Senin, November 25, 2024
26.2 C
Palangkaraya

Melihat Eksistensi Petani Desa Tarung Manuah, Kecamatan Basarang

 Dilarang Bakar Lahan saat Buka Lahan, Petani Menanam Nanas Mengganti Padi

 

Larangan membakar lahan oleh pemerintah membuat Yaman dan Zainal Abidini berpikir keras untuk menyiasati bagaimana lahan pertaniannya tetap bisa eksis. Terlebih sejak larangan membakar lahan itu petani kesulitan menanam padi sebagai salah satu sumber penghidupan mereka.

 

HARTOYO, Pulang Pisau

 

AKHIRNYA, petani dari Desa Tarung Manuah, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas mencoba beralih dari tanaman padi ke tanaman nanas dan singkong. Metode pengolahan lahan pun dilakukan tanpa pembakaran lahan.

Menurut Yaman, untuk budi daya nanas dan singkong pihaknya selain tanpa membakar lahan juga dilakukan tanpa olah tanah (TOT). “Metode tanpa bakar lahan dan TOT ini lebih hemat dan ramah lingkungan. Karena tidak ada pembakaran lahan yang menyebabkan polusi udara,” kata Yaman kepada awak media yang mengikuti media visit yang dilaksanakan FIELD Indonesia, Kamis (31/8).

Baca Juga :  Padi Food Estate Roboh, Petani Terancam Tak Mendapat Ganti Rugi

Yaman mengungkapkan, secara ekonomis keuntungan bercocok tanam nanas lebih besar dibandingkan dengan bertanam padi sebelumnya. “Sejak ada larangan membakar lahan kami sempat bingung untuk menyiasati memenuhi kebutuhan hidup. Kami harus mencari alternatif lain, bagaimana caranya tidak menanam padi tapi tetap bisa dapat beras,” kata Yaman diamini Zainal Abidin.

Dia menceritakan, hamparan lahan di kawasan lahannya dahulu merupakan lahan yang ditanami padi gunung. “Ketika dilarang membakar lahan, sudah tidak bias lagi menanam padi. Karena dahulu sebelum menanam padi, lahan yang akan dibuka dibakar. Setelah itu baru ditanami padi,” ucapnya

Yaman dan Zainal Abidin merupakan kader Udara Bersih Indonesia (UBI) yang berada di Desa Tarung Manuah. UBI merupakan program yang sedang dikembangkan FIELD Indonesi. FIELD Indonesia sendiri merupakan sebuah lembaga non-pemerintah yang bergerak pada permasalahan petani dan kelompok marginal lainnya.

Baca Juga :  Dewan Apresiasi Panen Padi Bersama

UBI merupakan program dari FIELD Indonesia untuk menimalisasi dampak emisi karbon yang salah satunya disebabkan oleh aktivitas pembakaran lahan. Lewat program ini, FIELD mengajak petani-petani di daerah agar meninggalkan cara konvensional seperti membakar lahannya dalam setiap aktivitas bercocok tanam.

Mereka dilatih menjadi kader UBI dan mengembangkan pola pertanian mulsa TOT (MTOT). Yaman merupakan petani nanas dan singkong yang sejak 2021 lalu menjadi kader dari program tersebut.

Kepala Desa Tarung Manuah Hadriansyah mengaku senang masyarakat di desanya menjadi kader UBI. “Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada masyarakat kami. Dengan program ini kami harapkan metode pertanian bisa ramah lingkungan dengan biaya yang lebih efisien dan produksi lebih meningkat,” harap Hadriansyah.(ram)

 

Larangan membakar lahan oleh pemerintah membuat Yaman dan Zainal Abidini berpikir keras untuk menyiasati bagaimana lahan pertaniannya tetap bisa eksis. Terlebih sejak larangan membakar lahan itu petani kesulitan menanam padi sebagai salah satu sumber penghidupan mereka.

 

HARTOYO, Pulang Pisau

 

AKHIRNYA, petani dari Desa Tarung Manuah, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas mencoba beralih dari tanaman padi ke tanaman nanas dan singkong. Metode pengolahan lahan pun dilakukan tanpa pembakaran lahan.

Menurut Yaman, untuk budi daya nanas dan singkong pihaknya selain tanpa membakar lahan juga dilakukan tanpa olah tanah (TOT). “Metode tanpa bakar lahan dan TOT ini lebih hemat dan ramah lingkungan. Karena tidak ada pembakaran lahan yang menyebabkan polusi udara,” kata Yaman kepada awak media yang mengikuti media visit yang dilaksanakan FIELD Indonesia, Kamis (31/8).

Baca Juga :  Padi Food Estate Roboh, Petani Terancam Tak Mendapat Ganti Rugi

Yaman mengungkapkan, secara ekonomis keuntungan bercocok tanam nanas lebih besar dibandingkan dengan bertanam padi sebelumnya. “Sejak ada larangan membakar lahan kami sempat bingung untuk menyiasati memenuhi kebutuhan hidup. Kami harus mencari alternatif lain, bagaimana caranya tidak menanam padi tapi tetap bisa dapat beras,” kata Yaman diamini Zainal Abidin.

Dia menceritakan, hamparan lahan di kawasan lahannya dahulu merupakan lahan yang ditanami padi gunung. “Ketika dilarang membakar lahan, sudah tidak bias lagi menanam padi. Karena dahulu sebelum menanam padi, lahan yang akan dibuka dibakar. Setelah itu baru ditanami padi,” ucapnya

Yaman dan Zainal Abidin merupakan kader Udara Bersih Indonesia (UBI) yang berada di Desa Tarung Manuah. UBI merupakan program yang sedang dikembangkan FIELD Indonesi. FIELD Indonesia sendiri merupakan sebuah lembaga non-pemerintah yang bergerak pada permasalahan petani dan kelompok marginal lainnya.

Baca Juga :  Dewan Apresiasi Panen Padi Bersama

UBI merupakan program dari FIELD Indonesia untuk menimalisasi dampak emisi karbon yang salah satunya disebabkan oleh aktivitas pembakaran lahan. Lewat program ini, FIELD mengajak petani-petani di daerah agar meninggalkan cara konvensional seperti membakar lahannya dalam setiap aktivitas bercocok tanam.

Mereka dilatih menjadi kader UBI dan mengembangkan pola pertanian mulsa TOT (MTOT). Yaman merupakan petani nanas dan singkong yang sejak 2021 lalu menjadi kader dari program tersebut.

Kepala Desa Tarung Manuah Hadriansyah mengaku senang masyarakat di desanya menjadi kader UBI. “Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada masyarakat kami. Dengan program ini kami harapkan metode pertanian bisa ramah lingkungan dengan biaya yang lebih efisien dan produksi lebih meningkat,” harap Hadriansyah.(ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/