Kamis, Januari 16, 2025
25 C
Palangkaraya

Koyem dan Agustiar Berdamai dengan Keadaan, Ini Kata Pengamat Politik UPR

Koyem sudah legawa atau menerima hasil pemilihan gubernur (pilgub) dan mengakui kemenangan Agustiar-Edy pada pesta demokrasi lima tahunan ini.

Dua sosok Koyem dan Agustiar bertemu di Jakarta. Menanggapi soal pertemuan dua tokoh Kalteng tersebut, pengamat politik Dr Jhon Retei Alfri Sandi SSos MSi mengutarakan apresiasinya.

 

Ia menyebut bahwa langkah yang diambil kedua kontestan pilkada itu mencerminkan nilai-nilai musyawarah dan mufakat yang menjadi bagian penting dalam demokrasi Indonesia.

“Saya menyambut baik upaya penyelesaian hasil demokrasi dengan cara musyawarah dan mufakat. Penyelesaian melalui MK atau jalur hukum adalah langkah terakhir ketika musyawarah tidak tercapai. Dengan adanya pertemuan itu, kita patut mengapresiasi jiwa besar kedua tokoh ini,” ujarnya, Rabu (11/12/2024).

Menurutnya, pertemuan ini menunjukkan sikap dewasa kedua belah pihak.

Pasalnya, langkah cepat dan konkret ini menunjukkan bahwa yang menang dapat berkomunikasi dengan baik, dan yang kalah mampu menerima hasil dengan lapang dada.

Sikap ini penting dalam menjaga persatuan dan menghindari pembelahan di tengah masyarakat.

Baca Juga :  Jalur Bukit Rawi Macet Parah

Jhon juga menyoroti pentingnya pertemuan ini dalam mencegah potensi gesekan antarpendukung.

“Bagi Agustiar Sabran yang akan memimpin Kalimantan Tengah lima tahun ke depan, merangkul pihak yang kalah menjadi langkah strategis untuk menyusun program-program yang inklusif dan diterima semua pihak,” tuturnya.

Di sisi lain, Jhon menekankan bahwa visi dan misi dari seluruh pasangan calon yang berkompetisi pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalteng, memiliki poin-poin positif yang bisa saling melengkapi.

Oleh sebab itu, ia mendorong Agustiar Sabran untuk mempertimbangkan adopsi program unggulan dari paslon lain. Hal ini dinilai dapat mempercepat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kalteng.

“Pada kontestasi kali ini, ada empat pasangan calon. Tidak ada salahnya mereka duduk bersama untuk bertukar pikiran, membahas program percepatan pembangunan Kalteng agar menjadi lebih baik. Komunikasi politik seperti ini harus terus dilanjutkan, bukan berhenti di masa pilkada,” tuturnya.

Pengamat politik sekaligus akademisi Fisip Universitas Palangka Raya (UPR) itu mengingatkan bahwa menyelesaikan sengketa pilkada melalui jalur MK akan membutuhkan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, langkah musyawarah yang dilakukan Agustiar dan Nadalsyah patut dihormati.

Baca Juga :  Perhatikan Kehigienisan Jajanan Sekolah

“Ketika calon yang kalah mampu mengakui kekalahan dan duduk bersama untuk berdiskusi dengan calon yang menang, itu patut dihormati oleh para pendukung dan simpatisan. Ini menjadi contoh demokrasi yang sehat dan bermartabat,” tegasnya.

Lebih lanjut Jhon mengatakan, pertemuan antara Agustiar Sabran dan Nadalsyah Koyem diharapkan dapat menjadi contoh bagus dalam proses politik di daerah lain.

Dengan musyawarah dan mufakat, konflik dapat diminimalkan, dan semua pihak dapat berkontribusi dalam pembangunan daerah.

“Kesepakatan yang mereka lakukan pasti melalui pertimbangan matang, termasuk bagi Nadalsyah. Beliau tentu sudah memikirkan dan mempertimbangkan dengan matang sebelum menyetujui pertemuan ini. Semoga langkah ini menjadi awal baik bagi Kalimantan Tengah yang lebih bersatu dan maju,” tandasnya. (irj/ovi/ce/ala)

 

Koyem sudah legawa atau menerima hasil pemilihan gubernur (pilgub) dan mengakui kemenangan Agustiar-Edy pada pesta demokrasi lima tahunan ini.

