Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Lebih Dekat dengan Yulita Reny Meilda, Pelukis Perempuan Palangka Raya (3)

Seniman Harus Mencoba Hal Baru, Ikuti Perkembangan Zaman

Karya seni lukis Yulita Reny Meilda menyedot perhatian saat dipamerkan pada pagelaran seni Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2023. Seperti apa sih karya yang dibuat oleh seniman yang berhasil menarik perhatian ini?

 

AGUS JAYA, Palangka Raya

BAGI orang awam, melihat sejumlah lukisan karya Yulita Reny Meilda yang dipamerkan dalam pergelaran seni FBIM 2023 pasti akan bingung dan heran, bagaimana pelukis dapat melukis wajah perempuan di dalam lukisan tersebut secara begitu nyata, tampak  halus dan rapi.

Ditambah dominasi warna warna terang yang ada di dalam lukisan membuat wajah perempuan didalam lukisan tersebut terlihat sangat cantik. Mungkin tidak ada yang mengira kalau lukisan wajah perempuan tersebut merupakan hasil cetakan dari mesin printing digital.

“Lukisan ini adalah mixed media yaitu lukisan akrilik yang kemudian dilukis di atas lukisan digital,” terang pelukis yang akrab disapa Reny.

Bagi salah satu seniman lukis perempuan yang dimiliki Kalteng ini, seorang pelukis tidak hanya sekedar sebuah goresan seni di atas kanvas dan persoalan mengekspresikan diri. Pelukis juga perlu mencoba hal hal baru dan mengikuti perkembangan zaman.

Demi mengikuti perkembangan zaman inilah yang kemudian mendorong istri dari seniman lukis Kalteng Donny Paul tertarik mendalami dunia seni lukis mixed media. Reny mengaku ada sekitar lebih dari delapan lukisan mixed media yang dia pamerkan dalam pergelaran pameran seni lukis FBIM ini. Renny juga mengaku mengambil model dirinya sebagai sumber inspirasi didalam lukisan nya tersebut.

“Untuk pemeran ini saya mengambil (model) wajah ku, kebetulan saya ini dulu juga seorang penari jadi saya mengambil model ekspresi wajah ku sendiri,” terang Reny.

Baca Juga :  Menyatukan Kearifan Lokal Flores-Kalteng, Tenun Ikat Lamandau Menarik Perhatian

Reny sendiri menerangkan diri mendapatkan ide melukis lewat mixed media ini setelah terinspirasi melihat berbagai lukisan digital karya para pelukis baik pelukis Indonesia maupun dari luar negeri.

“Banyak karya lukisan digital dari seniman luar yang sekarang dijual di e-commerce dan online, jadi saya pikir saya juga bisa bikin seperti itu,” ujar perempuan yang merupakan pemilik studio dan sanggar seni Bataring ini.

Untuk membuat satu buah lukisan mixed media ini sendiri, Reny mengaku memerlukan waktu yang cukup lama.

“Yang lama itu membuat lukisan digitalnya supaya mendapat gambar yang rapat, halus dan glossy (mengkilat) terang ini,” kata Reny sambil menunjukan lukisan dua orang perempuan yang berjudul Beautiful Fairy woman 2.

Selain berbagai lukisan mixed media dalam pameran seni lukis ini Renny juga mengaku memamerkan berbagai lukisan lain. Salah satu lukisan yang dipamerkan adalah lukisan berjudul budaya bermasker yakni sebuah lukisan tentang bukung atau sosok topeng masyarakat adat Dayak.

Lukisan bukung ini sendiri berhasil dipilih oleh Galeri Nasional untuk dipamerkan dalam kegiatan pameran.

“Lukisan ini lulus seleksi dari ribuan perupa terbaik di Indonesia dan salah satu yang terpilih dari Kalteng hanya saya sendiri saja yang berhasil lolos,” terang Reny yang menambahkan bahwa lukisan tersebut kemudian dipamerkan oleh pihak Galeri Nasional Indonesia dalam sebuah pameran besar yang diselenggarakan pada tahun 2021.

