Selasa, Juni 17, 2025
25.9 C
Palangkaraya

Teknis Kelapa Sawit (TKS) dan Field Trip

Peran Sawit dalam Ketahanan Pangan dan Energi Sangat Strategis

SAMPIT-Replanting adalah proses mengganti tanaman sawit tua atau berproduksi rendah dengan varietas unggul. Langkah ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/KB.330/5/2016.

Sekretaris Eksekutif GAPKI Kalimantan Tengah (Kalteng) Rawing Rambang, menegaskan bahwa program replanting atau peremajaan sawit menjadi langkah strategis dalam meningkatkan produktivitas sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional.

“Peremajaan perlu dilakukan bukan hanya pada pohon tua, tetapi juga tanaman yang hasilnya sudah menurun agar kebun tetap optimal,” ujarnya dilansir dari bisnissawit.com.

 

Pernyataan itu disampaikan dalam acara Media Perkebunan bekerja sama dengan GAPKI Cabang Kalteng menggelar Teknis Kelapa Sawit (TKS) dan Field Trip di Sampit, Kalimantan Tengah, pada Senin (28/4/2025).

 

Rawing juga mendorong penggunaan teknologi canggih dalam program replanting. Teknologi seperti GPS, drone, dan sensor berbasis data harus dioptimalkan untuk meningkatkan efisiensi, sebagaimana telah menjadi standar di negara-negara maju.

 

Ia kemudian mengaitkan replanting dengan ketahanan pangan, terutama lewat konsep integrasi tanaman pangan seperti jagung dalam area peremajaan.

Baca Juga : 
Sawit Berperan Strategis Tingkatkan Kualitas SDM di Kalimantan Tengah

 

Namun, Rawing mengingatkan bahwa tantangan teknis di lapangan tidak mudah diatasi, terutama karena karakteristik tanah bekas sawit dan teknik budidaya jagung yang berbeda.

 

Dalam bidang ketahanan energi, Rawing menekankan pentingnya kelapa sawit sebagai bahan baku bioenergi, mendukung program nasional seperti biodiesel B40, sekaligus mengurangi ketergantungan energi impor.

 

“Peran sawit dalam ketahanan energi sangat strategis untuk keamanan dan keberlanjutan pembangunan nasional,” jelasnya.

 

Selain itu, Rawing menyoroti pentingnya konsistensi kebijakan untuk menjaga kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan sektor sawit. Ia mencontohkan negara-negara maju yang mengalokasikan hingga 5% dari GDP untuk riset dan inovasi.

 

“Investasi dalam riset harus ditingkatkan bila Indonesia ingin bersaing secara global,” tambahnya.

 

Ketua Gapki Kalteng Syaiful Panigoro menambahkan bahwa meski sektor sawit menghadapi tekanan berat dalam dua tahun terakhir, solusi teknis tetap ada.

Baca Juga : 
Gapki Kalteng Dorong Anggotanya Berperan Aktif Dukung Program Ketahanan Pangan

Ia menekankan pentingnya pembekalan teknis bagi pelaku industri untuk menjaga produktivitas di tengah program replanting.

Bupati Kotawaringin Timur, H. Halikinnor yang hadir membuka acara, mengapresiasi langkah Media Perkebunan. Menurutnya, dengan meningkatnya kebutuhan minyak sawit, terutama mendukung program B40, intensifikasi produktivitas yang ramah lingkungan menjadi keniscayaan.

“Acara ini sangat strategis untuk mempercepat PSR, memperkenalkan penggunaan benih dan pupuk berkualitas, serta mempertemukan teori dengan praktik lapangan,”ujar Halikinnor.

Ia juga menyambut baik dibukanya pameran untuk umum, yang memberi kesempatan masyarakat mengakses produk-produk pertanian unggulan.

 

TKS dan Field Trip di Sampit ini diharapkan memperluas wawasan, memperkuat pengetahuan teknis, serta mendorong kolaborasi lebih erat antara petani, perusahaan, dan pemerintah.

