Eco Enzyme Banyak Manfaat
Eco enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Eco enzyme ini adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, misalnya ampas buah dan sayuran, gula merah, aren atau tebu, dan juga air. Memiliki warna cokelat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang cukup kuat.
Dr Dian Masita Dewi,SE.,MM selaku Ketua Pusat Studi Eco Enzyme Universitas Lambung Mangkurat kepada Kalteng Pos menerangkan manfaat dari eco enzyme yang sudah dipraktikkan.
Pertama, buat tanaman. Enzim ini akan mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), yakni hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Daun akan segar, dan lebar tidak keriput, rasa dari buah yang dipupuk dengan eco enzyme sangat pekat. Buah atau sayur juga tidak mudah busuk atau lebih tahan lama.
“Jeruk yang saya tanam di rumah, sangat manis sekali. Begitu juga timun, saya biarkan satu bulan tidak ada busuk,”ujarnya.
Lalu, khasiat lain adalah untuk kesehatan kulit wajah. Jika dipakai rutin, kulit wajah akan terasa segar dan tidak mudah muncul jerawat. Serbuk atau ampas hasil fermentasi, biasa digunakan buat peeling. “Saya sudah dua tahun memakai ini buat wajah, syukur Alhamdulillah tidak pernah ada muncul jerawat dan wajah terasa segar dan bersih,”ungkapnya.
Eco enzyme juga memiliki manfaat untuk menjernihkan air kolam, karena sifatnya yang mampu memecah konsentrasi air kotor menjadi air bersih. Bahkan, cairan eco enzyme juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit sehingga menjadi salah satu alternatif obat penyembuhan luka bakar, gores, dan diabetes.
“Ada 17 kasus diabetes melitus yang saya tangani di Kalimantan Selatan. Alhamdulillah mengering dalam lima hari,”ujarnya.
Caranya, untuk kasus pasien diabetes mellitus, kaki orang yang mengalami luka itu direndam dengan cairan eco enzyme sebanyak 10 mililiter yang dicampur dengan air panas secukupnya.
“Untuk luka bakar juga sama. Dengan treatment ini, jaringan kulit akan membaik,”ungkap ibu berusia 46 tahun ini.
Untuk di Kalimantan Selatan, berdasar pengamatannya, eco enzyme mulai dikenal dan mulai disebarluaskan sejak tahun 2020. Dirinya merupakan koordinator dan penggagas penggunaan eco enzyme pertama dalam mitigasi bencana.
“Sampai saat ini, dirinya dibantu komunitas pengguna eco enzyme berupaya mengedukasi manfaat eco enzyme kepada masyaakat luas,”pungkasnya.(ram)
Bercocok Tanam tanpa Zat Kimia
Eco Enzyme Banyak Manfaat
Eco enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Eco enzyme ini adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, misalnya ampas buah dan sayuran, gula merah, aren atau tebu, dan juga air. Memiliki warna cokelat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang cukup kuat.
Dr Dian Masita Dewi,SE.,MM selaku Ketua Pusat Studi Eco Enzyme Universitas Lambung Mangkurat kepada Kalteng Pos menerangkan manfaat dari eco enzyme yang sudah dipraktikkan.
Pertama, buat tanaman. Enzim ini akan mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), yakni hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Daun akan segar, dan lebar tidak keriput, rasa dari buah yang dipupuk dengan eco enzyme sangat pekat. Buah atau sayur juga tidak mudah busuk atau lebih tahan lama.
“Jeruk yang saya tanam di rumah, sangat manis sekali. Begitu juga timun, saya biarkan satu bulan tidak ada busuk,”ujarnya.
Lalu, khasiat lain adalah untuk kesehatan kulit wajah. Jika dipakai rutin, kulit wajah akan terasa segar dan tidak mudah muncul jerawat. Serbuk atau ampas hasil fermentasi, biasa digunakan buat peeling. “Saya sudah dua tahun memakai ini buat wajah, syukur Alhamdulillah tidak pernah ada muncul jerawat dan wajah terasa segar dan bersih,”ungkapnya.
Eco enzyme juga memiliki manfaat untuk menjernihkan air kolam, karena sifatnya yang mampu memecah konsentrasi air kotor menjadi air bersih. Bahkan, cairan eco enzyme juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit sehingga menjadi salah satu alternatif obat penyembuhan luka bakar, gores, dan diabetes.
“Ada 17 kasus diabetes melitus yang saya tangani di Kalimantan Selatan. Alhamdulillah mengering dalam lima hari,”ujarnya.
Caranya, untuk kasus pasien diabetes mellitus, kaki orang yang mengalami luka itu direndam dengan cairan eco enzyme sebanyak 10 mililiter yang dicampur dengan air panas secukupnya.
“Untuk luka bakar juga sama. Dengan treatment ini, jaringan kulit akan membaik,”ungkap ibu berusia 46 tahun ini.
Untuk di Kalimantan Selatan, berdasar pengamatannya, eco enzyme mulai dikenal dan mulai disebarluaskan sejak tahun 2020. Dirinya merupakan koordinator dan penggagas penggunaan eco enzyme pertama dalam mitigasi bencana.
“Sampai saat ini, dirinya dibantu komunitas pengguna eco enzyme berupaya mengedukasi manfaat eco enzyme kepada masyaakat luas,”pungkasnya.(ram)