Minggu, November 24, 2024
28.9 C
Palangkaraya

Ngaca

Oleh: Agus Pramono

TAK terasa, anak saya sudah sekolah dasar. Kelas dua. Sebelum berangkat, dia punya kebiasaan. Yakni membuka lagi buku pelajaran. Baik yang lama maupun yang baru. Baca-baca, meski tidak lama. Paling 10 menit. Lumayan. Momen itu dilakukan sambil disuapi sarapan. Kebiasaan itu jauh dari apa yang saya lakukan seusia yang sama.

Tiap pulang sekolah, ada saja cerita yang dibawa. Mulai dari kelakuan temannya, gurunya, sampai ibu-ibu kantin. Kadang-kadang cerita jujur itu bikin ketawa dan naik darah mamanya. Contoh; Pensil dan penghapus baru beli, kok hilang. Anak saya dengan polosnya cerita kalau dipinjam temannya. Enggak dikembalikan. Penjelasan begitu biasanya belum bisa diterima. Kenapa enggak diminta lagi? Kenapa? Kenapa? Wesss panjang pokoknya.

Ma, tadi si Anu nyontek aku. Anak saya cerita lagi. Hampir tiap hari, kata anak saya, si Anu nyontek terus. Mamanya pun geregetan. Memberi nasihat. Panjang kali lebar. Saya diam saja. Hanya berkata dalam hati, dahulu… saat sekolah, saya sering nyontek juga. Wkwkwkw

Apa yang ada di dunia anak kita sekarang, sebagian besar refleksi dari apa yang kita alami dulu. Kecuali perilaku guru. Kalau dahulu anak didiknya menulis, guru duduk manis. Sekarang, muridnya disuruh nulis, gurunya lihat TikTok.

Oh iya, ngomong-ngomong soal refleksi, ada tokoh yang enggak mau ngaca (bercermin). Dia adalah bakal calon presiden Prabowo Subianto di acara Mata Najwa on Stage “3 Bacapres Bicara Gagasan” di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 20 September lalu. Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan oke oke saja saat diminta Najwa Shihab merefleksikan diri.

Baca Juga :  Pahlawan Kesiangan

“Pak, sambil lihat kaca,” ujar Najwa.

“Saya sudah berkaca, saya mau bercerita….,” sahut Prabowo dan langsung bercerita panjang lebar soal pengalamannya di dunia militer.

Sikapnya yang enggan bercermin itu jadi buah bibir. Pendukung Prabowo, sudah pasti membela. Namun bagi pendukung bakal calon presiden yang lain, sudah pasti jadi bahan untuk menjatuhkan elektabilitas.

Kata Psikolog Hanna Rahmi, yang saya baca di media online, sikap menolak untuk merefleksi itu, punya kecenderungan penyangkalan atau denial.

Denial, tutur akademisi dari Universitas Bhayangkara itu, bisa muncul lantaran memiliki kegagalan di masa lalu. Namun, dalam obrolan warung kopi, saya pernah dengar, pria yang suka bercermin itu, katanya enggan melakukan pekerjaan yang berat. Maunya kerja yang tak keluar keringat.

Oh, mungkin itu alasan Prabowo yang enggan ngaca saat diminta Mbak Najwa. Dia orang lapangan selama aktif di TNI. Jarang di rumah. Potongan rambutnya juga cepak. Jadi enggak perlu ngaca saat sisir rambut.

Hari ini, jabatan 10 kepala daerah di Kalimantan Tengah sudah berakhir. Lima tahun lamanya menjabat. Ada warga yang puas. Ada juga yang tidak. Masyarakat mengekspresikan sesuai selera masing-masing. Di Lamandau, warga Kinipan memberi ‘hadiah’ kepada Bupati Hendra Lesmana dengan unjuk rasa. Massa tak puas dengan kinerjanya. Enggak ada kemajuan lima tahun terakhir.

Baca Juga :  15 Hari Berlalu

Di Seruyan, dihiasi kericuhan di perkebunan PT Hamparan Massawit Bangun Persada (HMBP) 1. Bangunan aset perusahaan sawit itu dibakar.

Di Palangka Raya, suasananya campur aduk. Riuh tepuk tangan ketika Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin menyampaikan capaian selama menjabat. Tiba-tiba berburu tisu di akhir sambutannya. Fairid menangis saat pamit undur. Hatinya luluh ketika mendengar seruan ‘Amin’ dari peserta apel yang mengiyakan semua doanya.

Saya, si Doengil juga meminta maaf jika ada salah kata. Saya juga ucapkan terima kasih kepada para bupati dan wali kota yang sudah membangun daerah masing-masing.

Jangan lupa ya….Ngaca. Apakah ada janji yang belum ditepati? Apakah ada uang warga yang terbawa ke rumah? Pastikan lagi ke ajudan pribadi. Pastikan lagi, sebelum meninggalkan rumah jabatan, tak ada uang tertinggal di lemari.

Kalau enggak berani ngaca, seperti Pak Prabowo, saya punya saran. Boleh dicoba. Boleh tidak. Ajak ketemuan dengan wakil masing-masing. Hitung-hitung ngecek tensi, apakah rasa itu masih ada? Apakah masih mesra seperti awal berpasangan.

