Ariefha, anak berusia 15 tahun ini sudah hafal 22 juz. Ketekunanya membaca Al-Quran membuat bangga orang tua. Dia pun mempunyai cita-cita, yakni menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo.
FITRI SHAFA KAMILA, Palangka Raya
“KALAU boleh, saya ingin melanjutkan pendidikan di Pesantren Lirboyo dan fokus pada pelajaran Nahwu Sorof.” Mimpi sederhana namun mulia terpatri dalam hati seorang gadis muda bernama Ariefha. Ia memiliki harapan besar untuk menjadi santriwati di Pondok Pesantren Lirboyo.
Pondok Pesantren Lirboyo berlokasi di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Didirikan pada tahun 1910 M oleh K.H. Abdul Karim yang saat ini berada di bawah pimpinan salah satu cucunya, K.H. M. Anwar Manshur.
Pondok pesantren ini berafiliasi kuat kepada organisasi Nahdlatul Ulama dan berdiri sebagai pesantren berbasis salaf, yakni pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca dan mengkaji kitab salaf (kitab kuning).
Bagi Ariefha, mengaji kitab Nahwu Sorof adalah suatu kebahagiaan yang tak ternilai, dan semangatnya semakin berkobar saat berada di pondok. Saat ini, Ariefha tengah menimba ilmu di Pondok Pesantren Iqro, sebuah lembaga yang berkomitmen untuk mencetak generasi penghafal Al-Qur’an. Perjalanan Ariefha dalam dunia hafalan dimulai sejak ia berusia sepuluh tahun, kala itu ia masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sebelumnya, Ariefha bersekolah di Pangkoh. Namun, atas keputusan orang tuanya, ia kemudian dipindahkan ke Pondok Pesantren Iqro. “Langkah ini saya ambil agar saya dapat lebih fokus pada upayanya menghafal Al-Qur’an,”ungkapnya kepada Kalteng Pos, Rabu (5/3).
Dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara, Ariefha terus berjuang untuk meraih cita-citanya, mewujudkan impian sederhana namun penuh makna yang terpatri dalam dirinya.
Meskipun, bukan secara langsung ia menghendaki kepindahanya. Berada di pondok bertemu dengan orang baru dan santriwati lain membuat hari-hari anak 15 tahun ini berwarna dan ceria. Sehingga anak dari pasangan Hariyadi dan Nur Aisyah ini menikmati waktunya di pondok.
Belajar menghafal menyenangkan meskipun ada saatnya juga bosan dan jenuh melanda. Sama seperti temannya yang lain, Ariefha juga mengalami masa sulit dalam mengingat hafalannya. Namun, dia selalu berusaha dengan giat untuk mengulang bacaan dan melawan kemalasan tersebut. Ariefha mengatakan bahwa mondok ini adalah pertama kalinya dia berada jauh dari orang tua, perasaan sedih dan rindu kadang datang menghantui dirinya.
“Tidak selalu, hanya ada momen jadi kangen sama rumah. Kalo sudah begitu sedih bawaannya,” tuturnya menjelaskan.
Mondok selama lima tahun bukan perkara mudah. Berbagai kesulitan di hadapi remaja lima belas tahun ini. Sekarang ia masih dalam proses menyelesaikan target hafalanya hingga 30 juz dan saat ini sudah masuk hafalan 22 juz. (bersambung/ram)