Dua sosok Koyem dan Agustiar bertemu di Jakarta. Menanggapi soal pertemuan dua tokoh Kalteng tersebut, pengamat politik Dr Jhon Retei Alfri Sandi SSos MSi mengutarakan apresiasinya.

 

Ia menyebut bahwa langkah yang diambil kedua kontestan pilkada itu mencerminkan nilai-nilai musyawarah dan mufakat yang menjadi bagian penting dalam demokrasi Indonesia.

“Saya menyambut baik upaya penyelesaian hasil demokrasi dengan cara musyawarah dan mufakat. Penyelesaian melalui MK atau jalur hukum adalah langkah terakhir ketika musyawarah tidak tercapai. Dengan adanya pertemuan itu, kita patut mengapresiasi jiwa besar kedua tokoh ini,” ujarnya, Rabu (11/12/2024).

Menurutnya, pertemuan ini menunjukkan sikap dewasa kedua belah pihak.

Pasalnya, langkah cepat dan konkret ini menunjukkan bahwa yang menang dapat berkomunikasi dengan baik, dan yang kalah mampu menerima hasil dengan lapang dada.

Sikap ini penting dalam menjaga persatuan dan menghindari pembelahan di tengah masyarakat.

Baca Juga :  Jalur Bukit Rawi Macet Parah

Jhon juga menyoroti pentingnya pertemuan ini dalam mencegah potensi gesekan antarpendukung.

“Bagi Agustiar Sabran yang akan memimpin Kalimantan Tengah lima tahun ke depan, merangkul pihak yang kalah menjadi langkah strategis untuk menyusun program-program yang inklusif dan diterima semua pihak,” tuturnya.

Di sisi lain, Jhon menekankan bahwa visi dan misi dari seluruh pasangan calon yang berkompetisi pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalteng, memiliki poin-poin positif yang bisa saling melengkapi.

Oleh sebab itu, ia mendorong Agustiar Sabran untuk mempertimbangkan adopsi program unggulan dari paslon lain. Hal ini dinilai dapat mempercepat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kalteng.

“Pada kontestasi kali ini, ada empat pasangan calon. Tidak ada salahnya mereka duduk bersama untuk bertukar pikiran, membahas program percepatan pembangunan Kalteng agar menjadi lebih baik. Komunikasi politik seperti ini harus terus dilanjutkan, bukan berhenti di masa pilkada,” tuturnya.

Pengamat politik sekaligus akademisi Fisip Universitas Palangka Raya (UPR) itu mengingatkan bahwa menyelesaikan sengketa pilkada melalui jalur MK akan membutuhkan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, langkah musyawarah yang dilakukan Agustiar dan Nadalsyah patut dihormati.

Baca Juga :  Perhatikan Kehigienisan Jajanan Sekolah

“Ketika calon yang kalah mampu mengakui kekalahan dan duduk bersama untuk berdiskusi dengan calon yang menang, itu patut dihormati oleh para pendukung dan simpatisan. Ini menjadi contoh demokrasi yang sehat dan bermartabat,” tegasnya.

Lebih lanjut Jhon mengatakan, pertemuan antara Agustiar Sabran dan Nadalsyah Koyem diharapkan dapat menjadi contoh bagus dalam proses politik di daerah lain.

Dengan musyawarah dan mufakat, konflik dapat diminimalkan, dan semua pihak dapat berkontribusi dalam pembangunan daerah.

“Kesepakatan yang mereka lakukan pasti melalui pertimbangan matang, termasuk bagi Nadalsyah. Beliau tentu sudah memikirkan dan mempertimbangkan dengan matang sebelum menyetujui pertemuan ini. Semoga langkah ini menjadi awal baik bagi Kalimantan Tengah yang lebih bersatu dan maju,” tandasnya. (irj/ovi/ce/ala)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/