi rasa takutnya, rasa takut terhadap jenazah.

 

“Jenazah itu adalah guru besar kami, mereka adalah jenazah bernama Mr X, tapi sudah diberikan izin untuk dipakai agar dipelajari di dalam ilmu kedokteran. Lewat jenazah kami mempelajari anatomi manusia dari otot, saraf, tulang seluruh organ dari kepala sampai ujung kaki kita pelajari langsung dari jenazah,” bebernya.

Baca Juga :  Warga Tionghoa Apresiasi Perhatian Gubernur Sugianto dan Agustiar

Namun, wanita berusia 24 tahun itu menuturkan sebelum memasuki kuliah kedokteran, ia mengetahui bahwa keadaan itulah yang nantinya akan dihadapi. Maka dari itu ia, mau tidak mau, harus memberanikan diri melawan rasa takut. “Seiring dengan berjalannya waktu rasa takut itu hilang,” katanya.

Tidak cukup sampai di situ, rupanya wanita kelahiran Palangka Raya itu juga lebih memperdalam ilmu anatomi dengan mendaftar menjadi asisten dosen anatomi. “Saya mendaftar bersama teman saya dan dapat, jadi uniknya hal yang dulunya paling saya takuti malah saya dalami dan saya senangi, ternyata saya malah suka mempelajari anatomi,” tuturnya.

Namun demikian, wanita itu mengaku tidak akan mendalami ilmu anatomi untuk studi lanjutnya. Sebab, ia punya bidang lain yang lebih membuat dirinya tertarik mendalami.

“Kalau meminati bidang apa saya sih belum tahu ya, dulu pernah bercita-cita menjadi dokter bedah makanya saya dulu ngambil anatomi, tapi seiring berjalannya waktu berubah dan saya tertarik dengan dunia kecantikan, apakah nanti saya mengambil spesialis kulit kelamin atau mata, cuman jalanin saja dulu untuk menyelesaikan dokter umum,” tandasnya.(ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/