Jumat, Mei 9, 2025
24.9 C
Palangkaraya

Vasektomi Masih Tabu di Indonesia, Kenapa Ya? Ini Jawabannya

PERNYATAAN Gubernur Jawa Barat yang mewacanakan vasektomi sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan sosial menuai kontroversi.

Banyak yang menganggap pernyataan ini terlalu berani dan bertentangan dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Namun di balik pro dan kontra, muncul pertanyaan yang lebih penting: mengapa vasektomi masih dianggap tabu di Indonesia?

Mengapa metode kontrasepsi  ini begitu jarang digunakan, padahal dari sisi medis dan efektivitas, vasektomi sangat menjanjikan?

Faktanya, vasektomi memang belum menjadi pilihan populer di kalangan pria Indonesia. Bukan karena prosedurnya sulit atau berbahaya, tetapi lebih karena faktor budaya, persepsi keliru, dan minimnya edukasi.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam mengapa vasektomi masih asing di negeri sendiri dan apa yang sebenarnya membuat metode ini enggan dipilih oleh mayoritas pria.

Baca Juga :  Telinga Berdengung? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya Secara Aman

Meskipun vasektomi menawarkan banyak keuntungan, metode ini masih jarang digunakan di Indonesia. Dikutip dari pafipckotabanyuwangi.org, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya adopsi vasektomi di kalangan pria Indonesia, seperti:

Rendahnya Tingkat Adopsi

Sebuah studi dari College of Public Health Sciences, pada 2015, menunjukkan bahwa hanya sekitar 16,6% pria menikah di Indonesia yang berniat menjalani vasektomi.

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain seperti India dan China, di mana tingkat adopsi vasektomi melebihi 20%.

Faktor Budaya dan Sosial

Salah satu alasan utama rendahnya adopsi vasektomi adalah norma sosial dan budaya yang kuat. Banyak pria merasa bahwa tanggung jawab kontrasepsi seharusnya berada di tangan wanita.

Baca Juga :  Gym dan Lari Jadi Tren Olahraga Gen Z, Inilah Dampak Positifnya

Selain itu, ada anggapan bahwa vasektomi dapat mengurangi kejantanan atau kemampuan seksual pria, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.

Kurangnya komunikasi antara pasangan juga menjadi faktor penghambat. Banyak pria tidak mendiskusikan pilihan kontrasepsi dengan pasangan mereka, sehingga keputusan untuk menjalani vasektomi jarang dibicarakan secara terbuka.

Kurangnya Informasi dan Edukasi

Kurangnya informasi yang akurat tentang vasektomi juga menjadi hambatan. Banyak pria tidak mengetahui bahwa vasektomi adalah prosedur yang aman, efektif, dan tidak mempengaruhi kehidupan seksual mereka.

Edukasi yang lebih luas dan kampanye informasi dapat membantu mengubah persepsi ini.(jpc)

PERNYATAAN Gubernur Jawa Barat yang mewacanakan vasektomi sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan sosial menuai kontroversi.

Banyak yang menganggap pernyataan ini terlalu berani dan bertentangan dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Namun di balik pro dan kontra, muncul pertanyaan yang lebih penting: mengapa vasektomi masih dianggap tabu di Indonesia?

Mengapa metode kontrasepsi  ini begitu jarang digunakan, padahal dari sisi medis dan efektivitas, vasektomi sangat menjanjikan?

Faktanya, vasektomi memang belum menjadi pilihan populer di kalangan pria Indonesia. Bukan karena prosedurnya sulit atau berbahaya, tetapi lebih karena faktor budaya, persepsi keliru, dan minimnya edukasi.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam mengapa vasektomi masih asing di negeri sendiri dan apa yang sebenarnya membuat metode ini enggan dipilih oleh mayoritas pria.

Baca Juga :  Telinga Berdengung? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya Secara Aman

Meskipun vasektomi menawarkan banyak keuntungan, metode ini masih jarang digunakan di Indonesia. Dikutip dari pafipckotabanyuwangi.org, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya adopsi vasektomi di kalangan pria Indonesia, seperti:

Rendahnya Tingkat Adopsi

Sebuah studi dari College of Public Health Sciences, pada 2015, menunjukkan bahwa hanya sekitar 16,6% pria menikah di Indonesia yang berniat menjalani vasektomi.

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain seperti India dan China, di mana tingkat adopsi vasektomi melebihi 20%.

Faktor Budaya dan Sosial

Salah satu alasan utama rendahnya adopsi vasektomi adalah norma sosial dan budaya yang kuat. Banyak pria merasa bahwa tanggung jawab kontrasepsi seharusnya berada di tangan wanita.

Baca Juga :  Gym dan Lari Jadi Tren Olahraga Gen Z, Inilah Dampak Positifnya

Selain itu, ada anggapan bahwa vasektomi dapat mengurangi kejantanan atau kemampuan seksual pria, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.

Kurangnya komunikasi antara pasangan juga menjadi faktor penghambat. Banyak pria tidak mendiskusikan pilihan kontrasepsi dengan pasangan mereka, sehingga keputusan untuk menjalani vasektomi jarang dibicarakan secara terbuka.

Kurangnya Informasi dan Edukasi

Kurangnya informasi yang akurat tentang vasektomi juga menjadi hambatan. Banyak pria tidak mengetahui bahwa vasektomi adalah prosedur yang aman, efektif, dan tidak mempengaruhi kehidupan seksual mereka.

Edukasi yang lebih luas dan kampanye informasi dapat membantu mengubah persepsi ini.(jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/