Mengaku dibesarkan dalam keluarga seniman dari Dayak Iban di Kalbar dan sejak kecil sudah terbiasa dan akrab dengan berbagai jenis kesenian, perempuan yang diketahui memiliki gelar sarjana akutansi ini tidak langsung mengenal seni lukis.

Baca Juga :  Warga Tionghoa Apresiasi Perhatian Gubernur Sugianto dan Agustiar

Perkenalan dengan seni lukis sendiri diakuinya menular dari suaminya Donny Paul yang merupakan lulusan institut seni Indonesia (ISI) jurusan seni lukis.

“Karena sering melihat suami berkarya dan juga sering ikut membantu suami melukis akhirnya pelan pelan pengen punya karya sendiri,” terang Reny yang mengaku mulai berani memamerkan lukisan hasil karyanya sendiri sejak tahun 2014.

Tema kebudayaan Dayak dan kemudian lukisan digital menjadi corak ciri khas lukisan perempuan yang akrab disapa Reny ini. Tidak terasa 20 tahun sudah Reny menggeluti seni lukis. Sudah banyak lukisan hasil karya yang sudah dihasilkannya.

Seluruh hasil lukisan nya itu dipamerkannya di studionya di sanggar seni Bataring yang berada di Jalan Markus Paul nomor 1. Selain lukisannya sendiri di sanggar seni tersebut juga dipamerkan berbagai  lukisan hasil karya suaminya Donny Paul.

Terkait perkembangan seni lukis di Provinsi Kalteng, Reny mengaku sekarang ini sudah banyak kemajuan. Terutama dengan semakin banyaknya pelukis perempuan yang unjuk gigi memamerkan hasil karyanya. “Saya harap kedepannya semakin banyak penyuka seni di Kalteng ini,” ujarnya.

Kepada para penggiat seni di Kalteng, Reny juga menyampaikan saran, agar mereka berani mencoba hal-hal baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi saat ini.

“Kita harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi ini untuk meningkatkan kemampuan kita tanpa meninggalkan esessi dari budaya kita sebagai orang Dayak sendiri,” pungkasnya. (*/bersambung/ala)

Karya seni lukis Yulita Reny Meilda menyedot perhatian saat dipamerkan pada pagelaran seni Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2023. Seperti apa sih karya yang dibuat oleh seniman yang berhasil menarik perhatian ini?

 

AGUS JAYA, Palangka Raya

BAGI orang awam, melihat sejumlah lukisan karya Yulita Reny Meilda yang dipamerkan dalam pergelaran seni FBIM 2023 pasti akan bingung dan heran, bagaimana pelukis dapat melukis wajah perempuan di dalam lukisan tersebut secara begitu nyata, tampak  halus dan rapi.

Ditambah dominasi warna warna terang yang ada di dalam lukisan membuat wajah perempuan didalam lukisan tersebut terlihat sangat cantik. Mungkin tidak ada yang mengira kalau lukisan wajah perempuan tersebut merupakan hasil cetakan dari mesin printing digital.

“Lukisan ini adalah mixed media yaitu lukisan akrilik yang kemudian dilukis di atas lukisan digital,” terang pelukis yang akrab disapa Reny.

Bagi salah satu seniman lukis perempuan yang dimiliki Kalteng ini, seorang pelukis tidak hanya sekedar sebuah goresan seni di atas kanvas dan persoalan mengekspresikan diri. Pelukis juga perlu mencoba hal hal baru dan mengikuti perkembangan zaman.

Demi mengikuti perkembangan zaman inilah yang kemudian mendorong istri dari seniman lukis Kalteng Donny Paul tertarik mendalami dunia seni lukis mixed media. Reny mengaku ada sekitar lebih dari delapan lukisan mixed media yang dia pamerkan dalam pergelaran pameran seni lukis FBIM ini. Renny juga mengaku mengambil model dirinya sebagai sumber inspirasi didalam lukisan nya tersebut.

“Untuk pemeran ini saya mengambil (model) wajah ku, kebetulan saya ini dulu juga seorang penari jadi saya mengambil model ekspresi wajah ku sendiri,” terang Reny.

