Minggu, Januari 12, 2025
23.6 C
Palangkaraya

Heni Wijiastuti Melakukan Inovasi Pengembangan Obat Herbal Khas Kalteng

Bawang Dayak Celup Bisa Turunkan Kolesterol dan Kadar Gula

Siapa sangka bawang dayak khas Kalimantan dapat diolah menjadi minuman kesehatan. Bawang dayak celup produksi Berkat Uhat Kayu merupakan ramuan khas Kalteng yang dapat dinikmati di mana saja dan kapan pun.

 

MUTOHAROH, Palangka Raya

 

BAWANG dayak, salah satu tanaman khas Kalimantan, tak hanya berfungsi sebagai bumbu masakan, tetapi juga punya manfaat bagi kesehatan.

Melihat potensi ini, Heni Wijiastuti, seorang ibu tujuh anak, berinovasi menciptakan Bawang Dayak Celup, sebuah produk herbal berbentuk seperti teh, yang kini dikenal luas di Indonesia.

Bertempat di rumah produksi Berkat Uhat Kayu, Jalan Mendawai, Kota Palangka Raya, Heni mengembangkan berbagai produk berbahan dasar tumbuhan khas Kalimantan. Salah satunya bawang dayak. Kini, Bawang Dayak Celup menjadi produk unggulan yang membanggakan.

“Aku ingin produk ini tidak hanya laku di pasaran, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus menjaga kearifan lokal,” ujar Heni saat ditemui Kalteng Pos, Rabu (7/1/2025).

Awalnya Heni hanya memproduksi ramuan bawang dayak dalam bentuk rajang atau dicincang.

Permintaan itu menjadi titik awal transformasi bawang dayak menjadi minuman herbal yang mudah dinikmati, layaknya menyeduh teh biasa. Ini juga merupakan hasil masukan dari konsumen usai Heni mengikuti berbagai pameran.

“Dulu banyak yang tanya, kenapa harus rajang, kenapa tidak dibuat seperti teh celup agar lebih praktis. Pertanyaan ini selalu ada. Akhirnya saya mulai berpikir untuk membuat produk yang lebih praktis,” cerita Heni.

Seiring waktu, produk Bawang Dayak Celup telah tersebar ke berbagai wilayah Indonesia, baik melalui pemasaran online maupun offline.

Baca Juga :  Disnakertrans Lamandau Gelar Pelatihan Kerja

Pemasaran ini tentu tidak dilakukannya sendiri. Banyak reseller atau orang lain yang membeli produknya untuk dijual kembali melalui flat foot online atau melalui pameran.

Tidak hanya itu, Heni juga menjadi pemasok utama ke beberapa daerah di Kalimantan, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Meski begitu, perjalanan Heni untuk sampai ke titik ini tidaklah mudah.

“Dulu produksinya manual, pakai pisau untuk mengiris bawang, tetapi sekarang sudah ada mesin, dengan standar yang ibu punya, memang tidak standar 100 persen, karena masih ada yang manual, tetapi Bawang Dayak Celup ini sudah diproses dengan baik dan mengutamakan standar kebersihan,” tuturnya.

Tak hanya keberhasilan produk, Heni juga memastikan bahan baku yang digunakan berkualitas tinggi, melalui kerja sama langsung dengan para petani bawang dayak.

Tak jarang ia juga memberikan sosialisasi kepada petani mengenai cara menanam bawang dayak yang benar, sehingga hasil yang didapat pun lebih maksimal.

Menurut Heni, berdasarkan review para konsumen, Bawang Dayak Celup memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, kadar gula, dan diare.

Meski demikian, ia mengikuti aturan BPOM untuk tidak mencantumkan klaim medis secara spesifik pada kemasan produknya.

“Dari review para konsumen, saya memutuskan mencantumkan manfaat produk ini pada kemasan. Namun setelah mendapat pelatih dari dinkes dan BPOM, sekarang hanya mencantumkan produk ini baik untuk kesehatan. Setelah dipertimbangkan, maknanya jadi lebih luas, lebih aman secara regulasi, dan banyak juga yang beli,” jelasnya.