 

Kegiatan ini menjadi momen penting mempercepat transformasi sektor sawit Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, produktif, dan kompetitif.(ram/b)

SAMPIT-Replanting adalah proses mengganti tanaman sawit tua atau berproduksi rendah dengan varietas unggul. Langkah ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/KB.330/5/2016.

Sekretaris Eksekutif GAPKI Kalimantan Tengah (Kalteng) Rawing Rambang, menegaskan bahwa program replanting atau peremajaan sawit menjadi langkah strategis dalam meningkatkan produktivitas sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional.

“Peremajaan perlu dilakukan bukan hanya pada pohon tua, tetapi juga tanaman yang hasilnya sudah menurun agar kebun tetap optimal,” ujarnya dilansir dari bisnissawit.com.

 

Pernyataan itu disampaikan dalam acara Media Perkebunan bekerja sama dengan GAPKI Cabang Kalteng menggelar Teknis Kelapa Sawit (TKS) dan Field Trip di Sampit, Kalimantan Tengah, pada Senin (28/4/2025).

 

Rawing juga mendorong penggunaan teknologi canggih dalam program replanting. Teknologi seperti GPS, drone, dan sensor berbasis data harus dioptimalkan untuk meningkatkan efisiensi, sebagaimana telah menjadi standar di negara-negara maju.

 

Ia kemudian mengaitkan replanting dengan ketahanan pangan, terutama lewat konsep integrasi tanaman pangan seperti jagung dalam area peremajaan.

Baca Juga : 
Sawit Berperan Strategis Tingkatkan Kualitas SDM di Kalimantan Tengah

 

Namun, Rawing mengingatkan bahwa tantangan teknis di lapangan tidak mudah diatasi, terutama karena karakteristik tanah bekas sawit dan teknik budidaya jagung yang berbeda.

 

Dalam bidang ketahanan energi, Rawing menekankan pentingnya kelapa sawit sebagai bahan baku bioenergi, mendukung program nasional seperti biodiesel B40, sekaligus mengurangi ketergantungan energi impor.

 

“Peran sawit dalam ketahanan energi sangat strategis untuk keamanan dan keberlanjutan pembangunan nasional,” jelasnya.

 

Selain itu, Rawing menyoroti pentingnya konsistensi kebijakan untuk menjaga kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan sektor sawit. Ia mencontohkan negara-negara maju yang mengalokasikan hingga 5% dari GDP untuk riset dan inovasi.

 

“Investasi dalam riset harus ditingkatkan bila Indonesia ingin bersaing secara global,” tambahnya.

 

Ketua Gapki Kalteng Syaiful Panigoro menambahkan bahwa meski sektor sawit menghadapi tekanan berat dalam dua tahun terakhir, solusi teknis tetap ada.

Baca Juga : 
Gapki Kalteng Dorong Anggotanya Berperan Aktif Dukung Program Ketahanan Pangan

Ia menekankan pentingnya pembekalan teknis bagi pelaku industri untuk menjaga produktivitas di tengah program replanting.

Bupati Kotawaringin Timur, H. Halikinnor yang hadir membuka acara, mengapresiasi langkah Media Perkebunan. Menurutnya, dengan meningkatnya kebutuhan minyak sawit, terutama mendukung program B40, intensifikasi produktivitas yang ramah lingkungan menjadi keniscayaan.

“Acara ini sangat strategis untuk mempercepat PSR, memperkenalkan penggunaan benih dan pupuk berkualitas, serta mempertemukan teori dengan praktik lapangan,”ujar Halikinnor.

Ia juga menyambut baik dibukanya pameran untuk umum, yang memberi kesempatan masyarakat mengakses produk-produk pertanian unggulan.

 

TKS dan Field Trip di Sampit ini diharapkan memperluas wawasan, memperkuat pengetahuan teknis, serta mendorong kolaborasi lebih erat antara petani, perusahaan, dan pemerintah.

 

Kegiatan ini menjadi momen penting mempercepat transformasi sektor sawit Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, produktif, dan kompetitif.(ram/b)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/