Sabtu, Mei 18, 2024
30.1 C
Palangkaraya

Menapaktilasi Jejak Perjuangan Tokoh Islam di Tanah Barito (11)

Makam Keramat Mangkomot Menjadi Tujuan Wisata Religi

Karena besarnya peran perjuangan Datu Malik bin Karma dan Datu Sura bin Karma dalam syiar Islam di tanah Barito, kini makam keduanya dikeramatkan. Dikenal dengan sebutan makam keramat Mangkomot. Makam tersebut menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kabupaten Barito Utara (Batara).

HERMAN, Muara Teweh

MAKAM keramat Mangkomot terletak di Desa Benangin I, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Batara. Pertengah Juli 2022 lalu digelar haulan untuk mengenang dan mendoakan Datu Malik bin Karma dan Datu Sura bin Karma. Keduanya dikenal sebagai sosok penyebar agam Islam sampai ke pedalaman atau pelosok Barito. Kini makam keduanya selalu dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Paling ramai pada hari raya Iduladha dan Idulfitri.

Lokasi makam keramat Mangkomot berjarak sekitar 6 kilometer (km) dari ibu kota Kecamatan Teweh Timur. Perjalanan 4 km sudah beraspal, kemudian masuk lagi melewati jalan cor-coran beton sepanjang 1 km, dan selanjutnya menyusuri jalan tanah. Meskipun belum ada pengerasan, tapi sudah bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

Baca Juga :  Ratu Zaleha, Memimpin Perempuan Dayak Berperang Melawan Belanda

Datu Mangkomot atau Datu Malik bin Karma yang sebelumnya bernama Kartasari, resmi memeluk agama Islam setelah melafalkan dua kalimat sahadat di pondok tempat tinggalnya di Mangkomot, dipandu oleh Sanggah Sulaiman bin Waring Abdu Samad.

Datu Malik pergi ke Tanah Bakumpai (Martapura) bersama Sanggah Sulaiman untuk mendalami ilmu agama Islam. Dalam perjalanan, mereka sempat bertemu jasad yang mengapung di sungai. Konon diceritakan, jasad yang terlihat mengapung saat keduanya menyusuri Sungai Teweh untuk menuntut ilmu agama, setelah dibawa ke tepian sungai, ternyata masih hidup. Kemudian diketahui bernama Nabi Khidir. Pertemuan dengan Nabi Khidir ini yang terus menambah semangat Datu Malik untuk belajar agama ke tanah Bakumpai, Martapura.

Di akhir riwayat, Datu Malik sempat memenuhi permintaan kakaknya Datu Sura untuk memeluk Islam, walau ketika sepulangnya Datu malik dari Bakumpai Martapura, kakaknya sudah wafat.

Menurut penuturan para tetua Desa Benangin I, makam Mangkomot dikeramatkan karena beberapa kejadian, seperti makam bisa berpindah-pindah di lokasi tersebut dan tidak bisa tenggelam atau kebanjiran meski air Sungai Benangin meluap.

Baca Juga :  Panglima Burung Nuri Turut Berjuang Menenggelamkam Kapal Onrust

Sebagai bentuk kecintaan umat Islam di Barito terhadap sosok ulama penyebar dakwah Islam tersebut, pada 13 Juli 2022 lalu digelar haulan Datu Malik bin Karma dan Datu Sura bin Karma. Masyarakat antusias menghadiri acara haulan itu dan menghormatinya sebagai tokoh agama yang berjasa dalam menyebarkan Islam hingga ke wilayah pedalaman Barito.

Kala itu, Camat Teweh Timur yang masih dijabat Winardi SE turut hadir langsung di lokasi acara haulan, berbaur dengan masyarakat. “Kegiatan ini adalah sarana positif sebagai generasi penerus dalam memupuk ukhuwah Islamiah serta mengirimkan doa-doa kepada orang yang telah berjasa dalam menyebarkan agama Islam sampai ke pelosok dan pedalaman,” kata Winardi saat itu.

