Jumat, Mei 17, 2024
32.9 C
Palangkaraya

Petugas Pemadam Karhutla Protes Satu Hidran Dinonaktifkan

PALANGKA RAYA-Keberadaan hidran sangat penting dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Palangka Raya. Untuk mengatasi kejadian karhutla yang kian masif beberapa pekan terakhir, tentu membutuhkan ketersediaan hidran yang memadai, sehingga memudahkan petugas mendapatkan air untuk pemadaman.

Selama ini, hidran disediakan oleh Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Palangka Raya. Namun kebijakan pihak Perumdam Palangka Raya menutup salah satu hidran beberapa hari belakangan telah menjadi sorotan. Apalagi hidran yang ditutup terletak di Jalan MH Thamrin, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya.

“Sepengetahuan dan terlihat jelas di mata kami, hidran yang ditutup di Jalan MH Thamrin. Padahal keberadaan hidran itu sangat penting karena letaknya di tengah kota, apalagi lokasi karhutla yang terdekat ada di seputaran wilayah Kecamatan Jekan Raya,” ungkap Ketua Emergency Response Palangka Raya (ERP) Jean Steve, Senin (4/9).

Jean menyebut, keberadaan hidran di Jalan MH Thamrin sangat membantu petugas pemadam untuk manuver dan menjangkau lokasi kebakaran, karena jaraknya dekat. Dengan begitu petugas tidak kesulitan mendapatkan air untuk memadamkan karhutla.

Menurut Jean, perumdam seharusnya mengkaji dan memikirkan secara matang sebelum mengambil kebijakan menutup hidran yang berada di Jalan MH Thamrin.

Saat ini perumdam justru menyediakan tiga hidran di Jalan Ahmad Yani. Menurut Jean, kebijakan itu tidak efektif. Butuh banyak waktu bagi petugas untuk menjangkau lokasi hidran.

“Jika harus ambil air di instalasi PDAM yang berada di Jalan Ahmad Yani, itu terlalu memakan waktu, sementara api akan terus menjalar, otomatis kebakaran sudah telanjur meluas ketika petugas menunggu suplai air,” jelasnya.

Kendala kedua, lanjut Jean, jalur menuju kantor instalasi PDAM saat ini sedang dialihkan. Truk tangki akan menempuh rute yang berputar-putar menuju lokasi hidran. Hal itu akan membuang banyak waktu sehingga menghambat proses pemadaman.

Baca Juga :  Cekatan Menangani Karhutla

Jean menambahkan, pihaknya menghormati kebijakan yang diambil perumdam. Hanya saja ia berharap perumdam dapat mempertimbangkan kondisi terkini.

“Karena saat ini urgensi kita adalah karhutla, kalau gara-gara komplain masyarakat tekanan air menurun, tolong diberikan penjelasan. Jangan hanya memikirkan citra perumdam. Pertimbangkan juga dengan karhutla yang terus terjadi saat ini hingga muncul kabut asap, siapa yang terimbas, masyarakat juga kan,” tandas Jean.

Sementara itu, saat dikonfirmasi awak media, Direktur Perumdam Palangka Raya Budi Harjono mengatakan, kebijakan ditutupnya salah satu hidran di Jalan Thamrin itu agar masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi hidran tidak mengalami gangguan aliran air.

“Karena adanya hidran kebakaran di lokasi tersebut, mengganggu aliran air dari kami ke masyarakat, di beberapa wilayah sudah muncul keluhan warga, baik di wilayah G Obos ujung, Thamrin, dan Cempaka. Karena memang aliran airnya diambil oleh teman-teman dari satgas karhutla,” ungkap Budi kepada awak media saat ditemui di kantornya, Senin (4/8).

Budi menegaskan pihaknya tetap mendukung upaya pemadaman yang dilakukan oleh satgas karhutla. Untuk itu pihaknya menyediakan tiga titik pengambilan air (hidran) bagi satgas karhutla di Jalan Ahmad Yani.

“Kebijakan itu kami ambil agar tidak mengganggu pelayanan air bersih ke masyarakat,” ujar Budi.

Menanggapi adanya protes dari beberapa pihak terkait kebijakan itu yang dinilai dapat menghambat proses pemadaman oleh satgas karhutla, Budi menyebut pihaknya menyiapkan hidran yang berada di dekat permukiman warga, selain di Jalan Ahmad Yani.

