Sabtu, Mei 18, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Belanti Siam Jadi Lumbung Pangan

DESA Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau telah ditetapkan menjadi kawasan food estate. Desa Belanti Siam dan sekitarnya, kini menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Desa yang merupakan kawasan transmigrasi itu beberapa kali dikunjungi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan menteri terkait. Kedatangan Jokowi untuk memastikan proyek food estate di daerah tersebut terlaksana.

Sebelum dijadikan kawasan food estate, Desa Belanti Siam dan beberapa desa lain seperti Desa Gadabung, Sanggang, Pantik, Tahai Jaya, dan Desa Tahai Baru merupakan kawasan lumbung padi Kabupaten Pulang Pisau. Kabupaten itu juga merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Produksi padi pada tahun 1983 hingga 1989 sangat menjanjikan. Namun mulai tahun 1989 hingga awal tahun 2000, hasil pertanian di wilayah tersebut turun drastis. “Itu terjadi setelah dilakukan pendalaman saluran irigasi yang menyebabkan pirit naik,” ungkap Sono, salah satu petani Desa Belanti Siam.

Sejak saat itulah lahan pertanian di kawasan tersebut tidak bisa lagi ditanami padi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat mulai menggeluti usaha lain. “Ada yang bekerja sebagai penebang kayu dan ada pula yang merantau,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pemilik O2 Food Market Diperiksa Polisi

Tahun 2000, Sono mulai mencoba menebar kapur dan pupuk di lahannya. “Saat itu ada proyek lahan sejuta hektare dan ada hand tractor. Saya coba mengolah lahan dengan traktor itu, lalu memberi kapur dan pupuk pada lahan. Eh, ternyata padi bisa tumbuh lagi,” beber dia.

Sejak itu ia memelopori petani lain untuk kembali membuka lahan pertanian untuk ditanami padi. Namun tidak luas. “Ada yang ¼ hektare, ½ hektare, dan 1 hektare. Setelah berhasil, pertanian padi di sini (Belanti Siam) terus berkembang,” kata Sono.

Menurutnya, pertanian padi saat ini cukup membawa kesejahteraan bagi para petani. Terlebih di wilayahnya itu penanaman padi dapat dilakukan dua kali setahun. Dalam satu hektare, kalau produksi padi normal, produksi padi mampu mencapai 4,5 hingga 5 ton per hektare. Kalau kurang normal, maka hasil panen berkisar 3 sampai 4 ton per hektare, dengan harga jual gabah kering giling Rp6.200 per kilogram. “Kalau pun turun, tidak terlalu signifikan, masih pada kisaran Rp5.700 per kilogram,” bebernya.

Baca Juga :  Guru SDN Percobaan Juara II Nasional

Menurut dia, untuk pemasaran produksi padi tidak masalah. Terlebih di wilayah tersebut ada beberapa rice milling unit (RMU) dengan kapasitas produksi besar. “Ada RMU yang mampu memproduksi beras dalam sehari 5 sampai 60 ton. Untuk pemasaran aman,” ungkap Sono.

Permasalahan yang tak jarang dihadapi petani adalah serangan hama seperti wereng. Selain itu, jika terjadi kemarau panjang, dapat mengakibatkan zat asam naik. “Namun itu tidak terlalu sering ditemui,” ucapnya.

Sono juga mengaku, anak muda di desanya banyak yang gemar bertani. Para pelajar SMP dan SMA, sepulang sekolah mereka selalu membantu orang tua bertani. Bagi yang lulus SMA dan tidak melanjutkan kuliah, mereka menggeluti pertanian menggunakan alat dan mesin pertanian modern.

“Saya pikir pertanian di Belanti Siam akan tetap terjaga, karena cukup menjanjikan dan menjadi sumber pendapatan utama masyarakat. Petani di desa kami rata-rata memiliki lahan seluas dua hektare,” tutur Sono.

