PALANGKA RAYA-Sulitnya warga mendapatkan elpiji subsidi sesuai dengan harga normal, mendorong Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya bersama pertamina gencar menggelar operasi pasar di sejumlah titik lokasi.
Terbaru, operasi pasar khusus elpiji subsidi dilaksanakan di Kelurahan Bukit Tunggal, Palangka Raya, Selasa (18/9/2024).
Meskipun sebagai wilayah mudah mendapatkan elpiji subsidi atau tabung gas 3 kg, tetapi harga jualnya sudah tidak wajar. Sejatinya harga eceran tertinggi (HET) per tabung adalah Rp22 ribu.
Namun warga terpaksa membeli dengan harga yang tinggi di tingkat eceran, yakni Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per tabung.
Retno, salah satu warga yang bermukim di Jalan Rajawali menyebut elpiji subsidi masih mudah didapatkan. Ia memang terbiasa membeli gas di warung-warung pengecer, yang harganya relatif lebih tinggi dibandingkan di pangkalan resmi. Harga jual di pengecer berkisar Rp30 hingga Rp35 ribu per tabung.
“Memang kalau di pengecer atau warung harganya agak mahal, tapi tiap kali datang beli selalu ada stoknya,” ujar Retno usai membeli elpiji di lokasi operasi pasar, Kantor Kelurahan Bukit Tunggal, Jalan Badak, Rabu (18/9).
Hal serupa juga diakui Siti, warga Jalan Danau Rangas. Menurutnya, harga jual gas elpiji subsidi di tingkat pengecer sering kali melonjak menjelang hari besar.
Sedangkan harga jual di pangkalan masih sesuai HET yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp22 ribu per tabung.
Siti mengaku datang ke operasi pasar untuk membeli gas elpiji, karena tempat langganannya sedang tutup, dan memang bukan jadwal kedatangan gas.
“Kalau saya sih terbiasa beli di pangkalan yang harganya Rp22 ribu per tabung, kalau di pengecer memang lebih mahal, apalagi kalau menjelang hari besar,” ujar Siti.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Perindustrian (DPKUKMP) Kota Palangka Raya Samsul Rizal mengungkapkan, operasi pasar diadakan secara rutin untuk menjaga kestabilan harga barang kebutuhan pokok.
Kali ini, operasi pasar difokuskan pada elpiji 3 kg, menyusul adanya isu kelangkaan, meski sebenarnya pasokan dari Pertamina cukup.
“Kami alihkan operasi pasar sembako ke elpiji karena muncul kabar kelangkaan, padahal pasokan cukup, hanya saja sekarang pembelian elpiji dibatasi menggunakan KTP atau aplikasi,” jelas Samsul.
Samsul mengatakan, sistem ini telah berlaku sejak awal tahun, dan kini diperketat oleh pihak Pertamina. Para agen yang berada di bawah naungan Pertamina, saat ini sudah mulai diminta data warga yang membeli elpiji subsidi itu. Sehingga apabila ada yang beli dengan jumlah banyak akan langsung terdeteksi melalui aplikasi.
“Sistem aplikasi ini sudah ada, tetapi sekarang diperketat lagi oleh Pertamina, pengecer yang dahulu bisa beli dengan bebas, sekarang tidak bisa lagi, sekarang ini pangkalan hanya menyediakan sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga pengecer tidak bisa lagi beli sejumlah yang mereka mau, atau berkurang dari yang biasa mereka beli,” ungkapnya.
Selain itu, Kepala DPKUKMP Kota Palangka Raya juga mengimbau masyarakat berekonomi mampu untuk beralih ke elpiji 5 atau 12 kilogram atau elpiji nonsubsidi, mengingat elpiji 3 kilogram hanya diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu. Samsul menegaskan, rumah makan besar yang masih menggunakan elpiji subsidi akan ditindak sesuai prosedur.
“Ke depan kami juga akan razia rumah makan besar yang masih pakai elpiji 3 kilogram dan mendesak mereka beralih ke elpiji 12 kilogram. Satu dua kali kami masih beri imbauan dan peringatan. Jika masih melanggar, akan kami tindak lanjuti sesuai aturan,” pungkas Samsul. (mut/ce/ala)