Kepala SDN 1 Bukit Tunggal Hardani juga menyampaikan bahwa ada 10 persen muridnya yang kesulitan membaca dengan mengeja. Ia mengaku bahwa partisipasi orang tua sangat diperlukan selama dilaksanakan kelas daring. Ada pula beberapa orang tua yang melibatkan guru les untuk membantu belajar anaknya.
“Kita tidak bisa memungkiri dampak sekolah online itu, tapi peran orang tua memang sangat dibutuhkan untuk anak-anaknya,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala SDN 4 Menteng Norliana mengatakan, pandemi membuat sekolah yang dipimpinnya itu sempat meliburkan murid-murid, terutama saat angka kasus Covid-19 meningkat. Pihak sekolah pun menerapkan belajar dari rumah atau belajar online. Alhasil ada beberapa murid yang perlu pendampingan khusus, karena belum bisa membaca.
“Dampak dari pandemi sangat besar bagi dunia pendidikan, tidak hanya di Kalteng saja, tapi seluruh Indonesia, sejauh ini murid kelas 1 sampai kelas 3 SDN 4 Menteng rata-rata sudah bisa membaca, meski ada beberapa yang agak lambat dalam hal membaca dan berhitung,” ungkap Norliana kepada Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.
Menangani keterlambatan pemahaman murid dalam hal membaca, pihak sekolah berperan aktif dengan memberikan waktu khusus untuk belajar membaca dan menghitung. Kebijakan sekolah itu mendapat apresiasi dari para orang tua murid/wali. Melalui program belajar tambahan itu diharapkan mampu menekan jumlah siswa yang belum bisa membaca, menulis, ataupun berhitung. Norliana optimistis bahwa konsistensi tenaga didik di sekolahnya dalam memberikan bimbingan akan membuat program ini berjalan maksimal.
“Sebelum pandemi, anak didik kami di kelas rendah sudah mahir membaca, tapi setelah terjadi pandemi, anak-anak belajar di rumah, dan kurang berinteraksi dengan guru, terjadilah kemunduran akademis ini, ini menjadi pekerjaan rumah bagi kami ke depan sebagaimana imbauan dari kepala Disdik Kota,” tutupnya. (dan/irj/ena/ce/ala)