“Beberapa wilayah yang mendekati lintas perumahan dan permukiman, kami sudah sediakan hidran selain yang ada di Ahmad Yani. Di antaranya ada di Kereng Bangkirai, Ujung G Obos, dan Jalan Tjilik Riwut Km 8. Air bisa diambil di sana. Jadi tidak perlu ambil dari tengah kota,” terangnya.

Baca Juga :  Pemuda Harus Kreatif dan Berdaya Saing

Budi menegaskan hidran yang berada di Jalan MH Thamrin tetap akan ditutup pihaknya, karena sangat berpengaruh pada pelayanan air ke masyarakat. Tekanan air untuk warga di kawasan setempat akan berkurang. Tak sedikit warga yang komplain ke perumdam.

“Laporan masuk kurang lebih sejak sebulan yang lalu, tiap hari ada sekitar 10 hingga 15 pelanggan yang komplain ke perumdam. Itu pun yang melapor, belum lagi yang diam saja,” jelasnya.

Dijelaskan Budi, yang sering melapor dan mengeluhkan pelayanan air bersih adalah warga Jalan G Obos ujung dan warga Jalan Cempaka.

Disinggung soal adanya kemungkinan hidran tersebut dibuka kembali, Budi menyebut ada kemungkinan.

“Kalau memang terjadi kebakaran yang sudah menyangkut kawasan permukiman, tentu akan kami buka kembali hidran itu,” tegasnya.

Budi menyebut ada 45 titik hidran di wilayah Palangka Raya. Adapun hidran yang aktif dan dalam posisi terbuka saat ini sebanyak 14 titik. Dengan rincian,  empat titik di wilayah Pasar Besar, dua titik di Pasar Kahayan, Kereng Bangkirai, G Obos Ujung, Tjilik Riwut Km 8, Jalan Cempaka, Jalan Seth Adji, dan Jalan Haji Ikap.

“Kami sudah sediakan tiga titik hidran di Ahmad Yani. Kalau di MH Thamrin untuk mengisi satu truk kan butuh waktu 15 menit, bagaimana kalau dua truk. Di sini kami sediakan tiga hidran. Jadi tak perlu antre,” pungkasnya. (dan/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Keberadaan hidran sangat penting dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Palangka Raya. Untuk mengatasi kejadian karhutla yang kian masif beberapa pekan terakhir, tentu membutuhkan ketersediaan hidran yang memadai, sehingga memudahkan petugas mendapatkan air untuk pemadaman.

Selama ini, hidran disediakan oleh Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Palangka Raya. Namun kebijakan pihak Perumdam Palangka Raya menutup salah satu hidran beberapa hari belakangan telah menjadi sorotan. Apalagi hidran yang ditutup terletak di Jalan MH Thamrin, Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya.

“Sepengetahuan dan terlihat jelas di mata kami, hidran yang ditutup di Jalan MH Thamrin. Padahal keberadaan hidran itu sangat penting karena letaknya di tengah kota, apalagi lokasi karhutla yang terdekat ada di seputaran wilayah Kecamatan Jekan Raya,” ungkap Ketua Emergency Response Palangka Raya (ERP) Jean Steve, Senin (4/9).

Jean menyebut, keberadaan hidran di Jalan MH Thamrin sangat membantu petugas pemadam untuk manuver dan menjangkau lokasi kebakaran, karena jaraknya dekat. Dengan begitu petugas tidak kesulitan mendapatkan air untuk memadamkan karhutla.

Menurut Jean, perumdam seharusnya mengkaji dan memikirkan secara matang sebelum mengambil kebijakan menutup hidran yang berada di Jalan MH Thamrin.

Saat ini perumdam justru menyediakan tiga hidran di Jalan Ahmad Yani. Menurut Jean, kebijakan itu tidak efektif. Butuh banyak waktu bagi petugas untuk menjangkau lokasi hidran.

“Jika harus ambil air di instalasi PDAM yang berada di Jalan Ahmad Yani, itu terlalu memakan waktu, sementara api akan terus menjalar, otomatis kebakaran sudah telanjur meluas ketika petugas menunggu suplai air,” jelasnya.