Biasanya pengunjung paling banyak berziarah setelah hari raya Idulfitri dan Iduladha. Saban tahun jumlah peziarah makin banyak. Bagi pengunjung yang ingin berziarah ke lokasi makam ini, sebaiknya menghubungi aparat desa setempat atau pengurus kawasan religi agar dapat dipandu selama berziarah. (*/bersambung/ce/ala)

Karena besarnya peran perjuangan Datu Malik bin Karma dan Datu Sura bin Karma dalam syiar Islam di tanah Barito, kini makam keduanya dikeramatkan. Dikenal dengan sebutan makam keramat Mangkomot. Makam tersebut menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kabupaten Barito Utara (Batara).

HERMAN, Muara Teweh

MAKAM keramat Mangkomot terletak di Desa Benangin I, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Batara. Pertengah Juli 2022 lalu digelar haulan untuk mengenang dan mendoakan Datu Malik bin Karma dan Datu Sura bin Karma. Keduanya dikenal sebagai sosok penyebar agam Islam sampai ke pedalaman atau pelosok Barito. Kini makam keduanya selalu dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Paling ramai pada hari raya Iduladha dan Idulfitri.

Lokasi makam keramat Mangkomot berjarak sekitar 6 kilometer (km) dari ibu kota Kecamatan Teweh Timur. Perjalanan 4 km sudah beraspal, kemudian masuk lagi melewati jalan cor-coran beton sepanjang 1 km, dan selanjutnya menyusuri jalan tanah. Meskipun belum ada pengerasan, tapi sudah bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

Baca Juga :  Ratu Zaleha, Memimpin Perempuan Dayak Berperang Melawan Belanda

Datu Mangkomot atau Datu Malik bin Karma yang sebelumnya bernama Kartasari, resmi memeluk agama Islam setelah melafalkan dua kalimat sahadat di pondok tempat tinggalnya di Mangkomot, dipandu oleh Sanggah Sulaiman bin Waring Abdu Samad.

Datu Malik pergi ke Tanah Bakumpai (Martapura) bersama Sanggah Sulaiman untuk mendalami ilmu agama Islam. Dalam perjalanan, mereka sempat bertemu jasad yang mengapung di sungai. Konon diceritakan, jasad yang terlihat mengapung saat keduanya menyusuri Sungai Teweh untuk menuntut ilmu agama, setelah dibawa ke tepian sungai, ternyata masih hidup. Kemudian diketahui bernama Nabi Khidir. Pertemuan dengan Nabi Khidir ini yang terus menambah semangat Datu Malik untuk belajar agama ke tanah Bakumpai, Martapura.

Di akhir riwayat, Datu Malik sempat memenuhi permintaan kakaknya Datu Sura untuk memeluk Islam, walau ketika sepulangnya Datu malik dari Bakumpai Martapura, kakaknya sudah wafat.

Menurut penuturan para tetua Desa Benangin I, makam Mangkomot dikeramatkan karena beberapa kejadian, seperti makam bisa berpindah-pindah di lokasi tersebut dan tidak bisa tenggelam atau kebanjiran meski air Sungai Benangin meluap.

Baca Juga :  Panglima Burung Nuri Turut Berjuang Menenggelamkam Kapal Onrust

Sebagai bentuk kecintaan umat Islam di Barito terhadap sosok ulama penyebar dakwah Islam tersebut, pada 13 Juli 2022 lalu digelar haulan Datu Malik bin Karma dan Datu Sura bin Karma. Masyarakat antusias menghadiri acara haulan itu dan menghormatinya sebagai tokoh agama yang berjasa dalam menyebarkan Islam hingga ke wilayah pedalaman Barito.

Kala itu, Camat Teweh Timur yang masih dijabat Winardi SE turut hadir langsung di lokasi acara haulan, berbaur dengan masyarakat. “Kegiatan ini adalah sarana positif sebagai generasi penerus dalam memupuk ukhuwah Islamiah serta mengirimkan doa-doa kepada orang yang telah berjasa dalam menyebarkan agama Islam sampai ke pelosok dan pedalaman,” kata Winardi saat itu.

Biasanya pengunjung paling banyak berziarah setelah hari raya Idulfitri dan Iduladha. Saban tahun jumlah peziarah makin banyak. Bagi pengunjung yang ingin berziarah ke lokasi makam ini, sebaiknya menghubungi aparat desa setempat atau pengurus kawasan religi agar dapat dipandu selama berziarah. (*/bersambung/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/