Baca Juga :  UMKM Sukamara Mampu Bertahan Selama Pandemi

Produk ini juga telah mendapatkan izin BPOM, menjadikannya yang pertama di Kalimantan Tengah untuk kategori herbal bawang dayak. Sehingga kemasan juga diperbarui tanpa menghilangkan identitas dari bawang dayak.

“Alhamdulillah, sekarang kemasannya lebih menarik dengan warna merah dan hijau, mencerminkan identitas bawang dayak,” tambah Heni.

Meski sukses dalam bisnis, Heni tidak meminta anak-anaknya untuk berjualan produk.

Ia tetap memprioritaskan pendidikan anak-anak, sembari mengarahkan mereka untuk mulai mencoba berbisnis tanpa mengganggu proses pendidikan.

“Saya mau mereka tetap fokus ke studi, tetapi saya tetap mengarahkan mereka untuk belajar bermandiri dan berwirausaha, tanpa harus mengganggu pendidikan mereka,” tuturnya.

Beberapa anaknya bahkan sudah mulai mencoba usaha kecil-kecilan, seperti memproduksi keripik dan sambal dengan bimbingannya.

Heni juga mempekerjakan karyawan di rumah produksi, sekaligus memberikan fasilitas kepada anak-anaknya untuk belajar mengelola bisnis.

“Aku punya fasilitas karyawan, silakan dimanfaatkan untuk membantu produksi, tetapi tetap harus ada hitungan bayaran, sehingga bisa saling mnguntungkan. Mereka bisa produksi, karyawan ibu juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan,” ujarnya.

Dari bawang dayak berubah menjadi produk yang menjanjikan, baik dalam usaha maupun untuk kesehatan.

Dengan inovasi dan semangatnya, Heni Wijiastuti tidak hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga mengangkat bawang dayak sebagai ikon produk herbal Kalimantan.

“Semoga usaha Bawang Dayak Celup ini bisa terus berkembang dan menjadi kebanggaan Kalimantan yang dikenal di seluruh dunia,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Siapa sangka bawang dayak khas Kalimantan dapat diolah menjadi minuman kesehatan. Bawang dayak celup produksi Berkat Uhat Kayu merupakan ramuan khas Kalteng yang dapat dinikmati di mana saja dan kapan pun.

 

MUTOHAROH, Palangka Raya

 

BAWANG dayak, salah satu tanaman khas Kalimantan, tak hanya berfungsi sebagai bumbu masakan, tetapi juga punya manfaat bagi kesehatan.

Melihat potensi ini, Heni Wijiastuti, seorang ibu tujuh anak, berinovasi menciptakan Bawang Dayak Celup, sebuah produk herbal berbentuk seperti teh, yang kini dikenal luas di Indonesia.

Bertempat di rumah produksi Berkat Uhat Kayu, Jalan Mendawai, Kota Palangka Raya, Heni mengembangkan berbagai produk berbahan dasar tumbuhan khas Kalimantan. Salah satunya bawang dayak. Kini, Bawang Dayak Celup menjadi produk unggulan yang membanggakan.

“Aku ingin produk ini tidak hanya laku di pasaran, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus menjaga kearifan lokal,” ujar Heni saat ditemui Kalteng Pos, Rabu (7/1/2025).

Awalnya Heni hanya memproduksi ramuan bawang dayak dalam bentuk rajang atau dicincang.

Permintaan itu menjadi titik awal transformasi bawang dayak menjadi minuman herbal yang mudah dinikmati, layaknya menyeduh teh biasa. Ini juga merupakan hasil masukan dari konsumen usai Heni mengikuti berbagai pameran.

“Dulu banyak yang tanya, kenapa harus rajang, kenapa tidak dibuat seperti teh celup agar lebih praktis. Pertanyaan ini selalu ada. Akhirnya saya mulai berpikir untuk membuat produk yang lebih praktis,” cerita Heni.

