Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Tekan Harga Ayam Ras, Ini Saran dari Pinsar Kalteng

PALANGKA RAYA-Mahalnya harga pakan ayam ras berdampak bagi para peternak. Kondisi ini menyebabkan peternak skala kecil gulung tikar, lantaran tak mampu lagi menutupi biaya operasional. Berbagai skema muncul untuk menekan biaya operasional, sehingga harga ayam tidak melonjak di pasaran.  

Sejumlah pihak dari pelaku usaha sampai pengamat memberikan saran kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan untuk dapat menekan harga ayam ras di pasar saat ini. Menurut mereka ada dua skema yang bisa dijadikan solusi jangka pendek guna menekan harga ayam, yakni kebijakan subsidi transportasi dan subsidi pakan ternak.

Menurut Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Provinsi Kalteng Andi Bustan, penyebab tingginya harga ayam ras di pasar karena mahalnya harga pakan. Tingginya harga pakan, menurut Andi, menyebabkan peternak-peternak skala kecil terpaksa gulung tikar.

“Sejauh ini hampir semua peternak mandiri gulung tikar karena harga pakan mahal, kecuali di tingkat perusahaan yang notabene peternakan skala besar,” beber Andi kepada wartawan, Sabtu (3/6).

Selain karena tingginya harga pakan, kenaikan harag ayam juga disebabkan oleh kerugian yang dialami peternak ayam ras sejak awal Ramadan hingga tiga minggu usai Idulfitri. Oleh sebab itu, lanjut Andi, peternak menaikkan harga ayam di kandang, yang kemudian berimbas pada harga jual ayam yang tinggi di pasar-pasar tradisional.

“Teman-teman peternak mengalami kerugian karena menjual ayam dengan harga di bawah biaya operasi pabrik (BOP) sejak awal Ramadan hingga selesai lebaran, sampai harganya naik seperti sekarang, jadi saat ini harga ayam mengalami kenaikan karena untuk menutupi kerugian para peternak, dampaknya seperti yang kita lihat sekarang, yakni naiknya harga ayam ras di pasar-pasar,” jelas Andi.

Solusi atas masalah ini, lanjut Andi, bisa dengan menyubsidi biaya transportasi ayam ras dan subsidi harga pakan ternak. Ia berharap agar pemerintah dapat mengendus permasalahan yang dialami oleh pihak produsen. Menurut Andi, bukan hanya ketika harga ayam tinggi yang menjadi persoalan, tapi juga ketika harga ayam sangat murah.

“Ketika harga ayam terlampau mahal, tentu akan berdampak pada daya beli konsumen, tetapi ketika harga ayam terlampau murah, bisa ada masalah di baliknya, contohnya peternak yang mengalami kerugian karena menjual terlalu murah, saya rasa ini juga harus jadi perhatian pemerintah, kebijakan yang diambil tak boleh hanya memikirkan konsumen, tetapi juga produsen,” tuturnya.

Untuk saat ini, lanjut Andi, solusi yang bisa dicanangkan pemerintah yakni dengan memberikan subsidi atas biaya transportasi untuk distribusi ayam ras, yang kebanyakan didatangkan dari luar daerah seperti Banjarmasin.

“Bapak Menteri Perdagangan sudah bilang agar biaya transportasi dibantu, kami sudah diskusikan dengan Dinas Ketahanan Pangan Kalteng perihal bantuan biaya transportasi dari kandang ke pemotong, tapi sampai saat ini belum ada realisasi, mungkin karena kebijakannya tidak semudah itu, ini menjadi kendala kami,” jelas Andi.

Baca Juga :  Dampak Nataru, Diprediksi Terjadi Inflasi

Selain itu, lanjut Andi, subsidi pakan juga penting, agar harga jual tidak terlampau tinggi. Bukan dalam bantuan subsidi langsung berupa uang tunai. Menurut Andi, pemerintah perlu memikirkan untuk mempermudah pihak pabrik dalam mendapatkan bahan dasar pakan.

