Sabtu, Mei 18, 2024
30.1 C
Palangkaraya

Warga Tionghoa Apresiasi Perhatian Gubernur Sugianto dan Agustiar

Semua umat beragama, suku, dan ras hidup berdampingan dengan damai di Kalteng. Keberagamaan justru menyatukan warga di Bumi Tambun Bungai. Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran merupakan sosok yang selalu menekankan pentingnya merawat dan menjaga keberagamaan. Hal itu ditunjukkan saat momentum perayaan Imlek.

SUMBANGSIH Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Dapil  Kalteng H Agustiar Sabran diapresasi warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Bumi Tambun Bungai. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Bidang Hukum, HAM dan Advokasi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalteng Suriansyah Halim kepada media, Senin (1/2).

“Kami sangat mengapresasi sikap Ketua DAD Kalteng sekaligus Anggota DPR-RI H Agustiar Sabran dan Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran atas perhatiannya kepada warga Tionghoa, baik morel maupun materiel,” ucapnya.

Menurut Halim, kedua tokoh Kalteng ini dianggap berkontribusi dengan menyediakan tempat dan memberi izin merias wajah Istana Isen Mulang dan Bundaran Besar Kota Palangka Raya dalam rangka memeriahkan perayaan Imlek 1 Februari 2022 hingga Cap Go Meh 15 Februari 2022.

Baca Juga :  Seirama dan Satu Frekuensi Membangun Katingan

“Pada perayaan Tahun Baru Imlek terpasang hiasan Imlek, berupa angpau, lentera, lampion, pohon jeruk kumkuat, pohon bunga sakura, hiasan nanas, hiasan gantungan. Rencananya itu akan tetap terpasang sepanjang perayaan Tahun Baru Imlek di Kalteng, yaitu sampai perayaan biasa disebut Cap Go Meh,” terangnya.

Imlek atau momen yang sering disebut Cap Go Meh merupakan ungkapan syukur dan harapan atas berkat pada masa yang lalu dan yang akan datang. Meski Imlek merupakan perayaan besar bagi warga Tionghoa, tapi di Indonesia juga dirayakan oleh masyarakat pada umumnya.

Pada kegiatan penutupan perayaan Tahun Baru Imlek 2022, ada rencana digelar atraksi barongsai di Bundaran Besar. Barongsai melambangkan kebijaksanaan, keberuntungan, pesona, kekayaan, kekuatan, dan kepemimpinan.

Baca Juga :  Selain Jadi Narsum KKDN Sepimti Polri, Danlanal Banjarmasin juga Berikan Tali Asih

“Sehingga perayaan Imlek tahun ini bukan hanya dirasakan oleh warga Tionghoa, tapi juga seluruh  masyarakat Kalteng,” harap Halim.

Sebagai Ketua Penegak Hukum Rakyat Indonesia (PHRI) di Kalteng dan Ketua Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI) Kota Palangka Raya, Halim mengaku bangga dengan sosok Sugianto Sabran dan Agustiar Sabran.

“Mereka telah bekerja sama dalam memberikan kesempatan dan mengizinkan halaman depan rumah jabatan gubernur menjadi tempat perayaan bagi semua agama dan suku,” tambahnya.

Tidak terkecuali untuk agama lainnya. Mulai dari perayaan Idulfitri hingga Natal, ornamen yang berkaitan dengan hari perayaan dapat dipasang di depan rumah jabatan gubernur.

“Hal itu sebagai bentuk perhatian atas keberagaman, sebagaimana falsafah Huma Betang yang telah dipegang teguh dan dijalankan turun-temurun di Kalimantan Tengah ini,” pungkasnya. (nue/ce/ala)

Semua umat beragama, suku, dan ras hidup berdampingan dengan damai di Kalteng. Keberagamaan justru menyatukan warga di Bumi Tambun Bungai. Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran merupakan sosok yang selalu menekankan pentingnya merawat dan menjaga keberagamaan. Hal itu ditunjukkan saat momentum perayaan Imlek.

SUMBANGSIH Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Dapil  Kalteng H Agustiar Sabran diapresasi warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Bumi Tambun Bungai. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Bidang Hukum, HAM dan Advokasi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalteng Suriansyah Halim kepada media, Senin (1/2).

“Kami sangat mengapresasi sikap Ketua DAD Kalteng sekaligus Anggota DPR-RI H Agustiar Sabran dan Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran atas perhatiannya kepada warga Tionghoa, baik morel maupun materiel,” ucapnya.

Menurut Halim, kedua tokoh Kalteng ini dianggap berkontribusi dengan menyediakan tempat dan memberi izin merias wajah Istana Isen Mulang dan Bundaran Besar Kota Palangka Raya dalam rangka memeriahkan perayaan Imlek 1 Februari 2022 hingga Cap Go Meh 15 Februari 2022.

Baca Juga :  Seirama dan Satu Frekuensi Membangun Katingan

“Pada perayaan Tahun Baru Imlek terpasang hiasan Imlek, berupa angpau, lentera, lampion, pohon jeruk kumkuat, pohon bunga sakura, hiasan nanas, hiasan gantungan. Rencananya itu akan tetap terpasang sepanjang perayaan Tahun Baru Imlek di Kalteng, yaitu sampai perayaan biasa disebut Cap Go Meh,” terangnya.

Imlek atau momen yang sering disebut Cap Go Meh merupakan ungkapan syukur dan harapan atas berkat pada masa yang lalu dan yang akan datang. Meski Imlek merupakan perayaan besar bagi warga Tionghoa, tapi di Indonesia juga dirayakan oleh masyarakat pada umumnya.

Pada kegiatan penutupan perayaan Tahun Baru Imlek 2022, ada rencana digelar atraksi barongsai di Bundaran Besar. Barongsai melambangkan kebijaksanaan, keberuntungan, pesona, kekayaan, kekuatan, dan kepemimpinan.

Baca Juga :  Selain Jadi Narsum KKDN Sepimti Polri, Danlanal Banjarmasin juga Berikan Tali Asih

“Sehingga perayaan Imlek tahun ini bukan hanya dirasakan oleh warga Tionghoa, tapi juga seluruh  masyarakat Kalteng,” harap Halim.

Sebagai Ketua Penegak Hukum Rakyat Indonesia (PHRI) di Kalteng dan Ketua Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI) Kota Palangka Raya, Halim mengaku bangga dengan sosok Sugianto Sabran dan Agustiar Sabran.

“Mereka telah bekerja sama dalam memberikan kesempatan dan mengizinkan halaman depan rumah jabatan gubernur menjadi tempat perayaan bagi semua agama dan suku,” tambahnya.

Tidak terkecuali untuk agama lainnya. Mulai dari perayaan Idulfitri hingga Natal, ornamen yang berkaitan dengan hari perayaan dapat dipasang di depan rumah jabatan gubernur.

“Hal itu sebagai bentuk perhatian atas keberagaman, sebagaimana falsafah Huma Betang yang telah dipegang teguh dan dijalankan turun-temurun di Kalimantan Tengah ini,” pungkasnya. (nue/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/