Menurut Sono, petani di wilayah tersebut saat ini benar-benar merasakan merdeka. “Karena produksi pertanian bagus, harga padi bagus, dan akses jalan pun sangat bagus,” tandasnya. (art/ce/ala)

DESA Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau telah ditetapkan menjadi kawasan food estate. Desa Belanti Siam dan sekitarnya, kini menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Desa yang merupakan kawasan transmigrasi itu beberapa kali dikunjungi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan menteri terkait. Kedatangan Jokowi untuk memastikan proyek food estate di daerah tersebut terlaksana.

Sebelum dijadikan kawasan food estate, Desa Belanti Siam dan beberapa desa lain seperti Desa Gadabung, Sanggang, Pantik, Tahai Jaya, dan Desa Tahai Baru merupakan kawasan lumbung padi Kabupaten Pulang Pisau. Kabupaten itu juga merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Produksi padi pada tahun 1983 hingga 1989 sangat menjanjikan. Namun mulai tahun 1989 hingga awal tahun 2000, hasil pertanian di wilayah tersebut turun drastis. “Itu terjadi setelah dilakukan pendalaman saluran irigasi yang menyebabkan pirit naik,” ungkap Sono, salah satu petani Desa Belanti Siam.

Sejak saat itulah lahan pertanian di kawasan tersebut tidak bisa lagi ditanami padi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat mulai menggeluti usaha lain. “Ada yang bekerja sebagai penebang kayu dan ada pula yang merantau,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pemilik O2 Food Market Diperiksa Polisi

Tahun 2000, Sono mulai mencoba menebar kapur dan pupuk di lahannya. “Saat itu ada proyek lahan sejuta hektare dan ada hand tractor. Saya coba mengolah lahan dengan traktor itu, lalu memberi kapur dan pupuk pada lahan. Eh, ternyata padi bisa tumbuh lagi,” beber dia.

Sejak itu ia memelopori petani lain untuk kembali membuka lahan pertanian untuk ditanami padi. Namun tidak luas. “Ada yang ¼ hektare, ½ hektare, dan 1 hektare. Setelah berhasil, pertanian padi di sini (Belanti Siam) terus berkembang,” kata Sono.

Menurutnya, pertanian padi saat ini cukup membawa kesejahteraan bagi para petani. Terlebih di wilayahnya itu penanaman padi dapat dilakukan dua kali setahun. Dalam satu hektare, kalau produksi padi normal, produksi padi mampu mencapai 4,5 hingga 5 ton per hektare. Kalau kurang normal, maka hasil panen berkisar 3 sampai 4 ton per hektare, dengan harga jual gabah kering giling Rp6.200 per kilogram. “Kalau pun turun, tidak terlalu signifikan, masih pada kisaran Rp5.700 per kilogram,” bebernya.

Baca Juga :  Guru SDN Percobaan Juara II Nasional

Menurut dia, untuk pemasaran produksi padi tidak masalah. Terlebih di wilayah tersebut ada beberapa rice milling unit (RMU) dengan kapasitas produksi besar. “Ada RMU yang mampu memproduksi beras dalam sehari 5 sampai 60 ton. Untuk pemasaran aman,” ungkap Sono.

Permasalahan yang tak jarang dihadapi petani adalah serangan hama seperti wereng. Selain itu, jika terjadi kemarau panjang, dapat mengakibatkan zat asam naik. “Namun itu tidak terlalu sering ditemui,” ucapnya.

Sono juga mengaku, anak muda di desanya banyak yang gemar bertani. Para pelajar SMP dan SMA, sepulang sekolah mereka selalu membantu orang tua bertani. Bagi yang lulus SMA dan tidak melanjutkan kuliah, mereka menggeluti pertanian menggunakan alat dan mesin pertanian modern.

“Saya pikir pertanian di Belanti Siam akan tetap terjaga, karena cukup menjanjikan dan menjadi sumber pendapatan utama masyarakat. Petani di desa kami rata-rata memiliki lahan seluas dua hektare,” tutur Sono.

Menurut Sono, petani di wilayah tersebut saat ini benar-benar merasakan merdeka. “Karena produksi pertanian bagus, harga padi bagus, dan akses jalan pun sangat bagus,” tandasnya. (art/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/