“Bahan dasar pakan itu kan jagung, harga jagung sekarang tembus enam ribu rupiah lebih. Lahan kita kan luas, kenapa tidak dimanfaatkan untuk menanam jagung, ini bermanfaat sebagai upaya untuk tidak hanya membantu masyarakat, tapi juga mempermudah pihak pabrik mendapatkan bahan baku pakan dengan harga terjangkau,” tandasnya.

Sementara itu, Dr Fitria Husnatarina SE MSi selaku pemerhati ekonomi mengatakan, pemberian subsidi pakan memang diperlukan guna menekan harga ayam ras di pasaran. Namun hal itu efektif untuk jangka panjang, bukan untuk jangka pendek.

Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Palangka Raya (UPR) ini, kenaikan harga pakan merupakan faktor lain dari penyebab naiknya produk ayam ras. Faktor lain yang menyebabkan harga ayam tinggi, menurut Ftiria, adalah solusi untuk jangka menengah hingga panjang. Dalam jangka pendek, menurut Fitria, pemerintah memang harus melakukan subsidi terhadap proses atau alur distribusi ayam ras.

“Pemerintah dapat memberikan subsidi dari proses transportasi, lantas bagaimana mekanismenya, ini memerlukan banyak pertimbangan berdasarkan faktor-faktor di lapangan, sehingga subsidi itu dapat serta merta menurunkan harga ayam ras,” tutur Fitria, kemarin.

Ia menyarankan pemerintah untuk langsung mengambil solusi dengan memberikan subsidi atas kenaikan harga ayam ras di pasar saat ini. Akan tetapi subsidi tersebut bisa diberikan setelah ada pertimbangan matang dari pemerintah berdasarkan identifikasi atas hal-hal yang memang menjadi penyebab langsung kenaikan harga ayam ras.

Menurutnya pemerintah harus terlebih dahulu mengidentifikasi masalah kenaikan harga ayam ras saat ini, sehingga didapatkan solusi yang dapat berpengaruh langsung untuk menstabilkan harga yang dapat diambil berdasarkan solusi jangka pendek.

“Solusi jangka pendek artinya untuk saat ini ya, pemerintah dapat langsung menembak kepada harga produk yang naik itu dengan pemberian subsidi, dalam hal ini ayam ras, bisa diberikan bantuan langsung kepada pelaku usaha atau skema lainnya berdasarkan kondisi yang ada,” tandasnya.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Ekobang) Leonard S Ampung mengatakan, pihaknya masih menunggu kebijakan dari pemerintah pusat terkait upaya pemberian subsidi biaya distribusi ayam ras.

“Kami masih berkoordinasi dengan pemerintah pusat, jadi apakah nanti ada surat dari pemerintah pusat untuk sharing masalah subsidi untuk biaya transportasi,” ujarnya, Sabtu (3/6).

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Kalteng Aster Bonawaty menyebut pihaknya tengah berkoordinasi terkait kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok, seperti ayam dan beras.

Baca Juga :  Mendag : Kenaikan Harga Ayam Ras di Palangka Raya Dianggap Wajar

“Tadi pak menteri telah melihat secara nyata kondisi harga bahan kebutuhan pokok di pasar. Pak menteri juga menyampaikan bahwa nanti akan dikoordinasikan ke pihak terkait, baik asosiasi ataupun pakan ternak, terkait dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok ini,” katanya, Sabtu (3/6).

Walaupun terjadi kenaikan harga, ujar Aster, ketersediaan bahan kebutuhan pokok seperti minyak goreng, beras, dan daging ayam potong masih aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kami upayakan nanti dengan teman-teman di pusat, menjelang Iduladha mulai stabil lagi, jadi kita jaga itu harga-harga yang terjangkau, yang penting ketersediaan atau stoknya tetap ada,” kata Aster.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalteng Riza Rahmadi menyebut masih berkoordinasi dengan pihak terkait tentang pemberian subsidi angkutan untuk menekan lonjakan harga bahan kebutuhan pokok.

“Untuk pemberian subsidi transportasi ini, akan kita hitung berapa, kami akan fasilitasi, nanti akan dikoordinasikan di tingkat distributor atau pedagang besar, kami akan manfaatkan fasilitas distribusi yang telah disediakan oleh pemerintah untuk menekan kenaikan harga,” ucapnya.

