Kamis, Januari 30, 2025
24 C
Palangkaraya

Melihat Krematorium Pertama di Bumi Tambun Bungai

Dibangun saat Pandemi, Tak Menghasilkan Asap Tebal saat Proses Kremasi

Bangunan tunggal di kompleks pemakaman Jalan Jenderal Sudierman, Km 6,5 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menarik perhatian. Bangunan berbentuk persegi yang dilengkapi dengan cerobong itu adalah rumah krematorium yang diperuntukkan bagi kepercayaan tertentu untuk melakukan kremasi terhadap jenazah.

 

MIFTAH, Sampit

RUMAH kremasi itu menjadi krematorium pertama dan satu-satunya di Kalteng. Diresmikan langsung oleh Bupati Kotim Halikinnor pada 16 Juni 2023 lalu, krematorium tersebut menjadi pusat kremasi bagi seluruh Bumi Tambun Bungai.

 

Ketua Perkumpulan Sosial Bakti Sampit, Budiman menjelaskan krematorium itu dibangun pertama kali pada 4 Agustus 2021. Kala itu, Pandemi Covid-19 dan banyaknya permintaan menjadi salah satu pertimbangan di bangunnya krematorium. Terlebih lagi, kala itu Kalteng tidak memiliki fasilitas krematorium.

 

“Banyak permintaan dari warga yang mau dikremasi tapi kita tidak ada tempatnya. Dulu kalau mau kremasi, jenazahnya dikirim ke Banjarmasin,” ujarnya kepada Kalteng Pos, Jumat (24/1/2025).

 

Pria yang akrab disapa Koteng itu mengatakan pembuatan krematorium bersumber dari swadaya perkumpulan sosial bakti. Meski demikian, krematorium itu bisa digunakan oleh setiap orang yang ingin melakukan kremasi. Ia menyebutkan, pihak keluarga yang ingin mengkremasi harus mendaftar terlebih dahulu.

Baca Juga :  Jemaah Antusias, Rindu Sosok Ulama Kharismatik

 

“Kalau ingin kremasi mendaftar dulu. Yang istimewa itu memakai anggota perkumpulan orang Tionghoa Sampit melalui yayasan di rumah duka,” jelasnya.

 

Rumah duka yang terletak di Jalan Butir Busu menjadi pusat pengurusan dan tempat sementara jenazah bagi berbagai kepercayaan. Di rumah duka itu, jenazah akan ditempatkan sementara. Pihak keluarga akan diminta menandatangani surat pernyataan permintaan kremasi.

 

“Permintaan dari keluarga itu mintanya kapan waktunya. Kalau sudah ditentukan, kita akan laksanaan sesuai permintaan keluarga,” bebernya.

 

Proses krematorium itu memakan waktu 3 jam. Saat ini, rumah permintaan kremasi masih sedikit. Kebanyakan yang melakukan kremasi adalah mereka yang sudah mewasiatkan kepada keluarganya untuk dikremasi jika meninggal dunia.

 

“Biasanya yang minta itu kadang-kadang berpesan dahulu kepada keluarga. Misalnya nanti kalau meninggal dikremasi saja,” tuturnya.

 

Tujuan dibangunnya krematorium itu adalah untuk membantu proses kremasi bagi warga Kalteng. Dilengkapi dengan alat canggih, proses kremasi di krematorium tersebut tidak menimbulkan asap yang tebal.

 

Proses kremasi dilakukan sesuai dengan kepercayaan. Biasanya sebelum melakukan kremasi, jenazah akan didokan oleh pihak keluaga dan pemuka agama. Setelah itu, jenazah akan dimasukan ke dalam tempat berbentuk persegi yang dilengkapi cerobong untuk dilakukan pengkremasian.

Baca Juga :  Makam Keramat Mangkomot Menjadi Tujuan Wisata Religi

 

“Prosesnya masing-masing sesuai kepercayaan. Misalnya yang beragama Kristen, diadakan kebaktian, dan memanggil pastur,” katanya.

 

Proses kremasi itu bersifat sosial. Jadi, pihak keluarga yang ingin melakukan kremasi hanya cukup membayar uang minyak untuk proses kremasi dan upah petugas. Untuk satu kali proses kremasi, bisa memakan hampir 200 liter solar.

 

“Karena ini sosial, jadi cukup membayar uang minyak dan petugas yang mengambil abunya untuk dimasukkan ke dalam guci. Ada yang disimpan dan ada juga yang dilarung (dihanyutkan atau ditenggelamkan) ke laut,” imbuhnya.

 

Krematorium itu dinilai dapat menghemat lokasi pemakaman. Selain itu, keluarga yang lagi jauh tidak lagi harus mendatangi lokasi pemakaman jika ingin berziarah dan berdoa.