Baca Juga :  Menyatukan Kearifan Lokal Flores-Kalteng, Tenun Ikat Lamandau Menarik Perhatian

Reny sendiri menerangkan diri mendapatkan ide melukis lewat mixed media ini setelah terinspirasi melihat berbagai lukisan digital karya para pelukis baik pelukis Indonesia maupun dari luar negeri.

“Banyak karya lukisan digital dari seniman luar yang sekarang dijual di e-commerce dan online, jadi saya pikir saya juga bisa bikin seperti itu,” ujar perempuan yang merupakan pemilik studio dan sanggar seni Bataring ini.

Untuk membuat satu buah lukisan mixed media ini sendiri, Reny mengaku memerlukan waktu yang cukup lama.

“Yang lama itu membuat lukisan digitalnya supaya mendapat gambar yang rapat, halus dan glossy (mengkilat) terang ini,” kata Reny sambil menunjukan lukisan dua orang perempuan yang berjudul Beautiful Fairy woman 2.

Selain berbagai lukisan mixed media dalam pameran seni lukis ini Renny juga mengaku memamerkan berbagai lukisan lain. Salah satu lukisan yang dipamerkan adalah lukisan berjudul budaya bermasker yakni sebuah lukisan tentang bukung atau sosok topeng masyarakat adat Dayak.

Lukisan bukung ini sendiri berhasil dipilih oleh Galeri Nasional untuk dipamerkan dalam kegiatan pameran.

“Lukisan ini lulus seleksi dari ribuan perupa terbaik di Indonesia dan salah satu yang terpilih dari Kalteng hanya saya sendiri saja yang berhasil lolos,” terang Reny yang menambahkan bahwa lukisan tersebut kemudian dipamerkan oleh pihak Galeri Nasional Indonesia dalam sebuah pameran besar yang diselenggarakan pada tahun 2021.

Mengaku dibesarkan dalam keluarga seniman dari Dayak Iban di Kalbar dan sejak kecil sudah terbiasa dan akrab dengan berbagai jenis kesenian, perempuan yang diketahui memiliki gelar sarjana akutansi ini tidak langsung mengenal seni lukis.

Baca Juga :  Warga Tionghoa Apresiasi Perhatian Gubernur Sugianto dan Agustiar

Perkenalan dengan seni lukis sendiri diakuinya menular dari suaminya Donny Paul yang merupakan lulusan institut seni Indonesia (ISI) jurusan seni lukis.

“Karena sering melihat suami berkarya dan juga sering ikut membantu suami melukis akhirnya pelan pelan pengen punya karya sendiri,” terang Reny yang mengaku mulai berani memamerkan lukisan hasil karyanya sendiri sejak tahun 2014.

Tema kebudayaan Dayak dan kemudian lukisan digital menjadi corak ciri khas lukisan perempuan yang akrab disapa Reny ini. Tidak terasa 20 tahun sudah Reny menggeluti seni lukis. Sudah banyak lukisan hasil karya yang sudah dihasilkannya.

Seluruh hasil lukisan nya itu dipamerkannya di studionya di sanggar seni Bataring yang berada di Jalan Markus Paul nomor 1. Selain lukisannya sendiri di sanggar seni tersebut juga dipamerkan berbagai  lukisan hasil karya suaminya Donny Paul.

Terkait perkembangan seni lukis di Provinsi Kalteng, Reny mengaku sekarang ini sudah banyak kemajuan. Terutama dengan semakin banyaknya pelukis perempuan yang unjuk gigi memamerkan hasil karyanya. “Saya harap kedepannya semakin banyak penyuka seni di Kalteng ini,” ujarnya.

Kepada para penggiat seni di Kalteng, Reny juga menyampaikan saran, agar mereka berani mencoba hal-hal baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi saat ini.

“Kita harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi ini untuk meningkatkan kemampuan kita tanpa meninggalkan esessi dari budaya kita sebagai orang Dayak sendiri,” pungkasnya. (*/bersambung/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/