Di tengah banyaknya peternak yang terdampak mahalnya harga pakan, ternyata masih ada peternak yang tidak terpengaruh dengan kenaikan harga ayam ini. Mereka adalah peternak yang bermitra dengan perusahaan sarana produksi (sapronak). Dalam sistem kemitraan ini, peternak bertindak sebagai pihak yang menyediakan kandang, peralatan operasional, dan pemeliharaan ternak ayam hingga panen. Sementara pihak perusahaan mitra berkewajiban menyediakan bibit ayam (Doc/day of chicken/ayam umur satu hari), pakan ternak ayam, vaksin, dan obat-obatan.

Perusahaan juga memberikan bimbingan teknis dan penyuluhan kepada para peternak. Adapun untuk hasil usaha ditentukan berdasarkan sistem kemitraan, baik sistem kontrak maupun bagi hasil. Diketahui sejumlah peternak ayam di Palangka Raya mempergunakan sistem kemitraan ini. Seperti para peternak ayam di Jalan Keranggan ujung, Kelurahan Kalampangan. “Kami semua di sini ambil upah,” kata ibu Tita, salah satu peternak ayam di wilayah tersebut.

Peternak ayam yang mengaku baru satu tahun menggeluti usaha peternakan ayam ini menjelaskan, ia dan beberapa rekan peternak ayam di kompleks tersebut telah bekerja sama dengan perusahaan mitra bernama Rajawali Persada.

Dalam sistem kemitraan ini, lanjut perempuan berkacamata ini, pihak perusahaan menyediakan bibit dan pakan ayam, sementara pihak peternak menyediakan kandang, air minum, dan listrik.

“Kami cuma tahunya pas panen dapat berapa ton dikali upah,” terang peternak yang punya 5.000 ekor ayam itu.

Adapun nilai upah yang ditetapkan perusahaan mitra adalah Rp1.200/kilogram. Tita mengaku tidak mengetahui soal adanya kenaikan harga ayam di pasar saat ini. “Kalau soal naik turun, kami tidak merasakan, pak,” tutupnya. (dan/sja/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Mahalnya harga pakan ayam ras berdampak bagi para peternak. Kondisi ini menyebabkan peternak skala kecil gulung tikar, lantaran tak mampu lagi menutupi biaya operasional. Berbagai skema muncul untuk menekan biaya operasional, sehingga harga ayam tidak melonjak di pasaran.  

Sejumlah pihak dari pelaku usaha sampai pengamat memberikan saran kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan untuk dapat menekan harga ayam ras di pasar saat ini. Menurut mereka ada dua skema yang bisa dijadikan solusi jangka pendek guna menekan harga ayam, yakni kebijakan subsidi transportasi dan subsidi pakan ternak.

Menurut Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Provinsi Kalteng Andi Bustan, penyebab tingginya harga ayam ras di pasar karena mahalnya harga pakan. Tingginya harga pakan, menurut Andi, menyebabkan peternak-peternak skala kecil terpaksa gulung tikar.

“Sejauh ini hampir semua peternak mandiri gulung tikar karena harga pakan mahal, kecuali di tingkat perusahaan yang notabene peternakan skala besar,” beber Andi kepada wartawan, Sabtu (3/6).

Selain karena tingginya harga pakan, kenaikan harag ayam juga disebabkan oleh kerugian yang dialami peternak ayam ras sejak awal Ramadan hingga tiga minggu usai Idulfitri. Oleh sebab itu, lanjut Andi, peternak menaikkan harga ayam di kandang, yang kemudian berimbas pada harga jual ayam yang tinggi di pasar-pasar tradisional.

“Teman-teman peternak mengalami kerugian karena menjual ayam dengan harga di bawah biaya operasi pabrik (BOP) sejak awal Ramadan hingga selesai lebaran, sampai harganya naik seperti sekarang, jadi saat ini harga ayam mengalami kenaikan karena untuk menutupi kerugian para peternak, dampaknya seperti yang kita lihat sekarang, yakni naiknya harga ayam ras di pasar-pasar,” jelas Andi.