Kalau sudah duduk satu meja, tatap wakil Anda. Ambil napas dalam-dalam….Lalu katakan; Ternyata saya salah pilih pasangan.(*)

*) Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

Oleh: Agus Pramono

TAK terasa, anak saya sudah sekolah dasar. Kelas dua. Sebelum berangkat, dia punya kebiasaan. Yakni membuka lagi buku pelajaran. Baik yang lama maupun yang baru. Baca-baca, meski tidak lama. Paling 10 menit. Lumayan. Momen itu dilakukan sambil disuapi sarapan. Kebiasaan itu jauh dari apa yang saya lakukan seusia yang sama.

Tiap pulang sekolah, ada saja cerita yang dibawa. Mulai dari kelakuan temannya, gurunya, sampai ibu-ibu kantin. Kadang-kadang cerita jujur itu bikin ketawa dan naik darah mamanya. Contoh; Pensil dan penghapus baru beli, kok hilang. Anak saya dengan polosnya cerita kalau dipinjam temannya. Enggak dikembalikan. Penjelasan begitu biasanya belum bisa diterima. Kenapa enggak diminta lagi? Kenapa? Kenapa? Wesss panjang pokoknya.

Ma, tadi si Anu nyontek aku. Anak saya cerita lagi. Hampir tiap hari, kata anak saya, si Anu nyontek terus. Mamanya pun geregetan. Memberi nasihat. Panjang kali lebar. Saya diam saja. Hanya berkata dalam hati, dahulu… saat sekolah, saya sering nyontek juga. Wkwkwkw

Apa yang ada di dunia anak kita sekarang, sebagian besar refleksi dari apa yang kita alami dulu. Kecuali perilaku guru. Kalau dahulu anak didiknya menulis, guru duduk manis. Sekarang, muridnya disuruh nulis, gurunya lihat TikTok.

Oh iya, ngomong-ngomong soal refleksi, ada tokoh yang enggak mau ngaca (bercermin). Dia adalah bakal calon presiden Prabowo Subianto di acara Mata Najwa on Stage “3 Bacapres Bicara Gagasan” di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 20 September lalu. Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan oke oke saja saat diminta Najwa Shihab merefleksikan diri.

Baca Juga :  Pahlawan Kesiangan

“Pak, sambil lihat kaca,” ujar Najwa.

“Saya sudah berkaca, saya mau bercerita….,” sahut Prabowo dan langsung bercerita panjang lebar soal pengalamannya di dunia militer.

Sikapnya yang enggan bercermin itu jadi buah bibir. Pendukung Prabowo, sudah pasti membela. Namun bagi pendukung bakal calon presiden yang lain, sudah pasti jadi bahan untuk menjatuhkan elektabilitas.

Kata Psikolog Hanna Rahmi, yang saya baca di media online, sikap menolak untuk merefleksi itu, punya kecenderungan penyangkalan atau denial.

Denial, tutur akademisi dari Universitas Bhayangkara itu, bisa muncul lantaran memiliki kegagalan di masa lalu. Namun, dalam obrolan warung kopi, saya pernah dengar, pria yang suka bercermin itu, katanya enggan melakukan pekerjaan yang berat. Maunya kerja yang tak keluar keringat.

Oh, mungkin itu alasan Prabowo yang enggan ngaca saat diminta Mbak Najwa. Dia orang lapangan selama aktif di TNI. Jarang di rumah. Potongan rambutnya juga cepak. Jadi enggak perlu ngaca saat sisir rambut.

Hari ini, jabatan 10 kepala daerah di Kalimantan Tengah sudah berakhir. Lima tahun lamanya menjabat. Ada warga yang puas. Ada juga yang tidak. Masyarakat mengekspresikan sesuai selera masing-masing. Di Lamandau, warga Kinipan memberi ‘hadiah’ kepada Bupati Hendra Lesmana dengan unjuk rasa. Massa tak puas dengan kinerjanya. Enggak ada kemajuan lima tahun terakhir.

Baca Juga :  15 Hari Berlalu

Di Seruyan, dihiasi kericuhan di perkebunan PT Hamparan Massawit Bangun Persada (HMBP) 1. Bangunan aset perusahaan sawit itu dibakar.

Di Palangka Raya, suasananya campur aduk. Riuh tepuk tangan ketika Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin menyampaikan capaian selama menjabat. Tiba-tiba berburu tisu di akhir sambutannya. Fairid menangis saat pamit undur. Hatinya luluh ketika mendengar seruan ‘Amin’ dari peserta apel yang mengiyakan semua doanya.

Saya, si Doengil juga meminta maaf jika ada salah kata. Saya juga ucapkan terima kasih kepada para bupati dan wali kota yang sudah membangun daerah masing-masing.

Jangan lupa ya….Ngaca. Apakah ada janji yang belum ditepati? Apakah ada uang warga yang terbawa ke rumah? Pastikan lagi ke ajudan pribadi. Pastikan lagi, sebelum meninggalkan rumah jabatan, tak ada uang tertinggal di lemari.

Kalau enggak berani ngaca, seperti Pak Prabowo, saya punya saran. Boleh dicoba. Boleh tidak. Ajak ketemuan dengan wakil masing-masing. Hitung-hitung ngecek tensi, apakah rasa itu masih ada? Apakah masih mesra seperti awal berpasangan.

Kalau sudah duduk satu meja, tatap wakil Anda. Ambil napas dalam-dalam….Lalu katakan; Ternyata saya salah pilih pasangan.(*)

*) Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

Artikel Terkait

Katanya Hari Tenang

Bukan Bakso Mas Bejo

Adab Anak Punk

Kota Cantik Tak Baik-Baik Saja

Terpopuler

Artikel Terbaru

/