“Kalau yang jauh mereka bisa saja tabur bunganya di laut. Karena abunya ditabur di laut. Tidak repot lagi harus datang ke pemakamannya,” tandasnya. (*/ala)

Bangunan tunggal di kompleks pemakaman Jalan Jenderal Sudierman, Km 6,5 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menarik perhatian. Bangunan berbentuk persegi yang dilengkapi dengan cerobong itu adalah rumah krematorium yang diperuntukkan bagi kepercayaan tertentu untuk melakukan kremasi terhadap jenazah.

 

MIFTAH, Sampit

RUMAH kremasi itu menjadi krematorium pertama dan satu-satunya di Kalteng. Diresmikan langsung oleh Bupati Kotim Halikinnor pada 16 Juni 2023 lalu, krematorium tersebut menjadi pusat kremasi bagi seluruh Bumi Tambun Bungai.

 

Ketua Perkumpulan Sosial Bakti Sampit, Budiman menjelaskan krematorium itu dibangun pertama kali pada 4 Agustus 2021. Kala itu, Pandemi Covid-19 dan banyaknya permintaan menjadi salah satu pertimbangan di bangunnya krematorium. Terlebih lagi, kala itu Kalteng tidak memiliki fasilitas krematorium.

 

“Banyak permintaan dari warga yang mau dikremasi tapi kita tidak ada tempatnya. Dulu kalau mau kremasi, jenazahnya dikirim ke Banjarmasin,” ujarnya kepada Kalteng Pos, Jumat (24/1/2025).

 

Pria yang akrab disapa Koteng itu mengatakan pembuatan krematorium bersumber dari swadaya perkumpulan sosial bakti. Meski demikian, krematorium itu bisa digunakan oleh setiap orang yang ingin melakukan kremasi. Ia menyebutkan, pihak keluarga yang ingin mengkremasi harus mendaftar terlebih dahulu.

Baca Juga :  Jemaah Antusias, Rindu Sosok Ulama Kharismatik

 

“Kalau ingin kremasi mendaftar dulu. Yang istimewa itu memakai anggota perkumpulan orang Tionghoa Sampit melalui yayasan di rumah duka,” jelasnya.

 

Rumah duka yang terletak di Jalan Butir Busu menjadi pusat pengurusan dan tempat sementara jenazah bagi berbagai kepercayaan. Di rumah duka itu, jenazah akan ditempatkan sementara. Pihak keluarga akan diminta menandatangani surat pernyataan permintaan kremasi.

 

“Permintaan dari keluarga itu mintanya kapan waktunya. Kalau sudah ditentukan, kita akan laksanaan sesuai permintaan keluarga,” bebernya.

 

Proses krematorium itu memakan waktu 3 jam. Saat ini, rumah permintaan kremasi masih sedikit. Kebanyakan yang melakukan kremasi adalah mereka yang sudah mewasiatkan kepada keluarganya untuk dikremasi jika meninggal dunia.

 

“Biasanya yang minta itu kadang-kadang berpesan dahulu kepada keluarga. Misalnya nanti kalau meninggal dikremasi saja,” tuturnya.

 

Tujuan dibangunnya krematorium itu adalah untuk membantu proses kremasi bagi warga Kalteng. Dilengkapi dengan alat canggih, proses kremasi di krematorium tersebut tidak menimbulkan asap yang tebal.

 

Proses kremasi dilakukan sesuai dengan kepercayaan. Biasanya sebelum melakukan kremasi, jenazah akan didokan oleh pihak keluaga dan pemuka agama. Setelah itu, jenazah akan dimasukan ke dalam tempat berbentuk persegi yang dilengkapi cerobong untuk dilakukan pengkremasian.

Baca Juga :  Makam Keramat Mangkomot Menjadi Tujuan Wisata Religi

 

“Prosesnya masing-masing sesuai kepercayaan. Misalnya yang beragama Kristen, diadakan kebaktian, dan memanggil pastur,” katanya.

 

Proses kremasi itu bersifat sosial. Jadi, pihak keluarga yang ingin melakukan kremasi hanya cukup membayar uang minyak untuk proses kremasi dan upah petugas. Untuk satu kali proses kremasi, bisa memakan hampir 200 liter solar.

 

“Karena ini sosial, jadi cukup membayar uang minyak dan petugas yang mengambil abunya untuk dimasukkan ke dalam guci. Ada yang disimpan dan ada juga yang dilarung (dihanyutkan atau ditenggelamkan) ke laut,” imbuhnya.

 

Krematorium itu dinilai dapat menghemat lokasi pemakaman. Selain itu, keluarga yang lagi jauh tidak lagi harus mendatangi lokasi pemakaman jika ingin berziarah dan berdoa.

“Kalau yang jauh mereka bisa saja tabur bunganya di laut. Karena abunya ditabur di laut. Tidak repot lagi harus datang ke pemakamannya,” tandasnya. (*/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/