Solusi atas masalah ini, lanjut Andi, bisa dengan menyubsidi biaya transportasi ayam ras dan subsidi harga pakan ternak. Ia berharap agar pemerintah dapat mengendus permasalahan yang dialami oleh pihak produsen. Menurut Andi, bukan hanya ketika harga ayam tinggi yang menjadi persoalan, tapi juga ketika harga ayam sangat murah.

“Ketika harga ayam terlampau mahal, tentu akan berdampak pada daya beli konsumen, tetapi ketika harga ayam terlampau murah, bisa ada masalah di baliknya, contohnya peternak yang mengalami kerugian karena menjual terlalu murah, saya rasa ini juga harus jadi perhatian pemerintah, kebijakan yang diambil tak boleh hanya memikirkan konsumen, tetapi juga produsen,” tuturnya.

Untuk saat ini, lanjut Andi, solusi yang bisa dicanangkan pemerintah yakni dengan memberikan subsidi atas biaya transportasi untuk distribusi ayam ras, yang kebanyakan didatangkan dari luar daerah seperti Banjarmasin.

“Bapak Menteri Perdagangan sudah bilang agar biaya transportasi dibantu, kami sudah diskusikan dengan Dinas Ketahanan Pangan Kalteng perihal bantuan biaya transportasi dari kandang ke pemotong, tapi sampai saat ini belum ada realisasi, mungkin karena kebijakannya tidak semudah itu, ini menjadi kendala kami,” jelas Andi.

Baca Juga :  Dampak Nataru, Diprediksi Terjadi Inflasi

Selain itu, lanjut Andi, subsidi pakan juga penting, agar harga jual tidak terlampau tinggi. Bukan dalam bantuan subsidi langsung berupa uang tunai. Menurut Andi, pemerintah perlu memikirkan untuk mempermudah pihak pabrik dalam mendapatkan bahan dasar pakan.

“Bahan dasar pakan itu kan jagung, harga jagung sekarang tembus enam ribu rupiah lebih. Lahan kita kan luas, kenapa tidak dimanfaatkan untuk menanam jagung, ini bermanfaat sebagai upaya untuk tidak hanya membantu masyarakat, tapi juga mempermudah pihak pabrik mendapatkan bahan baku pakan dengan harga terjangkau,” tandasnya.

Sementara itu, Dr Fitria Husnatarina SE MSi selaku pemerhati ekonomi mengatakan, pemberian subsidi pakan memang diperlukan guna menekan harga ayam ras di pasaran. Namun hal itu efektif untuk jangka panjang, bukan untuk jangka pendek.

Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Palangka Raya (UPR) ini, kenaikan harga pakan merupakan faktor lain dari penyebab naiknya produk ayam ras. Faktor lain yang menyebabkan harga ayam tinggi, menurut Ftiria, adalah solusi untuk jangka menengah hingga panjang. Dalam jangka pendek, menurut Fitria, pemerintah memang harus melakukan subsidi terhadap proses atau alur distribusi ayam ras.

“Pemerintah dapat memberikan subsidi dari proses transportasi, lantas bagaimana mekanismenya, ini memerlukan banyak pertimbangan berdasarkan faktor-faktor di lapangan, sehingga subsidi itu dapat serta merta menurunkan harga ayam ras,” tutur Fitria, kemarin.

Ia menyarankan pemerintah untuk langsung mengambil solusi dengan memberikan subsidi atas kenaikan harga ayam ras di pasar saat ini. Akan tetapi subsidi tersebut bisa diberikan setelah ada pertimbangan matang dari pemerintah berdasarkan identifikasi atas hal-hal yang memang menjadi penyebab langsung kenaikan harga ayam ras.

Menurutnya pemerintah harus terlebih dahulu mengidentifikasi masalah kenaikan harga ayam ras saat ini, sehingga didapatkan solusi yang dapat berpengaruh langsung untuk menstabilkan harga yang dapat diambil berdasarkan solusi jangka pendek.