Kendala kedua, lanjut Jean, jalur menuju kantor instalasi PDAM saat ini sedang dialihkan. Truk tangki akan menempuh rute yang berputar-putar menuju lokasi hidran. Hal itu akan membuang banyak waktu sehingga menghambat proses pemadaman.

Baca Juga :  Cekatan Menangani Karhutla

Jean menambahkan, pihaknya menghormati kebijakan yang diambil perumdam. Hanya saja ia berharap perumdam dapat mempertimbangkan kondisi terkini.

“Karena saat ini urgensi kita adalah karhutla, kalau gara-gara komplain masyarakat tekanan air menurun, tolong diberikan penjelasan. Jangan hanya memikirkan citra perumdam. Pertimbangkan juga dengan karhutla yang terus terjadi saat ini hingga muncul kabut asap, siapa yang terimbas, masyarakat juga kan,” tandas Jean.

Sementara itu, saat dikonfirmasi awak media, Direktur Perumdam Palangka Raya Budi Harjono mengatakan, kebijakan ditutupnya salah satu hidran di Jalan Thamrin itu agar masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi hidran tidak mengalami gangguan aliran air.

“Karena adanya hidran kebakaran di lokasi tersebut, mengganggu aliran air dari kami ke masyarakat, di beberapa wilayah sudah muncul keluhan warga, baik di wilayah G Obos ujung, Thamrin, dan Cempaka. Karena memang aliran airnya diambil oleh teman-teman dari satgas karhutla,” ungkap Budi kepada awak media saat ditemui di kantornya, Senin (4/8).

Budi menegaskan pihaknya tetap mendukung upaya pemadaman yang dilakukan oleh satgas karhutla. Untuk itu pihaknya menyediakan tiga titik pengambilan air (hidran) bagi satgas karhutla di Jalan Ahmad Yani.

“Kebijakan itu kami ambil agar tidak mengganggu pelayanan air bersih ke masyarakat,” ujar Budi.

Menanggapi adanya protes dari beberapa pihak terkait kebijakan itu yang dinilai dapat menghambat proses pemadaman oleh satgas karhutla, Budi menyebut pihaknya menyiapkan hidran yang berada di dekat permukiman warga, selain di Jalan Ahmad Yani.

“Beberapa wilayah yang mendekati lintas perumahan dan permukiman, kami sudah sediakan hidran selain yang ada di Ahmad Yani. Di antaranya ada di Kereng Bangkirai, Ujung G Obos, dan Jalan Tjilik Riwut Km 8. Air bisa diambil di sana. Jadi tidak perlu ambil dari tengah kota,” terangnya.

Baca Juga :  Pemuda Harus Kreatif dan Berdaya Saing

Budi menegaskan hidran yang berada di Jalan MH Thamrin tetap akan ditutup pihaknya, karena sangat berpengaruh pada pelayanan air ke masyarakat. Tekanan air untuk warga di kawasan setempat akan berkurang. Tak sedikit warga yang komplain ke perumdam.

“Laporan masuk kurang lebih sejak sebulan yang lalu, tiap hari ada sekitar 10 hingga 15 pelanggan yang komplain ke perumdam. Itu pun yang melapor, belum lagi yang diam saja,” jelasnya.

Dijelaskan Budi, yang sering melapor dan mengeluhkan pelayanan air bersih adalah warga Jalan G Obos ujung dan warga Jalan Cempaka.

Disinggung soal adanya kemungkinan hidran tersebut dibuka kembali, Budi menyebut ada kemungkinan.

“Kalau memang terjadi kebakaran yang sudah menyangkut kawasan permukiman, tentu akan kami buka kembali hidran itu,” tegasnya.

Budi menyebut ada 45 titik hidran di wilayah Palangka Raya. Adapun hidran yang aktif dan dalam posisi terbuka saat ini sebanyak 14 titik. Dengan rincian,  empat titik di wilayah Pasar Besar, dua titik di Pasar Kahayan, Kereng Bangkirai, G Obos Ujung, Tjilik Riwut Km 8, Jalan Cempaka, Jalan Seth Adji, dan Jalan Haji Ikap.

“Kami sudah sediakan tiga titik hidran di Ahmad Yani. Kalau di MH Thamrin untuk mengisi satu truk kan butuh waktu 15 menit, bagaimana kalau dua truk. Di sini kami sediakan tiga hidran. Jadi tak perlu antre,” pungkasnya. (dan/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/