Seiring waktu, produk Bawang Dayak Celup telah tersebar ke berbagai wilayah Indonesia, baik melalui pemasaran online maupun offline.

Baca Juga :  Disnakertrans Lamandau Gelar Pelatihan Kerja

Pemasaran ini tentu tidak dilakukannya sendiri. Banyak reseller atau orang lain yang membeli produknya untuk dijual kembali melalui flat foot online atau melalui pameran.

Tidak hanya itu, Heni juga menjadi pemasok utama ke beberapa daerah di Kalimantan, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Meski begitu, perjalanan Heni untuk sampai ke titik ini tidaklah mudah.

“Dulu produksinya manual, pakai pisau untuk mengiris bawang, tetapi sekarang sudah ada mesin, dengan standar yang ibu punya, memang tidak standar 100 persen, karena masih ada yang manual, tetapi Bawang Dayak Celup ini sudah diproses dengan baik dan mengutamakan standar kebersihan,” tuturnya.

Tak hanya keberhasilan produk, Heni juga memastikan bahan baku yang digunakan berkualitas tinggi, melalui kerja sama langsung dengan para petani bawang dayak.

Tak jarang ia juga memberikan sosialisasi kepada petani mengenai cara menanam bawang dayak yang benar, sehingga hasil yang didapat pun lebih maksimal.

Menurut Heni, berdasarkan review para konsumen, Bawang Dayak Celup memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, kadar gula, dan diare.

Meski demikian, ia mengikuti aturan BPOM untuk tidak mencantumkan klaim medis secara spesifik pada kemasan produknya.

“Dari review para konsumen, saya memutuskan mencantumkan manfaat produk ini pada kemasan. Namun setelah mendapat pelatih dari dinkes dan BPOM, sekarang hanya mencantumkan produk ini baik untuk kesehatan. Setelah dipertimbangkan, maknanya jadi lebih luas, lebih aman secara regulasi, dan banyak juga yang beli,” jelasnya.

Baca Juga :  UMKM Sukamara Mampu Bertahan Selama Pandemi

Produk ini juga telah mendapatkan izin BPOM, menjadikannya yang pertama di Kalimantan Tengah untuk kategori herbal bawang dayak. Sehingga kemasan juga diperbarui tanpa menghilangkan identitas dari bawang dayak.

“Alhamdulillah, sekarang kemasannya lebih menarik dengan warna merah dan hijau, mencerminkan identitas bawang dayak,” tambah Heni.

Meski sukses dalam bisnis, Heni tidak meminta anak-anaknya untuk berjualan produk.

Ia tetap memprioritaskan pendidikan anak-anak, sembari mengarahkan mereka untuk mulai mencoba berbisnis tanpa mengganggu proses pendidikan.

“Saya mau mereka tetap fokus ke studi, tetapi saya tetap mengarahkan mereka untuk belajar bermandiri dan berwirausaha, tanpa harus mengganggu pendidikan mereka,” tuturnya.

Beberapa anaknya bahkan sudah mulai mencoba usaha kecil-kecilan, seperti memproduksi keripik dan sambal dengan bimbingannya.

Heni juga mempekerjakan karyawan di rumah produksi, sekaligus memberikan fasilitas kepada anak-anaknya untuk belajar mengelola bisnis.

“Aku punya fasilitas karyawan, silakan dimanfaatkan untuk membantu produksi, tetapi tetap harus ada hitungan bayaran, sehingga bisa saling mnguntungkan. Mereka bisa produksi, karyawan ibu juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan,” ujarnya.

Dari bawang dayak berubah menjadi produk yang menjanjikan, baik dalam usaha maupun untuk kesehatan.

Dengan inovasi dan semangatnya, Heni Wijiastuti tidak hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga mengangkat bawang dayak sebagai ikon produk herbal Kalimantan.

“Semoga usaha Bawang Dayak Celup ini bisa terus berkembang dan menjadi kebanggaan Kalimantan yang dikenal di seluruh dunia,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/