“Solusi jangka pendek artinya untuk saat ini ya, pemerintah dapat langsung menembak kepada harga produk yang naik itu dengan pemberian subsidi, dalam hal ini ayam ras, bisa diberikan bantuan langsung kepada pelaku usaha atau skema lainnya berdasarkan kondisi yang ada,” tandasnya.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Ekobang) Leonard S Ampung mengatakan, pihaknya masih menunggu kebijakan dari pemerintah pusat terkait upaya pemberian subsidi biaya distribusi ayam ras.

“Kami masih berkoordinasi dengan pemerintah pusat, jadi apakah nanti ada surat dari pemerintah pusat untuk sharing masalah subsidi untuk biaya transportasi,” ujarnya, Sabtu (3/6).

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Kalteng Aster Bonawaty menyebut pihaknya tengah berkoordinasi terkait kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok, seperti ayam dan beras.

Baca Juga :  Mendag : Kenaikan Harga Ayam Ras di Palangka Raya Dianggap Wajar

“Tadi pak menteri telah melihat secara nyata kondisi harga bahan kebutuhan pokok di pasar. Pak menteri juga menyampaikan bahwa nanti akan dikoordinasikan ke pihak terkait, baik asosiasi ataupun pakan ternak, terkait dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok ini,” katanya, Sabtu (3/6).

Walaupun terjadi kenaikan harga, ujar Aster, ketersediaan bahan kebutuhan pokok seperti minyak goreng, beras, dan daging ayam potong masih aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kami upayakan nanti dengan teman-teman di pusat, menjelang Iduladha mulai stabil lagi, jadi kita jaga itu harga-harga yang terjangkau, yang penting ketersediaan atau stoknya tetap ada,” kata Aster.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalteng Riza Rahmadi menyebut masih berkoordinasi dengan pihak terkait tentang pemberian subsidi angkutan untuk menekan lonjakan harga bahan kebutuhan pokok.

“Untuk pemberian subsidi transportasi ini, akan kita hitung berapa, kami akan fasilitasi, nanti akan dikoordinasikan di tingkat distributor atau pedagang besar, kami akan manfaatkan fasilitas distribusi yang telah disediakan oleh pemerintah untuk menekan kenaikan harga,” ucapnya.

Di tengah banyaknya peternak yang terdampak mahalnya harga pakan, ternyata masih ada peternak yang tidak terpengaruh dengan kenaikan harga ayam ini. Mereka adalah peternak yang bermitra dengan perusahaan sarana produksi (sapronak). Dalam sistem kemitraan ini, peternak bertindak sebagai pihak yang menyediakan kandang, peralatan operasional, dan pemeliharaan ternak ayam hingga panen. Sementara pihak perusahaan mitra berkewajiban menyediakan bibit ayam (Doc/day of chicken/ayam umur satu hari), pakan ternak ayam, vaksin, dan obat-obatan.

Perusahaan juga memberikan bimbingan teknis dan penyuluhan kepada para peternak. Adapun untuk hasil usaha ditentukan berdasarkan sistem kemitraan, baik sistem kontrak maupun bagi hasil. Diketahui sejumlah peternak ayam di Palangka Raya mempergunakan sistem kemitraan ini. Seperti para peternak ayam di Jalan Keranggan ujung, Kelurahan Kalampangan. “Kami semua di sini ambil upah,” kata ibu Tita, salah satu peternak ayam di wilayah tersebut.

Peternak ayam yang mengaku baru satu tahun menggeluti usaha peternakan ayam ini menjelaskan, ia dan beberapa rekan peternak ayam di kompleks tersebut telah bekerja sama dengan perusahaan mitra bernama Rajawali Persada.

Dalam sistem kemitraan ini, lanjut perempuan berkacamata ini, pihak perusahaan menyediakan bibit dan pakan ayam, sementara pihak peternak menyediakan kandang, air minum, dan listrik.

“Kami cuma tahunya pas panen dapat berapa ton dikali upah,” terang peternak yang punya 5.000 ekor ayam itu.

Adapun nilai upah yang ditetapkan perusahaan mitra adalah Rp1.200/kilogram. Tita mengaku tidak mengetahui soal adanya kenaikan harga ayam di pasar saat ini. “Kalau soal naik turun, kami tidak merasakan, pak,” tutupnya. (dan/sja/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/